09. Kehidupan Baru

63 11 0
                                    

HALOOO
SELAMAT HARI MINGGU
Aku update nihhh💕

.
.
.

✨ HAPPY READING ALL ✨

Gadis yang kini duduk di bangku belakang itu sedang menyandarkan kepalanya pada bahu abangnya.

"Belum tidur?" tanya Barra memecah keheningan yang ada. Jam sudah menunjukkan pukul 23.35 dan Sandria belum sedikit pun menutup mata nya. Gadis itu menatap kosong  penuh keheningan.

Sandria hanya bergumam pelan dengan mata menyorot kesedihan yang mendalam. Pikirannya terus memandang masa yang akan datang, masa tanpa Nindya, Sahabatnya. Dan masa dengan kehidupan barunya.

Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang dan sesekali berhenti karena lampu apil yang berganti menjadi warna merah.

Amelya sudah tertidur sejak tadi, ia kecapean karena terus mengemasi barang-barang yang harus di bawa ke rumah baru mereka.

Sedangkan Haris, Pria itu sedari tadi masih saja menyetir mobil, padahal Barra sudah mengajukan diri nya dengan lapang dada dan penuh keikhlasan untuk bergantian menyetir mobil, namun Haris bersikokoh berkata tidak.

"Nanti kalau mengantuk, berhenti sejenak di rest area." begitu kira-kira kata Haris.

Sandria sudah berganti posisi menjadi menghadap ke jendela sebelah kiri. Menatap jalan yang masih ramai walau sudah larut malam dan berbagai jenis lampu yang menyala menerangi jalanan. Sepanjang perjalanan terdengar suara kendaraan yang bising, gedung-gedung yang menjulang tinggi serta jalan yang berbelok-belok penuh tikungan.

Keadaan mobil sangat hening karena semua fokus pada tujuan mereka, kecuali Sandria yang pikirannya berakar kemana-mana.

Gadis itu terus diam tanpa ada niat untuk berbicara. Barra di buat bingung dengan sikap adiknya saat ini. Biasanya gadis itu akan bercerita hal-hal random bahkan menyampaikan imajinasinya yang luas dan diluar nalar kepada Barra. Gadis itu tidak suka keheningan, namun entah kenapa kini adiknya itu diam dan hanya bicara kepadanya saat ia bertanya.

Cowok itu berdehem singkat supaya suasana tidak canggung, membuat Sandria mengalihkan pandangannya dari jalanan kearah Barra yang mengusap tengkuknya tak nyaman. Gadis itu menaikkan satu alisnya, Barra rasa adiknya itu terusik karena suara nya.

"Gav tau hal ini?" tanya Barra pelan mencairkan suasana.

Oh ayolah, suasana dimobil saat ini sangat hening.

Tapi tiba-tiba suasana berubah menjadi serius. Lagi dan lagi Sandria hanya menggeleng tanpa ada niatan untuk berbicara.

"Kenapa?" tanya Barra yang kaget karena Sandria yang tak memberi kabar apa-apa. Jujur, ia juga belum tau ataupun bertanya alasan mereka berdua putus. Jadi Barra tidak bisa menyalahkan ataupun membenarkan salah satu pihak. Mungkin, nanti malam ia akan berbicara empat mata bersama Sandria.

Sandria menghembuskannya nafas kasar. Merubah raut wajahnya menjadi seserius mungkin.

"Karena nggak semua harus tau. Pergi tiba-tiba tanpa ada kata kembali itu istimewa."

Barra tau maksud dari perkataan adiknya itu. Ia menghembuskannya nafas pelan. Cowok itu hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban dan Sandria pun menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil. Gadis itu memejamkan matanya mencoba untuk tertidur walaupun pikiran tidak bisa tenang.

Banyak kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Terlebih lagi tentang....

Tiba-tiba tangan Barra mengelus surai hitam milik sang adik. Sandria yang merasa ada sentuhan pun membuka matanya, lalu menoleh kearah abangnya yang mengulas senyum tipis.

ALEXSANDRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang