Part 17

31 8 9
                                    

Selamat membaca 🖤




Begitu semriwing udara di taman belakang sekolah ini. Meski jarang ditempati, namun tempatnya tetap terlihat bersih. Bahkan ada bangku taman dan juga ayunan dua. Rambut Audy bergerak terkena angin. Meski ia tahu bahwa sekolahnya memiliki taman, ia nyaris tidak pernah datang ke sini.

"Seger banget ya udaranya." ucap Trian, matanya menyipit melihat awan yang begitu cerah.

"Iya bener banget." balas Audy ikut mendongak menatap awan

"Mau nyoba ayunan itu nggak Dy?" Trian menunjuk ayunan yang letaknya tak jauh dari mereka berdua.

"Nggak karatan kan?" tanya Audy membuat Trian terkekeh

"Nggaklah! Takut amat."

"Boleh deh."

Audy beranjak diikuti oleh Trian. Dengan hati-hati ia duduk di ayunan tersebut. Ayunan kosong di sampingnya ditempati oleh Trian. Mereka berdua mulai mengayunkan kakinya. Audy menyengir kesenangan sembari menatap langit yang tengah cerah saat itu. Pandangan Trian tak terlepas dari Audy barang sedetikpun. Ia begitu bahagia melihat Audy.

"Audy!" panggilnya

Audy lantas memberhentikan ayunannya, kemudian menoleh ke Trian. "Kenapa Trian?"

"Gue mau ngomong sesuatu. Boleh nggak?"

Trian beranjak dari tempatnya, ia berdiri di depan Audy. Audy masih tetap duduk di ayunan tersebut sembari menatap Trian dengan kebingungan.

"Boleh kok, Trian mau ngomong apa?"

Trian menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya. Badannya membungkuk, otomatis wajahnya dengan wajah Audy berdekatan. Degup jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Kepala Audy refleks mundur sedikit. Ia bahkan tak berkedip dan menahan napas. Sama seperti Trian, jantungnya juga berdetak lebih kencang.

"Gua, gua suka, gua suka sama lo Dy."

Audy membelalakkan matanya tidak percaya. Pasalnya baru kali ini ada yang berani mengungkapkan isi hatinya secara langsung seperti ini. Tidak hanya sekedar di chat saja.

"Trian? Suka sama Audy?"

Trian tersenyum lalu mengangguk, ditariknya kedua tangan Audy agar berdiri tegap bersamanya.

"Tapi Audy kan nggak boleh pacaran." balas Audy sembari menatap kedua mata Trian begitu dalam.

"Aku kan nggak minta pacaran."

"Tapi tetep deket terus kayak gini bisa kan?" Trian menggenggam kedua tangan Audy semakin erat.

"Tapi Trian kan tau, kalo Audy nggak boleh deket-deket sama cowok."

Trian tersenyum, "Kalo misalkan ketauan papa biar aku yang ngomong."

"Emang berani?"

"Beranilah! Mencintai anaknya aja berani masa ngomong sama papanya nggak berani!" Ia lantas mengusap usap pelan rambut Audy

Trian merasa lega bisa mengungkapkan isi hatinya yang telah lama ia pendam. Ia tak mengharapkan lebih sebenarnya, jika memang Audy juga ada rasa padanya ya dia bersyukur. Jika tidak ya, Trian juga bersyukur telah dipertemukan dengan orang seperti Audy, meski sulit untuk dimiliki.

"Audy boleh jujur nggak?"

"Boleh dong. Mau jujur tentang apa?"

"Audy juga sebenarnya suka sama Trian." Pipinya seketika memerah

[Not] Bad Boyfriend |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang