12. Teman

209 46 0
                                    

Benci Untuk Mencinta - Naif

Aku tak tahu apa yang terjadi
Antara aku dan kau

♪ ♪ ♪ ♪ ♪

“Sejak kapan di rumah ini ada stok green tea?” Yang bertanya adalah Serra, sepupuku, seumuran dengan Luna. Mama Serra adalah adik Papa dan mereka berdua memang sering berkunjung ke rumah. Biasanya, kalau kedatangan Serra bertepatan dengan teman-temanku yang sedang main ke sini, orang yang paling terlihat bahagia adalah Dave. Ya, si playboy itu juga gencar mengejar Serra, meskipun selalu ditanggapi seadanya saja. Pesona Dave belum bisa menggeser posisi seseorang dari masa lalu Serra. Aku tak ingin membahas banyak tentang Serra karena ini ceritaku. *(baca bagian Author's Note, ya)

“Lo aja yang nggak tau,” jawabku sekenanya sambil menuangkan air panas ke dalam gelas yang sudah berisi bubuk teh hijau. Aku tahu pertanyaan Serra tadi merupakan sindiran. Selama ini, jenis minuman yang tersedia di rumah, hanya air putih dan kopi. Namun karena gadis itu, Luna, beberapa kali ikut ke rumah dan ia bukan penikmat kopi, jadi aku menyediakan minuman kesukaannya, teh hijau.

Serra melipat kedua tangan sambil bersandar di dinding dapur, sementara aku mengaduk teh hijau tadi. Dari sudut mataku, aku bisa melihat ia sedang memasang raut mesem-mesem, menyebalkan sekali. “Pacar lo ya?”

Aku menoleh padanya. “Siapa?”

Serra memutar bola matanya. “Di depan tuh cewek cuma ada dua. Masa iya gua nanyain Jenny?”

Mengerti bahwa yang ia maksud adalah Luna, “Gua nggak punya pacar,” jawabku singkat.

“Oh, penganut HTS rupanya.”

“HTS?”

“Hubungan Tanpa Status. Gitu aja nggak tau, kuper lo, mainnya sama gitar mulu sih.”

Hubungan tanpa status. Benarkah kami terlihat seperti itu? Kuakui, memang ada sesuatu di antara kami. Aku sadar benar akan hal itu. Sejak project drama musikal selesai, kami kembali ke tugas masing-masing. Ia sebagai pewawancara, aku sebagai narasumber, seperti sebelumnya. Lalu satu kali, aku mulai iseng mengajaknya ke kafe, tempat kami manggung di akhir pekan, yang kemudian ia setujui karena kebetulan saat itu Jenny juga membujuknya untuk ikut.

Aku sempat berpikir, apakah sebaiknya tak mengajaknya lagi ke sana? Terlalu berbahaya. Saat live music sedang berlangsung, gadis itu bertopang dagu dengan senang hati, menyunggingkan senyum, menonton penuh minat. Lalu ketika mata kami bertemu dan senyumnya makin lebar, telingaku terasa panas. Buru-buru kubuang pandanganku ke tempat lain. Sampai akhir pertunjukkan pun, aku tidak berani menatapnya. Gadis itu terlalu berbahaya.

Secara tak langsung aku menjulukinya begitu, tetapi apa yang kulakukan di hari-hari berikutnya sama sekali tak menunjukkan bahwa aku takut dengan hal yang berbahaya tersebut. Setiap malam minggu, aku selalu mengajaknya ke kafe. Bahkan beberapa kali memintanya untuk ikut menyanyi bersamaku. Sang pemilik kafe juga dengan senang hati menerima Luna sebagai penyanyi di sana. Gadis itu ahli memikat telinga pendengar dengan suara khas yang ia miliki.

Seiring waktu yang kulalui bersama Luna, aku semakin menghafal kebiasaan gadis itu. Ia selalu memesan green tea latte selagi kami manggung, menggaruk alisnya ketika ia gugup, menggigit ujung jempolnya ketika sedang berpikir. Saat senggang, ia suka mendengarkan lagu, tapi dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Biasanya, kita suka memutar lagu-lagu dari playlist secara acak maupun berurutan, tapi Luna tidak. Ia lebih suka memilih satu lagu saja, lalu diputarnya berulang kali sampai ia bosan. Katanya, dengan cara begitu, ia bisa merasakan nyawa dan makna dari sebuah lagu.

"Lo tau lagu Seasons In The Sun?" tanyanya.

"Westlife?"

Luna mengangguk. "Lagu itu booming pas kita masih kecil 'kan ya? Gua suka banget sama Westlife dari dulu, hampir semua lagunya enak didengar. Tapi, pas masih kecil belum begitu ngerti bahasa Inggris, nggak tau artinya. Terus, kebiasaan gua dengar satu lagu diulang-ulang itu mulai sejak SMA. Gua putar tuh Seasons In The Sun dan baru sadar kalo lagu itu sedih banget ya ternyata. Lagu perpisahan seseorang ke teman akrabnya, ayahnya, anaknya, karena umur dia udah nggak lama lagi. Sama juga kayak lagu Fool Again. Nggak sadar kalo lagu itu tentang pacar yang selingkuh sama temannya sendiri."

Romantic Interlude [END]Where stories live. Discover now