DUA PULUH ENAM

62.3K 5.5K 263
                                    

Riel terbangun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Riel terbangun. Namun ia tidak menemukan Kayra yang masih dipeluknya sejam lalu. Tangannya menyibakkan selimut yang menutupi sebagian tubuh jangkungnya. Bibirnya mengulum senyum melihat kakinya sudah diganti dengan perban baru.

Siapa lagi kalau bukan Kayra pelakunya yang ngotot mengobati lukanya saat ia menikmati tidur siangnya.

Riel memasang sepatunya lagi sambil menyugar rambutnya yang acak-acakan. Matanya mematok pada jam tangan seharga dua miliar yang melingkar di pergelangan tangannya, melirik jam yang menunjukan kalau sepuluh menit lagi bel berdering.

Ia mengirim pesan singkat pada Gara untuk mengamankan tasnya yang tertinggal di kelas lalu berjalan menuju kelas Kayra, menunggu di depan kelas perempuan itu. Dua matanya terarah pada jendela yang memperlihatkan seisi kelas. Ia memindai isi kelas yang masih berlangsung itu, dengan cepat mencari di mana Kayra.

Semua wanita di dalam kelas langsung berfokus pada sosok Riel yang terlihat di balik jendela. Melihat kegaduhan yang tercipta di dalam kelas karena dirinya, Kayra ikut berbalik.

Begitu pasang mata mereka saling berbenturan, Riel segera melambaikan tangan dan memasang senyum lebarnya. Kayra malah memutus kontak mata yang sempat terjalin dan memilih menghadap ke depan, membereskan alat tulisnya karena sebentar lagi jam kelas sudah selesai.

Riel tetap menempelkan matanya di jendela, mengawasi figur Kayra dari belakang. Senyum di bibirnya langsung lenyap saat mendapati seorang pria, dengan gaya berandalan seperti dirinya juga, tampak berbicara dengan Kayra.

Tangan Riel mengepal erat, cemburu membakar habis emosi dan jiwa posesifnya.  Matanya menatap tajam pada lelaki yang sedang bertukar dialog dengan wanitanya. Seandainya ia bisa meruntuhkan dinding hanya untuk mendengar percakapan antara dua orang itu.

Perbincangan dua orang yang berlangsung hanya tiga puluh detik itu selesai. Kayra tampak sudah selesai mengemasi seluruh buku-bukunya. Lalu bel langsung menggema dari seluruh pengeras suara. Riel menyelip kedua tangannya ke dalam saku, menunggu dengan tenang di depan pintu kelas sambil bersandar pada teralis besi.

Beberapa sapaan dari perempuan-perempuan genit itu menghampiri telinganya. Andai saja Riel bisa memasang katup di telinganya agar ia hanya bisa mendengar suara Kayra. Berisik sekali harus membiarkan panggilan dan sapaan dari perempuan lain selain Kayra memasuki telinganya.

Sampai lama dua menit menunggu Kayra tidak kunjung keluar. Tidak sabaran menunggu lebih lama, Riel merangsek melewati murid yang keluar lewat pintu. Oh, rahangnya mengetat melihat cowok yang tadi ditandainya malah menahan tangan Kayra.

"Emang lo dibayar berapa sih sama Riel?"

"Kalau lo tau juga buat apa? Sanggup lo bayar lebih?" balas Kayra datar.

"Gak usah sok nolak deh, Kay. Gue tau lo cuman mau uang dia doang kan?"

Potongan percakapan itu berhasil menaikkan darah Riel hingga ke ubun-ubun. Riel merangkul Kayra dari belakang, lantas meletakkan kepalanya di pundak perempuan yang berstatus pacarnya.

GEVARIELWhere stories live. Discover now