Part 31

25 7 0
                                    

Trian rebahan di sofa, menatap langit-langit rumahnya. Televisi yang sedari tadi menyala tidak ditoleh sama sekali. Sengaja ia nyalakan agar rumah tidak terlalu sepi saja.

"Trian!" Panggil Dipta, papanya

Trian melirik ke Dipta, "Kenapa pa?" Lalu ia merubah posisi menjadi duduk

"Antar Bi Yasmi belanja kebutuhan dapur!"

Bi Yasmi yang ada di belakang Dipta langsung menyahut, "Nggak usah tuan. Saya bisa sendiri, lagian ini masih sore."

"Nggak papa bi. Biar Trian yang nganterin. Di luar gerimis. Ini kunci mobilnya Trian!"

Setelah menyerahkan kunci mobilnya pada Trian, Dipta langsung melangkah pergi menuju kamarnya.

"Aden, nggak usah. Den Trian di rumah aja, bibi bisa sendiri kok."

"Nggak! Biar Trian anterin. Bibi tunggu sini dulu, aku mau ambil jaket."

Saat di mobil, Bi Yasmi hampir duduk di belakang namun langsung di larang Trian. Trian meminta agar ia duduk di depan saja, di sampingnya. Dengan tidak enak hati, Bi Yasmi duduk di samping Trian.

"Aden." Panggil Bi Yasmi pelan

Trian menoleh sekilas, "Kenapa bi?"

"Bibi perhatiin belakangan ini aden sering ngelamun. Terus raut wajah aden sering sedih gitu. Den Trian kenapa? Maaf ya kalau misal bibi lancang. Aden udah bibi anggap kayak anak sendiri."

"Nggak papa kok bi. Lagi pusing aja bentar lagi mau UAS tapi Trian masih ngang ngong."

"Bener den cuma karena itu? Nggak ada yang lain?"

"Engga. Kan bibi juga udah tau kan, masalah aku sama papa kayak gimana?"

"Iya sih. Aden nggak boleh sedih-sedih terus ya? Ingat almarhumah nyonya. Dia pasti bangga punya anak hebat kayak den Trian."

Trian tersenyum, lalu jemarinya mengusap tangan bibi sekilas. "Iya bi. Makasih ya?" Bi Yasmi mengangguk

*****

"Aden mau ikut turun apa di mobil aja?"

"Ikut."

Kemudian mereka berjalan berdampingan memasuki supermarket. Bibi mulai mencari bahan-bahan dapur. Sedangkan Trian langsung menuju ke lemari es untuk mengambil beberapa kaleng minuman soda. Kemudian kakinya melangkah untuk mengambil beberapa Snack.

Setelahnya matanya tak sengaja menangkap seorang wanita yang terlihat kesusahan mengambil susu formula pada bagian atas, sementara anaknya terus menangis. Trian langsung mendekat dan membantunya untuk mengambilkan barang tersebut.

"Makasih ya mas."

"Iya sama-sama bu."

"Ya Allah sayang, kamu jangan nangis terus dong nak! Liat mama kesusahan ini." Sudah dalam gendongan pun anak tersebut masih menangis, jika dilihat-lihat usianya belum genap setahun.

"ADEN!"

"Eh bi, ini titip punya Trian. Bibi ke kasir aja duluan ya? Ini kartu kreditnya."

"Oh iya iya."

"Sini bu, biar saya bantu bawa belanjaannya. Kasihan itu anaknya nangis terus."

"Ya Allah nggak usah mas."

"Udah nggak papa. Ini udah selesai apa ada lagi bu?"

"Masih lumayan sebenarnya, cuma ini anak saya nangis terus."

Trian terdiam sejenak, lalu memasang tampang lucu. "Haloooo? Kamu kenapa nangis hm? Mau nggak sama abang? Abang gendong ya? Biar mama selesaiin belanjanya?"

[Not] Bad Boyfriend |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang