21. Kereta Kuda Kekaisaran

36.2K 3.6K 87
                                    

Bunga masih lah bermekaran indah. Daunnya bergoyang terbawa tarian angin. Pohon menjadi saksi makmurnya istana yang terawat asri.

Halaman luas istana tampak lengkap dengan kehadiran kereta kuda megah dengan kursi berkualitas tinggi dan simbol kekaisaran mentereng di bagian depan kabin. Sudutnya terlapis emas dengan corak khas kekaisaran. Corak itu berpadu apik dengan warna putih kereta.

Begitupun lima ksatria yang menjaga bagian depan dan belakang. Tampak gagah dan terlatih. Kusirnya pun tampak ramah dengan pengalaman mumpuni.

Siapa yang tidak menganga jika melihat hal diluar akal ini?

Begini, Restia tidak mengharap akan dilayani sebegitu baiknya sampai-sampai membuatnya merinding sendiri. Apalagi setelah insiden dirinya yang dituduh mencelakai Aurora. Apa ini sebuah konspirasi? Di tengah jalan Restia akan dihentikan oleh pembunuh bayaran dan kereta kuda mewah ini akan menjadi peti matinya?

Oh, atau ini bentuk rasa bersalah Livius? Ah, sepertinya itu tidak bisa dijadikan pertanyaan. Karena Restia yakin Livius tidak mau repot-repot menyiapkan ini semua hanya untuk mengantar Restia pulang. Ini terlalu istemewa.

"Lady, kami akan mengantar mu dengan selamat," ucap salah satu ksatria.

"O-oke...." jawab Restia kikuk.

"Anu.... bukankah jumlah kalian cukup banyak? Sepuluh orang hanya untuk mengantar ku. Itu terlalu berlebihan bukan?" sambung Restia. Dengan kata lain ia ingin tahu siapa yang memberikan perintah pada mereka. Mungkin saja kan dewan legislatif. Karena mereka tidak ingin kehilangan kandidat permaisuri berpotensi seperti Restia. Apalagi setelah gugatan pembatalan tunangan kemarin. Mereka pasti ketar-ketir.

Bukannya sombong, Restia Adler De Freya itu adalah kandidat yang dipilih langsung oleh kekaisaran. Atas pertimbangan kedudukan dan garis keturunan. Ditambah dengan aktifnya Chalid Adler di fraksi pendukung Kaisar. Semua itu cukup untuk menjadikan Restia kandidat mumpuni mengalahkan kandidat lain. Lagi pula pertunangan ini sudah berlangsung sejak usia Restia belia.

Pasti karena dewan legislatif! Kekeuh Restia dalam hati. Namun ia dibuat terkejut seketika dengan jawaban mereka yang mengatakan.

"Kami mengawal Lady atas perintah Yang Mulia. Untuk seorang tunangan Kaisar bukankah sudah sewajarnya mengantar calon permaisuri dengan selamat sampai ke rumah?"

DEG!

A-apaan ini? Orang itu mempersiapkan ini semua? Hell! Tidak bisa dipercaya! Pasti dia dibujuk oleh Aurora.

“Baiklah….” ucap Restia kemudian.

Walaupun dari perintah Livius pun. Nyatanya orang-orang ini tetap saja menyebalkan dengan raut kesal mereka. Yah, Restia kan sudah dikenal sebagai calon permaisuri terburuk. Pasti mereka enggan mengantar. Ah, kalau begini Restia jadi khawatir tiba-tiba ditinggalkan di tengah jalan.

“Aku tahu kalian tidak menyukai ku. Tolong perlakukan aku dengan layak sampai ke kediaman ku,” sambung Restia lagi. Tentu saja itu peringatan sekaligus sindiran tegas atas raut mereka yang tidak ada ramah-ramahnya.

Raut mereka tampak terkejut. Kerut di antara alis mereka cukup dalam untuk dilihat. Ah, mereka tersindir. Baguslah, itu berarti ucapan Restia mengenai mental mereka.

Di dunia ini, setitik noda akan selalu diingat sepanjang masa dan Restia Adler telah membuang citra baik demi meyakinkan cintanya pada Livius. Ia tahu itu dan memilih untuk dicintai Livius dari pada dicintai rakyatnya.

Dasar wanita bucin. Batin Restia seraya melangkah masuk ke kereta kuda.

“Apa kau tidak ingin berpamitan dengan tunangan mu?” sahut suara bariton. Restia spontan menoleh dan mendapati Livius dengan baju serba hitam tengah berdiri angkuh.

The Villain Want to Die (END)Where stories live. Discover now