30. Kembali

2K 217 65
                                    

🔫 Agam

"Apa kabar, dokter Amalia?"

Sapaan yang selama ini kutahan dalam kerinduan, akhirnya tersampaikan.

Tapi hatiku langsung menciut.

Keberanian yang selama ini selalu kucoba untuk dijaga, luluh lanta seketika. Karena bukan senyum ceria yang kuterima. Melainkan dokter Amalia yang langsung pergi meninggalkanku dengan palingan wajahnya.

Aku ditinggalkan.

Kepulanganku tak diberi sambutan.

Menguatkan hatiku. Aku ingin mencoba untuk menekan lukaku. Sebab aku ingin dokter Amalia menjadi milikku. Harapanku masih sangat setia menginginkan bahwa semoga perasaan jatuh cinta dokter Amalia tetap jatuh padaku.

Jadi segera menarik panjang napasku, mencoba menampik semua perasaan berkecamuk yang kini sedang menggerogoti hatiku, langkah kakiku segera bergerak untuk mengejar dokter Amalia yang benar-benar kentara sekali sedang ingin menghindariku.

"Dokter Amalia, apa kabar? Saya sudah bertanya, jadi kenapa dokter Amalia tak memberikan jawaban?"

"Saya masih bisa berdiri. Masih bisa berjalan. Kedua mata saya masih bisa melihat. Dan mulut saya juga masih bisa terbuka untuk berbicara. Jadi harusnya, Pak Komandan tahu kalau saya baik-baik saja."

Perasaanku jelas langsung mencelos.

Sungguh.

Benar-benar tak menyangka, bahwa suara sedingin ini yang akan kudengar dari dokter Amalia.

Di mana kehangatan yang selama ini selalu ada pada dokter Amalia?

Kenapa jadi hawa gelap dan begitu dingin yang kini begitu terasa?

"Alhamdulillah. Saya bersyukur dan sangat bahagia kalau keadaan dokter Amalia selalu sehat."

Aku mencoba menenangkan perasaanku. Menguatkan diriku. Meski sebenarnya jawaban dokter Amalia sungguhan meruntuhkan pertahananku. Apalagi karena dokter Amalia tetap berjalan cepat sekali tanpa menghiraukan keberadaanku.

"Saya sudah bertanya kabar dokter Amalia. Jadi apa dokter Amalia tak ingin mengetahui keadaan saya?"

"Tidak."

Ya Allah.

Kenapa rasanya sakit sekali?

Saat keberadaanku seperti tak diinginkan oleh dokter Amalia.

Apa memang begini besarnya rasa kecewa ketika perasaan kita tak mendapat balasan yang serupa?

"Kenapa?" bahkan suaraku seperti jadi tak ada daya.

"Karena sebelum ini, semua pertanyaan dan rasa ingin tahu saya tak pernah dipedulikan. Tak pernah diberikan jawaban dan kepastian. Jadi sekarang, saya tak ingin lagi merepotkan diri saya untuk mencari informasi tentang Pak Komandan."

Lukaku semakin besar. Sungguhan tambah melebar.

Karena jawaban dokter Amalia seperti tembakan yang sangat mematikan. Sakit sekali sampai membuat darahku terasa langsung bercucuran.

Tapi ya, aku sungguhan tak boleh menyerah begitu saja. Jadi meski kini dokter Amalia seakan ingin mengusirku dari sisinya, aku akan tetap bertahan sekuat tenaga.

"Baiklah. Kalau dokter Amalia tidak ingin bertanya, maka saya yang ingin memberitahu, kalau sekarang, saya tidak baik-baik saja. Saya terluka. Dan harus mendapatkan pemulihan secepatnya."

Yang tadinya keberanianku seperti melayang. Kini senyumku jadi bisa datang.

Sebab akhirnya, dokter Amalia mau menghentikan langkah kakinya.

Prawira Laksamana ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя