Part 45

25 8 3
                                    

Trian duduk bersandar pada sofa ruang tengah sembari menonton acara televisi yang menurutnya sangat membosankan. Kenapa tidak diganti ke channel lain? Masalahnya semuanya membosankan di mata dia. Lalu kenapa menonton televisi? Ya biar rumah sedikit ramai saja oleh suara dari televisi tersebut. Hmmm

Sebetulnya cowok tersebut sedari tadi duduk dengan hati yang gelisah. Hari ini, pengambilan raport. Jika nilainya anjlok, siap-siap diceramahi hingga nanti subuh mungkin. Oke itu berlebihan!

Suara pintu utama yang terbuka, membuatnya seketika berdiri dengan tegak. Dipta memasuki ruang tengah dengan tampang yang.... menakutkan menurut Trian.

Tubuhnya merinding ketika Dipta menepuk bahunya dua kali.

"Nilai kamu bagus! Bahkan terus meningkat tiap semester. Wali kelas kamu juga bilang kamu anaknya nggak neko-neko kayak yang lain. Pertahankan itu!"

Trian langsung tersenyum lebar mendengar penjelasan papanya. Cowok itu reflek memeluk tubuh kekar yang sudah sangat lama tidak dia peluk. Ingin menyudahi pelukan tersebut, namun Dipta membalasnya dan memeluknya lebih erat.

"Papa bangga sama kamu."

Pelukan tersebut terlepas, Dipta menyerahkan raport tersebut pada Trian.  Keduanya duduk bersampingan di sofa ruang tengah kala itu. Dipta tersenyum bangga pada anak satu-satunya.

"Pa, aku keluar ya?"

"Kemana?"

"Audy."

"Iya."

Dasar bucin!

*****

Sebelum menemui Audy, ia bertemu dengan teman-temannya dahulu. Mereka sepakat bertemu di warung kopi mang Abdul.

"Eh lusa ke pantai yuk?" Ajak Jauhar

"Ngapain? Ngumpulin terumbu karang?" Sahut Ehsan

"Camping monyet. Seru deh keknya."

"Boleh tuh. Dua hari tiga hari?" Celetuk Trian

"Satu minggu!" Seru Ehsan

"Satu minggu kayak nggak punya rumah lu." Sahut Kendra

"Kan emang nggak? Buat apa pulang kalo kayak nggak ada keluarga."

Semuanya langsung terdiam mendengar perkataan Ehsan.

"Tiga hari lah coy. Gimana? Ajak cewek-cewek juga lah! Lu pada nggak bisa masak kan?"

Ehsan melotot ke Jauhar, "Buset! Lu kata cewek gua babu? Disuruh masak."

"Paan sih?" Jauhar memukul sekilas paha Ehsan

"Terus nasib kita yang jomblo ini gimana njing?" Juna keluar suara setelah lumayan lama diam

"Sewa cewek orang." Mulut Jeffery memang minta ditampol

"Ani ani juga boleh."

Trian menyemburkan kopinya saat mendengar celetukan Yudha. Sementara Jeffery tersedak asap rokoknya sendiri. Memang bangsat si Yudha ini.

"Mana mau mereka sama lu Yud, harus berduit dulu ngab." Ujar Juna

"Ya udah sih. Kita ke sana mau camping. Bukan mau nikah masal. Gitu aja diributin. Gua masakin dah." Ujar Rayyan

Yang di sana (Jeffery, Trian, Juna) sampai lupa bahwa Rayyan ini jago masak. Bukan hanya masak mi rebus ya!

Sebetulnya ada yang lebih jago dari Rayyan, si Jauhar. Cuma dia hanya diam, karena anaknya memang pemalas. Kalo ada yang lain, kenapa harus dia? Gitu prinsipnya.

[Not] Bad Boyfriend |END|Where stories live. Discover now