12. Mencolok Mata

2.2K 230 67
                                    

💉 Amalia

"Halo, si cantik yang nggak pernah mau balas pesan atau angkat telepon dari aku."

Baru melepas jas dokterku, kini aku langsung tersentak saat ada seseorang yang tiba-tiba sudah berbicara dekat sekali denganku.

Menolehkan kepalaku, aku malah jadi mengeluarkan helaan napasku saat akhirnya mengetahui siapa laki-laki yang kini sedang tersenyum cerah sekali tepat di hadapanku.

"Danish. Ngapain kamu di sini?"

"Ya jelas karena mau ketemu sama yang cantik dong."

Ingin mengabaikan semua bentuk bualan yang pasti akan Danish lontarkan, akhirnya aku kembali menyibukan diriku dengan merapikan semua peralatan.

"Kalau kamu mau ketemu sama yang cantik-cantik, berarti, tuh, sama yang di sebelah sana." Tunjukku pada sekelompok tenaga medis yang terdiri dari Dokter dan beberapa Bidan yang hari ini ikut bertugas bersamaku.

"Tapi dari semuanya, buat aku, tetap dan jelas kamu yang paling cantik di sini."

"Aku sibuk, Danish. Jadi nggak akan sempat buat ladenin semua bentuk gombalan dari kamu."

"Kamu si emang selalu bilang sibuk kalau lagi berurusan sama aku."

"Kalau kamu udah tahu aku bakal bilang kaya gitu, terus, kenapa kamu masih terus nekat buat ketemu sama aku?"

"Jelas karena aku pantang menyerah, Amel."

Sedikit memutar bola mataku, kalimat seperti ini memang sudah sering kali Danish ucapkan padaku.

Tapi tetap saja, semua jenis bualan Danish yang seperti ini tak bisa mengaburkan semua sikap nyeleneh yang Danish punya. Terutama, jika itu berkaitan dengan deretan perempuan cantik yang selalu ingin berkutat di sekitarnya.

"Pantang menyerah, atau bebal? Atau karena kamu tak mau dianggap gagal?"

"Ya. Boleh benarkan semuanya. Karena kalau itu soal kamu, memang akan selalu sangat berhasil untuk memancing semangatku."

Jawaban teramat percaya diri dari Danish sungguhan kembali memancing helaan napas super panjang dariku.

"Nggak usah gombal pakai kata-kata pasaran kaya gitu, Danish. Apalagi kalau kamu juga pakai kata-kata itu buat gaet yang lain. Jelas pasti nggak bakal mempan kalau sama aku."

"Buat kamu, aku jelas selalu punya cara yang berbeda. Karena buatku, kamu akan selalu jadi yang istimewa."

"Jadi, kalau buat yang lain, selalu sama? Iya?"

"Mungkin."

Aku jadi ingin sekali berdecih saat melihat Danish semakin percaya diri sekali dengan menangkupkan wajahnya di hadapanku. Karena serius, wajah rupawan Danish sungguhan tak akan bisa untuk menggoyahkan pertahananku. Walau adanya Danish memang sudah seperti bagian dari peralihan masa remaja sampai dewasaku.

Tak akan.

"Pulang sana."

"Aku memang udah pulang, Amel. Karena jadwalku di rumah sakit udah selesai."

"Ya udah. Berarti, harusnya, kamu langsung balik dong. Terus kenapa kamu malah datang ke sini?"

"Tadi kan aku udah bilang, kalau aku mau ketemu sama kamu, Amalia Wirantika yang cantiknya selalu paripurna."

"Ini udah ketemu."

"Tapi masih kangen." Ekspresi merajuk Danish makin menjadi-jadi saja saat ini.

"Nggak usah gombal terus-terusan kaya gitu, Danish. Kalau kangen yang kamu bilang itu juga udah kamu sebar buat banyak cewek yang kamu temui sebelum ke sini."

Prawira Laksamana ✔Where stories live. Discover now