Part 21

27 7 0
                                    

SELAMAT MEMBACA 🖤

•••••••••




Ternyata begini ya, kalau lagi suka sama seseorang. Bawaannya ingin selalu bertemu dan selalu ingin di dekatnya. Sehari tidak bertemu saja rasanya sudah seperti satu tahun lamanya. Seperti Trian, ia rasanya ingin satu rumah dengan Audy agar setiap detik bisa dekat dengan Audy. Trian merasa sepertinya dirinya sudah gila. Iya, gila karena cewek cantik di sampingnya yang tengah minum susu coklat.

Belakangan ini, pas istirahat kedua mereka suka duduk-duduk di taman belakang sekolah. Hanya sekedar duduk-duduk, ngobrol santai. Terkadang Audy naik ayunan lalu Trian yang mendorongnya dari belakang.

Trian mencondongkan badannya, meletakkan kedua sikunya di atas paha lalu memandang Audy dari samping. Sepertinya memandangi Audy dari samping adalah hobinya saat ini. Gila ya, mau dilihat dari samping, dari depan, dari bawah bahkan dari belakang walau hanya punggungnya saja sudah terlihat cantik.

Merasa dilihat terus oleh Trian, Audy lantas menoleh. Menyodorkan susu coklatnya yang tinggal setengah pada Trian dengan raut wajah polosnya. Trian menggeleng pelan karena ia memang tidak begitu suka susu.

"Suka banget ya Dy sama susu kayak gitu?" tanya Trian

"Iya padahal Ody udah punya." balasan Audy  terdengar ambigu

"Hah?" Trian menunjukkan raut wajah kagetnya begitu kentara

"Ody kan punya banyak susu coklat kayak gini di rumah. Tapi Ody tetep aja beli di koperasi sekolah." jelas Audy

"Oh." Trian langsung membuang muka sembari garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Trian kalo mau besok Ody bawain." tawar Audy

"Nggak terlalu suka susu Dy."

"Terus sukanya apa?"

"Nggak perlu aku jawab juga kamu udah tau jawabannya apa." Ia merubah posisi duduknya menjadi bersandar pada kursi taman. Tangan kirinya bergerak ke belakang, merangkul pundak Audy.

Audy ikut bersandar, menatap Trian dengan raut wajah bingung. Ia lantas berpikir dalam diam, perasaan Trian belum pernah cerita tentang apa yang ia suka pada dirinya. "Apa sih? Ody nggak tau ih."

Trian berdecak, membuang muka ke arah lain. "Tau ah. Audy nggak peka males." Ia pura-pura merajuk.

"Trian, Ody bukan nggak peka. Tapi emang nggak tau." ujarnya pelan

Trian menghela napas, lantas menoleh menatap Audy lekat. Mereka saling bertatapan beberapa detik, sebelum akhirnya Audy merasa wajah Trian semakin mendekat. Audy menahan napas, tidak tau harus apa. Sementara jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Kemudian Audy lebih memilih untuk memejamkan matanya. Semakin mendekat dan ....

"YA ALLAH! NGGAK DI KANTIN, NGGAK DI KELAS, DI LAPANGAN!! BAHKAN DI TAMAN SEMUANYA PACARAN! HERAN GUE INI SEKOLAH BUAT BELAJAR APA BUAT PACARAN DAH?"

Audy dan Trian sama-sama terjingkat kaget. Begitu keduanya menoleh ke belakang menemukan Ehsan berdiri dengan raut wajah masam. Trian berdecak, lalu mengambil daun kering yang jatuh pada rambut Audy lalu ia membuangnya dengan gerakan sedikit kasar karena kesal dengan Ehsan telah mengagetkannya.

Ehsan mendekat, duduk di ayunan yang tak jauh dari mereka. "Kalian tau nggak sih? Gue ke kantin liat Jauhar suap-suapan sama Kathrine. Di kelas si Dedi lagi pacaran sama Karin. Di lapangan ada kakak kelas pacaran berkedok ngajarin main basket. Sekarang di sini? Malah ketemu lu berdua anjing." cerocos Ehsan, begitu capek. Tidak dimana-mana ia menemukan orang pacaran. Niatnya ke sini, karena ia pikir tidak ada siapa-siapa. Eh ternyata ada Trian dan Audy yang posisi wajahnya dekat sekali. Lalu pikirannya Ehsan melayang jauh.

[Not] Bad Boyfriend |END|Where stories live. Discover now