22. Isi Hati Luna

300 37 1
                                    

Kasih Tak Sampai - Padi

Sudah
Lambat sudah
Kini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan ini

♪ ♪ ♪ ♪ ♪

Sejak dokter menyampaikan bahwa Luna tidak bisa lagi diselamatkan, sampai selesainya prosesi penguburan, tidak satu pun air mata menetes dari kedua mataku. Saraf yang mengatur emosiku seakan lupa akan tugasnya. Kehadiran gadis itu begitu berarti untuk hidupku, dan ketika ia tidak ada, rasanya hidupku tak ada artinya lagi. Hidupku berubah hampa. Namun, di sudut kamar tempatku meringkuk, memegang sebuah buku berwarna biru milik Luna, perasaanku yang seakan tak bernyawa lagi, mulai berkecamuk.

Mama menyerahkan buku itu beberapa hari setelah gadis itu kembali ke tempat peristirahatannya. Beliau sedang memeriksa kamar Luna, lalu menemukan benda ini. Ia memintaku untuk menyimpannya. Buku harian Luna yang pada sampul depannya ditulis LUNAtic Daily Life. Berkat buku inilah, aku bisa menulis beberapa penggalan kisahku bersama Luna, yang sedang kalian baca saat ini. Buku ini yang membantuku mengingat kembali kejadian-kejadian penting yang kulalui.

3 September 2014
Si Luna bodoh ini berulah lagi. Dengan percaya diri penuh, tanpa berpikir panjang langsung memilih UKM, yang sekarang, ketuanya adalah Ale. Iya, Ale si kakak tingkat yang sempat kukirimkan surat cinta saat Ospek tahun lalu. Aku baru tahu dari anak-anak BEM, bahwa manusia itu tidak ramah, cenderung judes dan ketus. Kelihatan memang dari wajahnya. Dulu pun, kiriman surat itu kulakukan karena terpaksa. Aku bingung memilih panitia yang begitu banyaknya, ditambah aku tidak pandai mengingat nama seseorang. Akhirnya, saat band mereka tampil mengisi acara Ospek, dan ia memperkenalkan namanya, ya sudah kupilih saja. Kebetulan, suaranya bagus juga. Lalu, sekarang bagaimana aku harus mewawancarainya? Memikirkannya saja sudah membuatku keringat dingin.

Ah, aku sama sekali tidak membaca surat-surat yang dikirimkan padaku. Semua surat kuberikan pada Gilang dan Rian yang waktu itu penasaran akan isinya. Ada beberapa yang memberikan nomor ponselnya, lalu dihubungi oleh mereka untuk mengajak berkenalan. Sekarang aku jadi penasaran, kira-kira apa yang ditulisnya?

13 September 2014
Benar saja, aku jadi korban dari kata-kata ketusnya. Memang salahku juga, tetapi apakah orang itu sadar bahwa ia begitu menyeramkan sampai aku tidak berani bertemu dengannya. Kalau bukan kakak tingkat, aku sungguh akan mengirim santet ke rumahnya.

Sudut bibirku tertarik ke atas. Sebenci itukah ia padaku di pertemuan pertama kami?

14 September 2014
Kak Jenny bilang, biar dia yang bicara pada Ale. Berarti tugas si bodoh Luna adalah memasang wajah tebal tak tahu malu saja ya.

15 September 2014
Hebat juga Kak Jenny bisa menjinakkan macan liar. Everything's going well, kecuali... ada yang merajuk (lagi) gara-gara aku hanya berdua saja bersama Ale. Capek. Yang begini masih saja diributi.

28 September 2014
Cara Jo menunjukkan kasih sayang, kenapa rasanya berbeda ya? Bukannya merasa disayang, tetapi aku justru kesakitan seperti ini. Dia bilang, dia melakukan ini karena dia sangat sayang padaku. Namun, aku sakit.

8 Oktober 2014
Aku menyanyi? Di drama musikal? AKU MENYANYI DI DRAMA MUSIKAL?! MANA MUNGKIN. Penasaran juga sebenarnya. Ingin tahu bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian orang-orang, tetapi, Jo pasti tidak akan setuju. Bagaimana ya?

9 Oktober 2014
Maaf ya, Le. Aku belum berani menemuimu. Masih galau.

11 Oktober 2014
Apa aku diam-diam saja ya menerima tawaran Ale? Lagipula kalau Jo tahu, pasti akan dilarang. Namun, kata Jo 'kan, suaraku biasa saja, tidak terlalu bagus. Kalau ternyata aku tidak tampil dengan maksimal, lalu menjadi bahan cibiran orang-orang, bagaimana? Pasti malu sekali! Apalagi aku lulus masih lama. Pusing.

Romantic Interlude [END]Where stories live. Discover now