10. Tentang Mama

309 50 18
                                    

Iris - The Goo Goo Dolls

And I don't want the world to see me
'Cause I don't think that they'd understand
When everything's made to be broken
I just want you to know who I am

♪ ♪ ♪ ♪ ♪

Gadis itu menepati janjinya tidak akan berlama-lama menyendiri. Meski aku tidak terlalu yakin apakah dalam tujuh hari mampu menghapus sakit hatinya untuk sebuah hubungan yang bertahan selama empat tahun. Namun di sinilah ia, masuk ke ruang studio dengan wajah riang, sementara kami melongo karena penampilan barunya. Rambut Luna yang sebelumnya panjang hingga sepinggang, kini jadi sebatas bahunya, dan diwarnai cokelat gelap. Ia tidak lagi memakai atasan berlengan panjang, hanya kemeja biru lengan pendek. Kacamata tebal dan cukup besar tidak lagi bertengger di hidungnya, digantikan sepasang lensa kontak bening.

"Luna? Gila. Hampir nggak ciren gua," seru Gilang sambil menggelengkan kepala.

"Dalam rangka apa nih merubah penampilan gini?" pancing Shaga. Sebenarnya, laki-laki itu tahu benar apa penyebabnya.

Berita tentang putusnya Jonathan dan Luna menjadi hangat di kalangan anak-anak band karena akulah yang diduga hadir sebagai orang ketiga. Di saat Luna sedang aman di tempat persembunyiannya, Shaga dan Dave menghampiriku ketika aku sedang makan siang di kedai depan kampus. Awalnya mereka hanya membahas seputar program kerja UKM sampai Shaga membuka topik pembicaraan.

"Le, sebenernya ada yang kita mau omongin. Tapi, lo jangan salah paham dulu ya."

Keningku berkerut. Shaga tidak pernah mengatakan sesuatu diawali dengan basa-basi seperti ini sebelumnya.

"Kita sama sekali nggak nuduh lo. Kita cuma pengen kasih tau sesuatu yang harus lo tau."

"Apaan sih?" tanyaku tak sabaran.

"Gini, Le. Lo tau Luna putus sama cowoknya?" tanya Dave.

Kukira hanya aku yang tahu soal ini. Kejadian malam itu, hanya aku, Luna, dan Jonathan yang tahu. Harusnya begitu.

"Kalian tau dari mana?" Aku balik bertanya.

"Pas lagi kumpul sama anak-anak, lo nggak ada, si Aldo tiba-tiba aja nanya ke kita, lo pacaran sama Luna apa nggak. Soalnya 'kan dia akrab banget tuh sama Jo. Menurut Jo, mereka putus karena Luna selingkuh sama lo," jelas Shaga.

Spontan, aku mendecak sebal. Napasku mulai memburu. Begitu banyak umpatan kasar yang rasanya ingin kutumpahkan di wajah Jonathan.

"Terus, lo jawab apa?"

Mereka berdua saling bertatapan, tidak langsung menjawab pertanyaanku. Aku curiga dan ganti memandang keduanya dengan tatapan menyelidik.

Shaga berdeham sambil menggaruk kepala. "Ya, gua bilang, mana mungkin lo pacaran sama Luna. Secara, lo 'kan anti cewek. Gua juga bilang, gua lebih percaya lo suka sama Dave daripada mepetin Luna."

Segala sumpah serapah sudah ada di ujung lidahku, namun Dave buru-buru memotong untuk membela Shaga. "Mendingan lo digosipin 'jeruk makan jeruk' kali, Le, daripada tukang nikung pacar orang."

Aku mengembuskan napas keras dan mengibaskan tangan. "Ya, ya, ya. Terserah deh. Toh, gua nggak peduli juga orang mau ngomong apa tentang gua." Daripada aku, lebih penting penilaian orang-orang terhadap Luna. Gadis itu sudah mengalami hal-hal sulit selama hidupnya. Tidak perlu lagi ditambah cibiran orang-orang yang sok tahu.

"Tapi, kenapa lo bisa disangkain pacaran sama Luna sih? Deket juga kagak. Berantem mulu malah," ujar Dave.

Jangankan Dave, aku sendiri belum paham bagaimana Jonathan berpikir bahwa hubungannya rusak karena aku, tanpa introspeksi diri bahwa ia sendiri yang menghancurkannya. "Karena Luna belakangan sering main sama kita, kali. Nggak ngerti juga gua. Makanya, lo berdua 'kan banyak teman, kalo mereka nyebarin gosip yang nggak-nggak, bantu klarifikasi aja. Nggak enak sama Luna. Dia udah mau bantu kita untuk project ini, tapi dia juga yang jadinya digosipin aneh-aneh."

Romantic Interlude [END]Where stories live. Discover now