57. Ungkapan Kepercayaan

1.8K 185 28
                                    

💉 Amalia

"Dok, nanti, tim maraton? Atau sabar jadi tim on going?"

Aku langsung terkekeh dengan begitu geli, merasakan bagaimana hebohnya sikutan yang Laras berikan saat ini.

"Nanti, aku, mau jadi tim maraton. Pengin yang bisa diajak ngebut langsung selesai nonton. Soalnya, kalau nonton drama yang on going, suka greget sendiri karena penasaran."

"Yakin? Padahal, aku tahu ya, kalau draft simpanan drakor punya dokter Amel udah banyak banget ditulis mau nonton yang mana dulu."

Maka colekan yang Laras berikan di bagian daguku, bukan hanya bentuk godaan untuk meruntuhkan pertahananku, tapi juga termasuk bentuk upadaya yang langsung sangat berhasil untuk memberikan sengatan begitu geli di bagian perutku.

Memang dasar.

"Rahasia."

"Jadi, nanti, mau nonton yang mana dulu nih? Beneran tetap mau jadi tim maraton?"

"Iya, Laras. Beneran. Yang masih on going, udah aku simpan list kesukaanku. Tapi baru aku tonton cuplikannya, aku tahan nggak nonton dulu, biar nggak dilema."

"Saya juga si, dok. Apalagi, kalau yang main, Oppa kesayangan. Aduh. Berasa pengin protes sama sutradaranya biar bisa langsung cepat tayang aja episode barunya. Jangan nunggu minggu depannya lagi. Biar bisa tidur nyenyak dan nggak galau karena kepikiran penyelesaian konfliknya bakal kaya gimana."

"Iya. Bener banget. Aku setuju. Curhatan para penonton setia, memang selalu begini ya? Pengin cepet-cepet tayang episode baru, tapi nggak mau langsung tamat, biar tetap bisa lihat yang ganteng dan seger."

"Ya memang begitu ciri manusia ya, dok. Nggak pernah ada cukupnya. Selalu merasa kurang puas. Dan ada aja yang bisa diminta."

Setelahnya, tawaku dan Laras jadi mengudara di waktu yang sangat sama.

"Udah punya list drakor yang mau ditonton juga Oppa ganteng, biar tambah mantap, sekalian panggang daging ya, dok."

"Banget," jawabku sambil menganggukkan kepalaku. "Untung aja, tadi, Mba Asri kasih kabar. Jadi aku bisa dapat."

"Bukan cuma buat dokter Amel. Tapi buat saya, dokter Alta, dan Mba Asri juga dibelikan semuanya sama dokter Amel. Diborong. Terus bagi-bagi banyak banget."

Kekehanku kembali terdengar. "Ya nggak papa dong. Kan, sekalian."

"Memang sukanya borong ya Bu Dokter dermawan yang satu ini. Sering banget bagi-bagi rezeki."

"Biar makin happy semuanya."

Laras langsung bahagia sekali memelukku. "Jadi, terimakasih banyak, Dokter Cantik. Lancar dan barokah selalu untuk semua rezekinya."

"Aamiin."

"Langgeng dan bahagia selalu sama Pak Komandan."

"Aamiin paling kenceng."

Bidan Ceria sahabat tercintaku, semakin tertawa setelah berhasil mencium pipiku.

"Malam Minggu hari ini, beneran dibuat makin happy sama dokter Amel. Soalnya, aku dikasih stok makanan enak banyak banget."

"Nggak papa. Biar hari Senin, kamu makin strong buat periksa banyak pasien. Oke?"

"Buat dokter Amel juga dong. Selamat makan enak. Panggang daging sepuasnya. Sampai kenyang pokoknya ya, dok."

"Steamboat juga jangan lupa ya, Ras."

"Yang pedas pokoknya ya, dok. Biar makin mantap."

"Jangan lupa tambah sayuran, biar tetap seimbang."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang