enam belas

1.1K 44 1
                                    

Kafe tak terlalu ramai. Agak risi rasanya duduk berdua di antara pemuda-pemudi dengan penampilan kusut seperti ini. Lihat Albert. Kemeja gelapnya tampak cocok. Dia memang selalu rapi. Ditambah kacamata bingkainya itu, menambah kesan kalem nan menarik.

Padahal dia culun di sekolah.

Dua gelas jus serta sepiring udon telah dihidangkan. Shella menyingkirkan keinginan menggebu untuk makan. Dia memilih menatap sangar wajah Albert yang memelas.

"Sampe kapan lo melotot kayak gitu?"

"Jelasin. Sekarang."

Albert menghela napas. Dia menyasak rambut lurusnya ke ubun-ubun, lalu membiarkannya jatuh lagi menutupi setengah wilayah kening.

"Gue tau, Evelyn kenapa."

Wajah Shella sedikit melunak begitu nama Evelyn disebut.

"Belakangan juga, gue selalu nemenin dia. Berusaha ngehibur." Albert tersenyum tipis. "Tapi kayaknya, yang dia tunggu-tunggu emang cuma elo."

Shella mengernyit. "Lo ... suka sama, Evelyn?"

Albert mengangguk.

"Bukan sama gue?"

Albert terkekeh. Menggeleng.

"Jadi selama ini lo nengok ke belakang, minta tunjukin rumus, cuma untuk nyari perhatian Evelyn? Bukan caper ke gue?"

Albert menatap iba. "Jangan kegeeran gitulah."

Tinju spontan mendarat di lengan Albert. Cowok itu mengusap lengannya sembari mengaduh.

"Lo bener-bener tau kan, Evelyn kenapa?" tanya Shella serius. Albert mengangguk. "Dan lo masih suka?"

Albert senyum. "Emang apa yang berubah ... kalo Evelyn nggak virgin lagi?"

"Lo nggak ada niat jahat, kan?"

"Yang jelas, gue belum pernah sejujur ini."

Tertegun, Shella lantas menghela napas. Dia mengangguk paham. "Gue lega."

"Apa?"

"Gue lega," ulang Shella. Diseruputnya jusnya. "Dia emang lagi hancur-hancurnya sekarang."

Albert mengangguk setuju. Ikut menyeruput minumannya.

"Tapi tenang aja. Gue bakal bikin orang yang udah ngerebut kebahagiaan Evelyn ngerasain apa yang Evelyn rasain."

Albert menoleh. "Lo tau dia siapa?"

"Hm."

"Siapa?"

"Nggak perlu tau."

"Guru biola lo?"

Shella ikut menoleh. "Kok tau?"

"Jadi, yang merkosa Evelyn tuh guru biola lo?"

Shella mengangguk. "Evelyn cerita?"

"Hm. Tapi gue baru tau kalian diajar sama guru yang sama."

"Huh, guru," sinis Shella. "Lo ada rencana gitu, buat jeblosin dia ke penjara?"

Albert menggeleng. Menarik Shella untuk terkekeh. Seiring berjalannya waktu, dia melahap udonnya.

"Gue nyariin elo dari pagi. Kenapa nggak sekolah?"

"Gue?" kaget Albert.

"Iya culun."

"Oh. Ada acara keluarga. Pulang dari acara gue langsung ke rumah Evelyn. Tau-tau lo udah nyampe duluan. Terpaksa gue tunggu sampe lo keluar. Karna kemalaman, gue milih ikut pulang."

Shella in the Davin's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang