DUA BELAS

75.7K 6.1K 292
                                    

Ting!

Kayra yang baru saja selesai mandi itu terdistraksi oleh suara dentingan ponsel. Dengan sebelah tangan masih mengeringkan rambut, Kayra membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

Riel
Kayy
Kay nya iel
tebak iel dimana?
jeng jenggggg
iel di depan rumah kayyy

Tak lupa cowok itu mengirim foto dirinya yang sedang berada di halaman rumah Kay.

Kayra bergegas mengintip lewat jendela. Dan benar saja, cowok itu ternyata sedang berada di tengah halaman rumah Kayra yang memang tidak dibatasi pagar.

Riel
Kalau hari ini Kay gak balikan sama iel
iel gak bakal pulang
titik
gak pake koma
tapi kalau pake cinta iel langsung pulang
janji gak boong

Terlihat jelas ekspresi tertekan terpatri di wajah wanita muda itu. Malas meladeni pria itu, Kayra memilih bergabung bersama papanya dan Jo di meja makan.

"Kay, itu di depan siapa?"

"Biasa, pengamen. Gak usah diladenin."

"Mana ada pengamen bawa mobil sport gitu, Kay."

"Ya kalau gitu penipu. Pintunya udah dikunci kan, Pa?"

Kayra yang baru saja hendak menerima uluran sepiring berisi nasi goreng itu tersentak saat suara petir menggelegar hingga ke dalam ruangan. Jo yang ketakutan langsung berlari memeluk Danuar.

Selang tiga detik, tetesan air mulai membasahi bumi. Perlahan dan lama kelamaan intensitasnya meningkat. Selagi ayahnya sibuk mengangkat jemuran di belakang dan Jo yang menempeli ayahnya, Kayra duduk sambil melahap nasi goreng yang dimasaknya tadi dengan pandangan kosong. Pikirannya sedikit tidak fokus.

Badannya bergerak sendiri mengambil payung di belakang pintu.

Ini cuman karena gue gak mau repot kalau tuh bayi sakit. Catet, bukan karena suka.

Kayra menyibakkan sedikit gorden jendela, mengintip dari balik celah. Bukannya bergegas memberikan payung di tangannya pada sosok yang berdiri di halaman rumah saat hujan sedang mengguyur, Kayra malah membekap mulutnya, menyamarkan tawa tipisnya.

Memang seharusnya Kayra gak perlu khawatir.

___

Usai mengirimkan pesan singkat kepada Kay, Riel menginjak pedal gasnya kencang. Tak henti-hentinya ia merutuk macetnya kota Jakarta walaupun jam sibuk sudah lewat beberapa jam. Sampai akhirnya ia tiba di lobby sebuah hotel bintang lima, salah satu aset properti milik keluarga Tanurega.

Iya bisnis keluarganya memang seluas dan sekaya itu. Gak usah heran. Malah Riel yang balik heran kenapa Kay-nya masih saja tidak ingin balikan dengannya.

Berkat satu pesan singkat dari nyonya Carissa yang terhormat alias nyokap tirinya, rencana balikannya dengan Kay hari ini terganggu. Untung saja berkat kecerdasannya, ia tadi sudah meletakkan 'sesajen' di depan rumah Kay sebelum pergi begitu saja.

Sepatu pantofel seharga puluhan juta itu menginjak santai karpet beludru merah yang menutupi permukaan lantai. Dipadupadankan dengan jas buatan tangan langsung desainer prancis khusus untuknya, lelaki itu tampak menawan paripurna hari ini.

Sial banget gue gak bawa baju cadangan. Padahal nih baju udah gue siapin buat dinner romantis sama Kay nanti setelah balikan.

Sepanjang perjalanan menuju lantai yang dituju, Riel mendumel dalam hati lantaran pakaian terbaik miliknyanya malah digunakan untuk makan malam bersama tamu keluarga yang sudah bisa dikonfirmasi tidak penting-penting amat.

GEVARIELWhere stories live. Discover now