28. Seirama

1.7K 190 47
                                    

Yuhuuu

Virus happy dari Nada Dina masih ada nihhh 😍😍😍

Jadi aku kasih double up lagi 😍😍😍

Yukkk makin semangat yaaa 😍😍😍

Ayokkk tambah heboh lagi kumpulnya 😍😍😍

Soalnya kalau antusiasnya luar biasa, pasti nanti bisa ada tambahan kejutan yang lainnya 😍😍😍

Selamat membaca 😍😍😍

Semoga selalu suka 💕

*****

💉 Amalia

"Duh. Calon pengantin berseri-seri banget ya, dok."

"Pol. Pokoknya, kalau ini lampu, sorotannya udah langsung bikin silau."

Kelakarku langsung dijawab anggukan kepala tanda setuju oleh Laras. "Bener banget, dok. Makanya Mba Asri nggak boleh sering-sering senyum. Biar kita yang lagi kerja nggak harus pakai kacamata terus ya, dok."

"Ini. Biar si bontot nggak jadi kompor meleduk yang ngeledekin terus, memang harus cepet-cepet dicariin jodoh, dok. Biar nggak sibuk buat ngajakin gosip kaya gini."

Setelahnya, ruang kerjaku dipenuhi dengan banyak sekali macam tawa. Sebelum akhirnya dering ponsel menghentikan celotehan di antara kami bertiga.

"Telepon dari dokter Ganteng nih, dok."

Laras yang terlebih dahulu berbicara. Karena ponselku memang ada di dekatnya.

"Aduh. Nih. Ada angin segar buat kamu, Ras. Pucuk dicinta, ulam pun tiba."

"Kenapa, Mba? Dokter Danish telepon, pasti ya karena kangen sama dokter Amel. Jadi kenapa malah aku yang diledek dapat angin segar?"

"Ya iya dong, Ras."

"Apa, Mba Asri?"

"Karena siapa tahu, kamu bisa tanya sama dokter Danish. Di Jakarta, dokter Danish bisa bawain cowok ganteng nggak buat dijadiin calon suamimu."

Jawaban Mba Asri membuat Laras langsung tertawa senang sekali. Bahkan jadi gemas sekali sampai memukuli meja kerjaku dengan kekehan begitu geli.

"Aduh. Tapi maaf, aku nggak mau kalau cuma ganteng aja, Mba."

"Yakin? Matamu kan biasanya langsung ijo banget kalau lihat yang kinclong."

"Ya barang seger emang jelas buat mata jadi berbinar, Mba. Tapi kalau buat nikah, jadi suami, jadi pendamping hidup, dan calon Bapak buat anak-anakku, ya jelas nggak cuma butuh ganteng aja dong. Aku juga butuh makan, Mba. Nggak cuma sanggup buat bucin aja."

"Ya udah. Cepet tulis list suami idamanmu kaya gimana. Sekarang, Ras. Biar dokter Amel bisa cerita sama dokter Danish."

Aku hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalaku. Dan menatapi panggilan telepon Danish yang masih berdering untukku.

"Jadi gimana nih? Telepon dari Danish boleh kuterima nggak?"

Laras dan Mba Asri langsung mengangguk semangat sekali.

"Boleh banget dong, dok. Ayo, cepet diangkat, biar si bontot bisa cepet ketemu sama jodoh berkualitas."

Laras makin cengengesan. "Iya, dok. Bilang aja sama dokter Danish. Aku mau paket komplit. Kalau udah ada, nanti aku mau memaksakan diri. Biar dia mau sama Bidan kaya aku."

Prawira Laksamana ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ