46. Simulasi Dini

1.8K 199 37
                                    

🔫 Agam

Melihat Amalia yang kini sudah mulai dekat dari jarak pandangku, aku langsung tersenyum dan segera berdiri tegak di sisi mobilku. Meraih ponselku, lalu menghubungi gadis sholihah kesayanganku.

Yang tanpa menunggu lama, bersyukur sekali karena panggilan telepon dariku sudah langsung diterima.

"Assalamu'alaikum, Mas."

Manisnya.

Padahal baru mendengar sambutannya, tapi suara lembut Amalia sudah membuat degup jantungku langsung berontak luar biasa.

Hebat sekali.

"Wa'alaikumsalam. Gimana di Jogja? Lancar semua?"

Aku melihat Amalia mengembangkan senyumnya.

Sungguhan cantik sekali calon istriku tercinta.

"Alhamdulillah. Lancar semua, Mas. Semua bagian administrasi, sudah selesai aku urus di sini."

"Alhamdulillah. Jadi, sekarang, kamu mau apa?"

"Mau pulang dong. Jadi warga Solo lagi. Biar bisa ketemu sama Komandan Sayang."

Aku jadi semakin mengembangkan senyumanku. Gemas sekali melihat wajah cantik Amalia yang kini sedang bersemu.

"Mau ketemu sama Mas?"

"Iya dong. Mau ketemu sama calon suami."

"Mas juga."

"Apa?"

"Mau ketemu sama calon istri."

"Aduh. Aku hampir mleyot nih, Mas."

Dasar gemas.

"Ya udah. Tengok kanan sedikit dong. Arah parkiran. Biar mleyotnya langsung beneran."

Dan aku langsung melambaikan tangan kananku, saat calon istri kesayanganku sudah melihat keberadaanku.

"Halo. Komandan punya Amalia Wirantika, sudah ada di sini."

Yang membuatku jadi terkekeh dengan sangat bahagia, saat Amalia langsung merajuk dan mematikan panggilan telepon di antara kami berdua.

Ya ampun.

Sebentra lagi, aku pasti akan mendengar nada protes dari calon istri.

"Dasar tahu bulat!"

Itu sapaan pertama yang diberikan oleh Amalia. Saat calon istriku sudah berdiri tegap di hadapanku dengan bulatan matanya.

"Tapi happy nggak?"

Anggukan kepala langsung kuterima. Dari Amalia yang sudah tersenyum cerah sekali sampai memperlihatkan lesung pipi manisnya.

"Happy banget. Walau deg-degan juga."

"Sama," jawabku ceria, sambil sedikit mendekatkan wajahku pada Amalia.

"Kenapa ke Jogja nggak kasih kabar?"

"Sengaja. Buat kasih kejutan sama calon istri."

Wajah cantik calon istriku, makin bersemu di hadapanku. Dan aku sungguhan sangat suka melihat bagaimana malu-malunya Amalia ketika tersipu karenaku.

"Kalau aku udah balik duluan, gimana coba?"

"Nggak mungkin dong."

"Kenapa bisa yakin banget?"

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang