Part 30

19 7 0
                                    

Hujan deras mengguyur ibu kota pada malam hari. Beruntungnya tidak disertai suara gemuruh petir yang menakutkan. Bukannya mengunci pintu rapat lalu tidur dengan selimut tebal, Trian justru berdiri di balkon kamarnya sembari menikmati air hujan. Padahal saat malam itu dingin sekali, namun ia hanya memakai kaos lengan pendek dengan bawahan celana panjang. Di meja kecil, sudah ada secangkir kopi yang menemaninya sejak tadi.

Sudah lima hari lamanya ia tidak bertegur sapa dengan Audy. Audy benar-benar jarang menampakkan batang hidungnya sejak saat Trian memintanya pada waktu lalu. Kini mereka benar-benar berjauhan. Trian juga sudah lama tidak mendengar suara melengking dari Audy yang selalu berteriak namanya jika bertemu.

Kemudian Trian duduk pada kursi kayu, ia minum kopinya yang sudah dingin. Ia ambil ponselnya yang sedari tadi tergeletak tidak jauh dari cangkir kopi berada. Membuka aplikasi WhatsApp dan fokus pada nomor seseorang.

Ia mengernyit keningnya saat melihat kontak Audy kosong tidak ada profilnya. Bahkan terakhir dilihatnya juga tidak ada. "Ini nomor lo udah nggak aktif atau nomor gue yang lo blokir?" Gumamnya

Kemudian Trian terkekeh kecil, "Diblokir sih kayaknya."

*****

Jalanan sedikit licin karena sisa hujan semalam yang memang cukup deras. Trian mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, lalu beberapa menit kemudian ia telah sampai di sekolahan.

Ia keluar dari area parkiran, dan kebetulan ada Audy yang juga baru saja datang. Trian reflek berhenti dan terus menatap Audy. Mungkin ia masih berharap Audy menoleh dengan senyuman lebar pada bibirnya sembari meneriaki namanya dengan suara lumayan kencang.

Tapi pada kenyataannya, Audy tetap berjalan lurus dan sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Padahal Trian tau jelas, Audy tidak mungkin tidak melihat eksistensi dirinya yang berdiri tinggi tidak jauh dari posisi Audy berada.

Ia mengacak rambutnya secara kasar, lalu bukannya melangkahkan kaki untuk ke dalam kelas. Trian justru melangkahkan kakinya menuju roof top sekolah.

Ia berdiri dan berpegangan pada dinding pembatas roof top. Memejamkan matanya sejenak sembari menikmati udara sejuk pada pagi itu. Lalu matanya terbuka saat mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.

"Maaf, ini siapa ya?"

Itu suara Audy

Trian membalikkan badannya menghadap Audy. Audy terlihat sangat terkejut, dan tanpa mengeluarkan sepatah kata Audy berbalik badan untuk pergi dari sana.

"Mau kemana lo?"

Suara berat Trian membuat Audy berhenti, "Mau balik ke kelas. Maaf, Audy nggak tau kalo Trian di sini."

"Emang lo mau ngapain di sini kalo nggak ada gue?"

"Berdiri aja, Audy suka udara di sini."

"Ya udah di sini aja."

"Nggak, Audy mau ke kelas aja. Maaf."

Trian berjalan menyusul langkah kaki Audy, lalu ia mencekal tangan Audy yang membuat sang empunya terkejut lagi.

"K- kenapa?"

"Lo di sini! Berdiri sana, nikmati udaranya biar gue yang pergi."

Trian pergi dari sana, meninggalkan Audy yang berdiri seorang diri dengan tatapan sedih yang begitu kentara. Namun pada akhirnya Audy juga ikut pergi. Sehingga roof top tidak ada siapa-siapa lagi pada pagi itu.

*****

"WOHOOOOO! AKHIRNYA YA SETELAH SEKIAN LAMA TUH BOLA MASUK KE RING JUGA!" Teriakan Ehsan menggelegar pada saat itu

"BERISIK MONYET! ALAY BANGET!" Teriak Jauhar lalu mengambil bola basket yang sempat menggelinding ke tepi lapangan

Kemudian Jauhar sok-sokan melempar bola dari kejauhan seperti apa yang dilakukan Trian beberapa menit yang lalu sebelum Ehsan juga berhasil melambungkan bola ke dalam ring. Tapi, naas. Bola tersebut malah mengenai kepala Yudha sampai Yudha mengumpat.

Ehsan tertawa lebar, sangat puas. "Har? Udah paling bener lo main catur aja dah sama si Jepri atau gak Juna."

"Bacot kerak panci." Dumel Jauhar

Kemudian mereka kembali bermain. Bukan permainan sungguhan namun mereka sangat terlihat serius saat memainkan. Apalagi Ehsan, lagaknya sudah seperti pemain basket yang sangat mahir.

"Dy, sini Dy! Ih seru banget mereka mainnya." Ucap Leni sembari menarik Audy agar duduk di sampingnya sembari melihat Trian dan teman-temannya bermain basket

"Ih ganteng banget calon pacar."

"Siapa Len? Ehsan?"

"Ya menurut lo? Siapa lagi? Masa Yudha ya nggak mungkin."

"Terus kapan resminya? Masa calon pacar mulu dari kemarin."

"Ish ya nggak tau Dy. Ehsan belum nembak gue. Kenapa ya?"

"Ehsan lagi siapin kej- ADUHH." Audy meringis sambil memegang kepalanya yang baru saja terkena lemparan bola basket.

"YA TRIAN NGAWUR NIH! MASA CALON PACAR SENDIRI DILEMPAR BOLA." Pekik Ehsan

"Trian nggak sengaja bego." Sahut Kendra

"Yan? Malah bengong. Samperin Audy!" Ucap Jauhar

Trian menghela napas sejenak, lalu berdiri tepat di depan Audy.

"Trian gimana sih? Kalo main yang bener dong. Untung aja Audy nggak pingsan." Cerocos Leni sembari merangkul pundak Audy

"Lo nggak papa?" Tanya Trian

"Nggak papa gimana sih Yan? Udah jelas-jelas Audy meringis tadi. Pasti sakit lah, ya kan Dy?" Lagi-lagi Leni yang bersuara

Trian tidak menggubris perkataan Leni, ia hanya terus menatap Audy menunggu jawaban dari Audy sendiri. Ya meski sebenarnya Trian tau, bahwa itu tadi pasti sakit.

"Nggak papa kok Trian." Jawab Audy

"Oh, ya udah." Balas Trian lalu mengambil bola basketnya dan kembali ke tengah lapangan

"YOK MAIN LAGI!" Ucapnya

Leni melongo beberapa detik, "I- itu beneran Trian Dy?"

"Iya. Masa Pak Parto? Jauh ah."

"Nggak gitu Ody cantik. Maksud gue, kok dia gitu doang sih responnya?"

"Emang harusnya gimana Leni?"

"Ya lebih deket kek, ditanya dengan nada super halus. Terus pegang kepala lo yang nggak benjol ini."

"Leni lupa ya? Kan Trian sama Audy udah jauhan sekarang."

"Ya iya sih. Ya tapi nggak gitu juga kali!"

"Ke kelas aja yuk?"

Leni mengangguk, lalu menggandeng tangan Audy.

"CALON PACAR MAU KEMANA? DI SINI AJA!" Teriak Ehsan

Dengan begitu saja, semburat merah muncul pada Leni. Maksud Ehsan tuh apa ya? Ini tubuh Leni seketika melemas jika tidak bergandengan tangan dengan Audy, bisa saja ia ambruk ke tanah sekarang juga.

"Ayo Dy! Lariiiiiiii!"

Ehsan reflek tertawa melihat Leni salah tingkah. Lucu katanya, pingin cubit ginjalnya. Eh salah pipinya.

"Calon pacar calon pacar. Emang Leni mau sama lo?" Cibir Kendra

"Ya mau lah! Siapa coba yang nggak mau sama gue?"

"Gue!" Sahut Yudha

"Najis Yud."

"Gue kira tuh anak udah punya pacar." Celetuk Trian

"Belum Yan..Masih otw, ini mau gue tembak. Lo nggak liat, dia salah tingkah tadi."

"Bukan salah tingkah itu mah. Lebih ke malu."

"Sirik aja lo papan giles."

[Not] Bad Boyfriend |END|حيث تعيش القصص. اكتشف الآن