5. Tata Cara

3.6K 277 69
                                    

💉 Amalia

"Kapan ya, dok. Semua virus ini bisa berakhir. Rasanya udah pengin banget ketemu sama banyak orang tanpa takut lagi. Pengin banget bisa senyum tanpa harus ketutup masker kaya sekarang."

Aku tersenyum setelah selesai menelan semua kunyahan makanan yang ada di dalam mulutku. "Bismillah. InsyaAllah, bisa segera ya, Ras."

"Iya, dok. Aamiin. Udah lewat tahun, tapi berita tentang corona masih aja tetap ada. Dan rasanya, beneran udah kangen banget hirup udara segar tanpa harus terhalang masker."

"Iya, Ras. Aku juga. Tapi setiap hal, pasti selalu ada hikmahnya. Jangan sampai cuma lihat buruknya aja. Jadi kita juga bisa tetap bersyukur. Sama kaya virus corona ini. Karena ada corona, kita jadi bisa lebih bersyukur kalau nikmat sehat itu memang mahal sekali harganya. Bahwa sehat dan sempat itu memang sesuatu yang sangat berharga."

"Bener banget, dok. Karena corona, kita juga jadi lebih bisa menghargai setiap waktu berkumpul bersama keluarga, karena nggak mau mereka pergi gitu aja."

"Iya, Ras. Bener banget. Jadi ya gitu. Ketika sedang terjadi sesuatu, kita beneran harus bisa melihatnya dari 2 sisi. Nggak boleh cuma dari sulitnya aja. Tapi nggak hanya memikirkan rasa bahagianya juga. Harus seimbang. Dua-duanya. Biar kita bisa mawas diri, lebih berjaga, juga bisa tetap jadi seseorang yang nggak kufur nikmat."

"Bener banget ya, dok. Biar kita nggak takabur. Tapi juga tetap bisa untuk selalu hati-hati."

"Iya dong, Ras. Seperti itu. Supaya kita bisa tetap netral. Nggak banyak menggerutu ketika sedang terjadi musibah. Juga tetap bisa bersyukur ketika diberikan rezeki dan nikmat. Sama seperti ketika virus corona ini ada. Nggak perlu takut berlebihan, tapi juga harus tetap hati-hati. Karena kalau takut, terlalu parno, nanti malah bisa berpengaruh dengan imun dan ketahanan tubuh kita. Yang perlu dan penting itu, ya hati-hati. Menjaga, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk orang lain. Karena kalau sudah sama-sama menyadari, pasti akan lebih nyaman lagi praktiknya. Pelaksanaan pencegahan dan pengobatannya akan lebih lancar tanpa harus ada banyak paksaan atau teriakan. Sebab semua orang sudah sama-sama tahu, kalau virus ini mau cepat berhenti, ya semuanya harus bisa untuk ikut ambil andil. Nggak bisa cuma menyalahkan orang lain, tapi kita malah berbuat seenaknya."

"Bener banget, dok. Kalau sudah sama-sama paham, pasti nggak ada ceritanya tuh orang batuk atau meludah sembarangan. Udah tahu mau batuk atau bersin, malah dibuka maskernya. Ya virusnya bisa nyebar ke mana-mana."

Aku kembali tersenyum saat mendengar bahwa suara Laras mulai menggebu-gebu dengan ceritanya.

"Padahal ya, dok. Yang namanya batuk atau bersin itu, cepet banget menularnya kalau ketahanan tubuh kita lagi nggak bagus. Tapi aku beneran masih sering banget lihat, orang-orang yang sebenarnya udah pakai masker, tapi pas batuk atau bersin, malah dibuka. Waktu ditanya, katanya pengap kalau batuk atau bersin tetap pakai masker. Kan salah banget itu, dok."

"Iya. Untuk kita yang tenaga medis, yang memang sejak lama sudah tahu tentang penyakit, hal seperti itu memang sudah langsung salah besar. Tapi untuk orang awam, masyarakat umum, atau manusia kebanyakan yang juga sama kagetnya dengan adanya virus corona, kita nggak bisa langsung menyalahkan mereka begitu saja. Karena mereka juga sama-sama sedang melakukan penyesuaian dengan kebiasaan baru penggunaan masker dan jaga jarak. Jadi ya yang bisa dilakukan sekarang, gencar sosialisasi, dan penjelasan detail, kalau penyebaran virus corona bisa ditekan, jika masyarakat bisa sama-sama menjaga satu sama lain. Tidak pergi sembarangan ketika sedang sakit. Dan jangan mudah meludah di sembarang tempat. Jelaskan dengan benar, dengan bahasa yang mudah untuk dimengerti. Karena masyarakat kita, nggak bisa kalau diarahkan dengan cara yang keras. Kalau terus disalahkan, mereka malah bisa berubah jadi berontak."

Prawira Laksamana ✔Where stories live. Discover now