27. Calon Permaisuri

30.3K 3K 38
                                    

“Satu.”

“Dua.”

“Satu…. Ah, kau salah lagi Lady Restia. Ulangi gerakan ini dari awal!”

“Cih!” dengus Restia.

Sejak tadi pagi Restia sudah didatangi berbagai tutor etiket yang sengaja didatangkan Chalid dari Ibu kota. Dari tutor sejarah kekaisaran, etiket makan, etiket berjalan, dan kali ini Restia sedang bergelut dengan etiket dansa. Percayalah, semua itu tak mudah dilewati untuk gadis modern macam Restia Wardani.

Perihal pesta penyambutan calon permaisuri yang akan diadakan seminggu lagi. Chalid mengirimkan semua tutor etiket agar Restia belajar. Harapannya supaya tidak mempermalukan nama keluarga di acara besar nanti.

Itu adalah harapan keluarga yang sangat memberatkan Restia. Sudah dua hari ini Restia digempur habis-habisan oleh etiket yang hampir membunuh semangatnya.

“Baiklah, istirahat lima menit!” ujar tutor etiket. Seorang lady dari perkumpulan social.

Restia meregangkan tubuh. Berjalan gontai menuju kursi di sana. Ada Rowena yang sejak tadi menemani sambil sesekali menyematkan kata semangat. Namun tak berpengaruh sama sekali terhadap Restia. Tubuhnya seperti dihantam buldoser gara-gara gerakan dansa yang sama sekali tidak Restia pahami.

“Kerja bagus Nona. Aku membawakan biscuit kesukaan Nona,” ucap Rowena.

“Rowena, aku tidak butuh biscuit. Aku lebih senang jika kau menyuruh pelatih itu pulang dan biarkan aku memeluk guling ku di kamar."

“Ahaha…” tawa canggung Rowena. Ia tahu ini hal berat untuk Nonanya. “Nona pasti bisa melewati ini. hehe.”

“Kau mengejek ku ya? Tentu saja aku tidak bisa! Hah! Rowena, tolong gantikan aku datang ke acara penyambutan apalah itu. Aku tidak sanggup lagi. Aku menyerah!” rancau Restia semakin menjadi.

Rowena tampak kebingungan. Dengan cara apalagi ia menyemangati Nonanya? Ia sendiri pun kebingungan dan hanya diam saja.

“Setelah ini apa jadwal ku?” tanya Restia layu. Walau rasanya ingin kabur dari semua ini, nyatanya Restia tidak ingin mempermalukan diri di acara itu. setidaknya ia harus jadi villain yang bermartabat.

Wajah Rowena kembali bersemangat. “Setelah ini ada pelajaran sejarah kekaisaran di perpustakaan, Nona.”

“Hah. Setelah kegiatan yang melelahkan ini ku  rasa kantuk akan menyerang ku nanti,” lirih Restia.

Tak lama pelatih dansa datang kembali. Restia mengikuti gerakan yang diarahkan olehnya. Sampai waktu pelajaran habis dan Restia langsung digiring ke perpustakaan keluarga Adler.

“Nona silahkan duduk,” ucap Rowea mempersilahkan kursi yang sejak kemarin seperti kursi hukuman untuknya.

“Rowena, bisakah kau membuatkan ku minuman lemon tanpa gula? Aku tidak ingin tertidur di pelajaran ini.”
Rowena tersenyum simpul. “Baik Nona.”

Ruangan yang berjejer rak buku itu tampak sepi. Tadi, Restia dapat kabar dari pelatih dansa kalau guru sejarah Restia akan terlambat datang karena suatu hal. Niatnya, Restia ingin rebahan di perpustakaan. Tapi niatnya dialihkan oleh kenyataan bahwa Restia belum menjelajahi perpustakaan sejak kehadirannya ke dunia ini.

Kaki Restia beranjak dari kursi. melangkah mengikuti barisan rak sambil menyentuh beberapa buku sambil berjalan. Di dunia sana, Restia memang suka membaca buku khususnya novel. Ia berharap di perpustakaan ini bisa menjumpainya sebelum ia berkutat lagi dengan buku sejarah membosankan.

Tak lama kelas sejarah pun terlewati. Sehabis ini masih ada kelas etiket berjalan. Namun sayang, kelas itu sengaja ditunda berkat kiriman dari seorang nomor satu di negeri ini, Livius Zen Eraslan.

The Villain Want to Die (END)Where stories live. Discover now