06. Tentang Kita

66 12 1
                                    

Hai haiii👋🏻
aku kembali setelah lama berhibernasi.

Lama banget ya?

Maaf ya, ni ku kasih permen
" 🍭"

.
.
.

"Kita punya harapan tapi dunia punya kenyataan."

"Awas aja San,sampe lo berdua lagi uwu-uwuan di taman ,gue slibaw kaki lo!" tegas Nindya yang berjalan dengan gaya jalan cepat dan kedua tangan di pinggang seperti emak-emak kompleks yang sedang marah-marah.

Ia terus menerus menerka-nerka apa yang sedang di lakukan sahabat nya itu. Apakah sedang membicarakan tentang hubungan kedua nya?atau... Entah lah ia tak tau.

Sesampai nya di sana ia di suguhi Sandria yang berdiri di depan Gav dengan tangan menunjuk ke muka Gav, sedangkan laki-laki itu masih berusaha untuk tenang dengan wajah datar nya.

Taman yang sepi karena siswa-siswi lebih memilih berdiam di kelas membuat suasana menjadi lebih dramatis. Sinar matahari yang menyinari bumi kala itu sangat menyengat, angin yang berlalu lalang dan rumput hijau yang bergoyang di terpa angin kencang tidak membuat Sandria berhenti bicara akan isi hatinya.

Di tengah-tengah taman terdapat pohon beringin yang menjulang tinggi. Nindya, gadis itu berdiri di belakang pohon yang tak jauh dari keduanya untuk menguping pembicaraan sahabat nya.

Pohon besar tersebut,mampu menutupi tubuh mungil milik Nindya. Dengan pendengaran yang tajam ia merekam segala yang kedua nya ucapkan. Sesekali ia menengok untuk berjaga-jaga apakah sahabat nya itu sudah pergi atau belum.

Masih dengan posisi berdiri, Sandria terus mengeluarkan keluh kesah nya selama ini. 

"Kakak lupa? Selama ini gue nggak di anggap! Effort gue buat dapetin sedikit perhatian dari kakak, layaknya seorang pasangan pada umumnya nggak buat kakak buka mata!" jelas Sandria menggebu-gebu. Dada nya naik turun dengan nafas yang tidak teratur. Sungguh ia sangat lelah dengan semua ini.

Kecewa, mungkin satu kata itu cukup untuk mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat ini.

"Bahkan di saat gue mati-matian buat jadi garda terdepan saat kakak lagi jatuh, kakak malah pergi sama cewe lain. Dan tanpa rasa bersalah sedikitpun kakak terang-terangan gandeng tangan dia di depan mata gue. Sakit kak..." jelas Sandria menahan rasa sesak yang menyeruak di dadanya.

Hari-hari yang selalu ia lewati dengan impian bisa berdua dengan kekasih walau hanya duduk berdua itu hanyalah sebuah impian yang hanya jadi angan-angan.

Makan berdua, jalan berdua, bercanda ria dan saling bercerita itu sangatlah mustahil.

Berkomunikasi satu sama lain? jangan di tanyakan. Untuk saling mengasih kabar saja ia merasa enggan. Lebih tepatnya, ia merasa bahwa pertanyaan dan sapaan yang selama ini ia berikan tak ada apa-apanya di mana Gav.

"Enam bulan! Enam bulan kita ada hubungan, namun apa... semua hanya sebatas kata KITA PACARAN!" tukas Sandria dengan mata berkaca-kaca.

"Bahkan kita kaya orang asing yang nggak kenal satu sama lain," lanjut nya dengan suara rendah menahan agar buliran air dari mata nya tak runtuh saat itu juga.

Namun luruh sudah pertahanan nya untuk tak menangis. Airmata nya jatuh saat itu juga. Bahu nya bergetar hebat dengan kedua tangan menutup wajah nya. Rambut yang di gerai itu bergerak karena hembusan angin.

Gav yang melihat itu merasa menjadi seorang laki-laki yang tak berguna bahkan jauh dari kata layak untuk seorang gadis yang tulus seperti Sandria. Ingin sekali rasanya ia memeluk dan menjadi sandaran saat gadis itu terluka, namun ia yang menoreh kan luka itu. Ia sadar dirinya bukan siapa-siapa lagi bagi Sandria.

"Maaf," ucap Gav. Entahlah ia sudah tak bisa berkata-kata. Hanya itu yang bisa ia ucapkan Mendengar apa yang selama ini ia lakukan dari mulut Sandria membuat nya sadar akan kesalahan fatal yang ia perbuat. Ia telah menyakiti hati gadis itu.

Namun apakah masih bisa untuk memulai dari awal? Rasanya itu percuma. Namun tak ayal laki-laki itu bertanya.

"Ca, lanjutin kisah kita berdua bisa?" tanya Gav yang kini berdiri dan memegang kedua bahu Sandria dengan tatapan kedepan penuh harapan.

Sungguh, Gav merasa dalam hidupnya ada yang hilang setelah Sandria tak ada hubungan dengan nya. Ia rindu gadis yang selalu menyapa nya setiap bertemu walau hanya kata "Hai", gadis yang bertanya kabar nya walau hanya kata "Kakak baik kan?", gadis yang selalu memberikan kata "Selamat malam" walau tanpa balasan. Ia rindu semua itu.

Sandria yang merasakan ada tangan yang memegang bahu nya menurunkan kedua tangan dari wajahnya lalu menyentak kasar kedua tangan Gav yang berada di bahu nya.

Dengan inisiatif Gav mengambil sapu tangan di saku celananya. Dengan cepat ia menyeka air mata Sandria. Namun gadis itu menolaknya mentah-mentah. Sandria mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya.

"Untuk apa lanjut? Nggak ada gunanya, kita bakal berakhir dengan ending yang sama," tegas Sandria menjelaskan.

"Kita beda, cukup sampai sini aja," lanjutnya.

"Gue kira cinta di bales cinta. Ternyata cuma kata maaf aja."

"Tapi tenang aja, sekarang gue nggak butuh feedback perasaan dari lo. Rasa suka ke lo hilang digantikan rasa kecewa yang dalam."

"Sekali lagi maaf," ucap Gav meminta maaf sekali lagi. Dirinya seperti sebuah pengecut saat ini. Dengan tidak sopan nya ia memberikan luka di hati gadis itu. Luka yang belum tentu bisa terobati.

"Ngga perlu minta maaf, bukan salah lo. Gue aja yang dulu terlalu berharap. Dan stop bilang maaf. Gue muak dengernya!" cerca Sandria kepada Gav. Gadis itu di buat tidak bisa berkata-kata dengan keadaan saat ini.

"Kita punya harapan tapi dunia punya kenyataan. Dan gue sadar, lebih baik kita jadi orang asing layaknya orang yang tak pernah kenal satu sama lain!"

"Cukup, anggep gue sebagai adik kelas lo. Nggak lebih. Kita selesai," final gadis itu.

"Gue pergi, ngga ada yang perlu di perbaiki apa lagi kembali!" tegas Sandria lalu melenggang pergi dari hadapan Gav.

Di sisi lain, Nindya yang menguping semua percakapan antara Sandria dan Gav di buat tercengang. Sungguh ia tak menyangka akan hal itu. Sangat di luar galaksi bima sakti pikirnya.

Tapi kenapa Sandria tak bercerita akan hal itu kepadanya?

Namun atensi nya teralihkan saat melihat Sandria berlari pergi dari taman dan naik menuju tangga. Dengan cepat ia ikut berlari untuk mengejar sahabatnya itu. Takut-takut jika Sandria melakukan hal berbahaya.

Gav yang berniat akan mengejar Sandria ia urungkan saat melihat Nindya yang berlari dari balik pohon.

Gav rasa ia akan menemui kembali gadis dengan tingkah absurd itu untuk terakhir kalinya dan semoga tak terjadi apa-apa.

_____

dikit? gpp deh buat ngobatin kangen.

Next? Spam komen sini👉

Jangan lupa
Vote, comment & Follow akun wpku.

IG:@riska_anggita0611
Tiktok :@wp.oreofrappucino25

Bye-bye💐💗

Kalo kangen bilang! Ga bayar kok.

-oreo_frappucino

ALEXSANDRIA Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz