11. Penuh Drama

63 8 0
                                    

HALLO GENGSS👋🏻

GIMANA KABARNYA?

Siapa yang nunggu cerita ini update?

Tahun Baru, Ayang fiksi Baru 😍❤️

✨HAPPY READING✨

.
.
.

Malam berganti pagi, bulan berganti matahari. Pagi ini, Sandria bersama keluarga nya tengah makan bersama-sama di meja makan. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang saling beradu, namun suara paling keras terdengar dari piring Sandria. Gadis itu memakan makanan nya dengan tidak selera. Haris, Amelya dan Barra saling bertatapan penuh pertanyaan dan masing-masing orang mengangkat bahunya acuh tanda tak tahu.

Dimeja panjang berwarna coklat yang terbuat dari kayu jati dan di lapisi taplak berwarna putih, berjejer beberapa makanan yang sangat menggiurkan. Terlihat diatas meja terdapat ayam kecap, ikan teri, sambal ijo dan lalapan yang terdiri dari timun, terong ijo dan daun singkong yang telah direbus.

Namun semua itu tak membuat Sandria nafsu makan. Gadis itu hanya menatap tak suka dan mengorak-arik makanan dipiringnya. Hingga semua orang telah selesai dengan sarapan pagi ini, Sandria masih saja bermain-main dengan nasi putih dan ayam kecap itu.

Amelya yang melihat itupun angkat bicara, "Kenapa Nduk? Kok nggak dimakan? Itu ada ayam kecap loh. Kesukaan kamu," ujar Amelya yang bertanya.

Sandria masih fokus dan tak mendengarkan ucapan Amelya. Amelya menghembuskan nafas pelan, di lanjut dengan Haris yang memberikan peringatan.

"Nduk, makanan nya di makan jangan buat mainan. Di habisin, nanti ayam nya mati!" ucap Haris memperingati.

Sandria menatap tak suka kearah Amelya dan Haris,terlebih ke Barra. Terlihat seperti orang yang memiliki dendam abadi.

"Kan emang udah mati, lagipula kalau hidup, Ica nggak melihara ayam," bela Sandria yang kini telah berhenti memainkan makanannya. Sendok dan garpu yang ia pegang telah ia letakkan di atas piring.

Gadis itu berdiri, dan meninggalkan meja makan dengan alat makan yang ia pakai dan dibawa kearah dapur untuk di bersihkan. Untung saja ia hanya mengambil sedikit sarapan pagi ini.

"Nyuci piring sendiri, tidur ku pun sendiri, semuanya sendiri, sangat-sangat mandiri.... Huh mandiri banget gue!" ucap Sandria penuh nada, meratapi nasib untuk  dirinya.

Selesai dengan acara menyuci piring, gadis itu mengelap tangan nya yang basah dengan tisu dan bergegas menuju kekamarnya.

Saat akan kekamar, terlihat Barra yang sudah siap untuk pergi kesuatu tempat. Cowok itu menggunakan kaos hitam berbalut kemeja flanel kotak-kotak dengan celana jeans yang seirama dan jari-jemari nya yang merapikan rambut hitam pekat tersebut membuat kadar ketampanan seorang Barra bertambah. Namun itu semua tak bernilai dimata Sandria, abangnya itu terlihat seperti seorang playboy cap kadal.

"Seperti Fisika, banyak Gaya. Mana kek jamet durian runtuh," seru Sandria lumayan keras, berjalan santai di depan Barra yang memincingkan mata nya tak suka.

Saat akan membuka pintu, baju belakang Sandria di tarik oleh Barra membuat Sandria tertarik kebelakang dan tak jadi memasuki kamarnya.

"Lepas!" seru Sandria tak terima. Sandria mendongakkan kepalanya. Keduanya telah berdiri berhadapan saling melayangkan tatapan tajam.

"Maksud lo apa? Ngomongin gue jamet!" ucap Barra meminta penjelasan. Ia tak terima, bisa-bisanya style korea seperti ini di bilang jamet.

Sandria tersenyum smrik, terlihat dari raut wajahnya bahwa gadis itu menantang Barra. Keduanya tangan nya bersedekap dada.

ALEXSANDRIA Where stories live. Discover now