31. Mulai Menyelidiki

2.2K 207 34
                                    

🔫 Agam

Hampir 1 tahun lebih aku pergi, dan kini aku sudah kembali. Lalu membuatku semakin sadar diri, bahwa memang sudah banyak sekali hal yang terjadi.

Terutama, tentang dokter Amalia. Sikap ceria dokter Amalia, yang kini jadi terasa sangat keras dan sulit sekali untuk diluluhkan pertahanannya. Juga perasaan besar dokter Amalia, yang masih membuatku sangat takut bahwa mungkin saja saat ini bukan aku lagi yang menempatinya.

Memijat bagian pelipisku, sungguhan masih dokter Amalia yang mengganggu pikiran dan hatiku.

"Kenapa, Mas?"

Tanpa membuka mata, aku jelas sudah tahu siapa yang sekarang sedang menyapaku dengan suara khas miliknya. Hangat dan ceria. Tapi di waktu yang sangat sama, juga bisa menunjukan bagaimana tegas dan tulusnya hati yang ia punya.

"Mas Agam pusing? Atau ada yang sakit? Terapinya tadi gimana? Lancar semua, kan?"

Ah memang dasar Ardiaz.

Adik laki-lakiku ini tentu saja akan terus berbicara, jika aku tak segera menjawabnya.

Jadi lekas memperbaiki posisi dudukku, Ardiaz dan setoples keripik kentang sudah ada di hadapanku.

"Mulutmu sibuk terus ya."

Ardiaz tertawa. Dan malah menyuapkan satu keripik kentang supaya aku bisa segera mencobanya.

"Oh ya jelas dong. Lagi di rumah, jelas asupan giziku selalu terpenuhi."

Mengunyah keripik kentang yang telah Ardiaz suapkan untukku, suami adikku ini juga sudah langsung mendudukkan dirinya di sisiku.

"Enak, kan?"

"Pasti enak. Kan Ibu sama Adek yang bikin."

"Kok Mas Agam bisa tahu?"

Kudelikan mataku pada Ardiaz yang sudah menunjukan ekspresi tengilnya padaku. "Ya menurutmu? Aku udah lahir berapa tahun? Jadi ya nggak mungkin kalau aku lupa sama rasa masakannya Ibu sama Adekku."

Ardiaz tertawa. Dan jawabannya kali ini membuatku jadi ingin sekali menembak kepalanya.

"Sudah mau kepala 3. Terus sekarang lagi mengejar hati calon Ibu Persit yang sangat tercinta."

"Untung aja, sekarang, aku baru pulang. Kalau nggak, kamu udah pasti langsung kutarik ke lapangan tembak."

"Oh kalau soal itu, aku udah kebal banget, Mas. Jadi ayo, nggak takut lagi aku. Malah sekarang, kita bisa duel. Kalau Mas Agam sampai nekat tembak kakiku, aku bisa langsung balas tembak kepala."

Tawa dari Ardiaz kupahami bahwa dia pasti sedang ingin menghiburku.

Memang dasar adik yang super peka.

"Kenapa?" akhirnya aku yang bertanya.

"Bukan Mas Agam yang tanya. Tapi harusnya aku yang tanya, Mas. Mas Agam kenapa? Kenapa pulang dari Rumah Sakit, mukanya malah tambah kusut kaya gitu? Nggak ketemu sama Ayank?"

"Adek yang cerita ya?"

Ardiaz langsung terkekeh di sisiku. "Istriku memang cerita, Mas. Tapi aku juga kepo. Karena jangan lupa, rahasia istri, ya pasti diketahui oleh suami. Jadi soal Mas Agam dan Ibu Dokter, ya jelas pasti aku tahu."

Prawira Laksamana ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora