Chapter 23

68 4 0
                                    


Angin berembus lembut membawa aroma bunga Tsubaki yang tengah mekar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Angin berembus lembut membawa aroma bunga Tsubaki yang tengah mekar. Seorang berwajah teggas sedang menatap jalanan yang lengang. Senja saat itu akan tenggelam, ia sendiri masih betah berlama-lama berdiri di atas balkon dorm lantai 3.


Lucas baru saja pulih dan akhirnya bisa menikmati suasana luar ruangan yang membuatnya rindu pada Haechan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Lucas baru saja pulih dan akhirnya bisa menikmati suasana luar ruangan yang membuatnya rindu pada Haechan. Selama berhari-hari di ruangan tentu membuatnya bosan, apalagi penuh dengan aroma bahan-bahan herbal yang selalu memenuhi ruangan. Juga aroma alkohol yang tak pernah absen terutama saat Jungwoo atau Winwin atau keduanya datang memeriksa. Memang tampak parah sekali, karena ternyata kulitnya lepuh hampir 80%.

“Akhirnya kau bisa menghirup udara bebas, Lucas,” Winwin merangkul pundak Lucas dan tersenyum hangat.

“Oh, ya. Sepertinya selama ini aku tidak masuk penjara,”

Lucas dengan wajah polos menoleh ke arah Winwin dan mengatakan kalimat ajaib itu. Tentu saja Winwin tersenyum, karena ternyata Lucas memang sudah benar-benar pulih.

 Tentu saja Winwin tersenyum, karena ternyata Lucas memang sudah benar-benar pulih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


“Mengcapek aku,” Winwin mengusap kepala Lucas.

“Kau? Kau bisa konyol begitu?,” Lucas memasang wajah kaget.

“Sudah! Diamlah,”

Winwin mendorong Lucas dan menusuk perut roti sobeknya dengan jarinya beberapa kali. Lucas pun mundur sedikit dan membungkukkan badannya karena merasakan geli.

“Hentikan, hyung!,”

“Tidak akan!,”

Mereka berdua tertawa bersama. Lucas masih tetap memohon pada Winwin untuk berhenti menyiksanya dengan menggelitik absnya. Senja pun sempurna menghilang, dan mereka masuk karena telah ditegur oleh Jungwoo.
..

Semalaman Lucas berulangkali menelpon Haechan, tapi tak ada respon sama sekali. Lucas menghela napas kasar, pikirannya dipenuhi tanya bagaimana ia harus bertemu dengan matenya. Di dalam kamar sendirian ia sibuk scroll ponselnya.

“Barangkali ada ilham,”

Ternyata benar, ia menemukan ada promo liburan musim semi di Everland Theme Park untuk pasangan selama dua hari. Mereka bisa menikmati permainan sepuasnya dengan diskon 60%. Sepuluh pemesan pertama akan mendapatkan diskon itu. Mata Lucas langsung berbinar. Ia melihat tayangan itu sudah berapa lama diunggah.

“Satu menit yang lalu?! Gila, rezeki memang gak kemana,”

Lucas segera memesannya untuk satu paket tiket yang berisi dua tiket personal. Tiba-tiba ia menyeringai senang. Dan segera ia menghubungi Jisung.


Esok harinya, Haechan sibuk dengan persiapannya berangkat ke kampus. Seharian penuh ia menghabiskan waktu untuk menyelesaikan laporan bersama Jisung. Ia baru mendapatkan kesempatan beristirahat saat petang hari. Itupun Mark meminta jatah waktu bersama dengan mengajaknya makan di luar yang ujung-ujungnya mereka melakukan banyak hal. Menonton dan bermain di pasar malam acara pekan penyambutan musim semi. Tentu saja juga makan-makan tak ketinggalan. Jadi, ia tak sempat membereskan sisa laporan dan berbagai kekacauan seperti kapal pecah.

“Laporanku mana, Mark?!,” teriak Haechan.

“Di atas sound. Tapi aku menemukannya di di bawah meja,”

“Oke. Lah, di mana tasku?!,”

“Di atas sofa, sayang,”

“Oke,”

Haechan berlari ke arah Mark dengan terburu-buru. Secara tenang, Mark menoleh ke arah Haechan. Dilihatnya Haechan masih memakai baju tidur dan rambutnya berantakan.

“Kenapa? Mau tanya kamar mandinya di mana?,”

“Hihi..,” Haechan nyengir.

“Mari kuantar dan sekalian mandi bersama,” Mark menggiring Haechan dengan memegang pinggangnya.

“Hei!,” Haechan berbalik tiba-tiba.

“Hihi..,” Mark nyengir.


Singkat cerita, Haechan dan Jisung telah bertemu dengan dosennya. Untuk urusan laporan, semuanya beres hanya sedikit saja masukan yang diberikan dosen untuk persiapan presentasi mereka. Sekarang urusan yang belum kelar adalah perut Haechan yang berulangkali berbunyi meminta untuk diisi.

“Aku tahu kau lapar, Chan. Aku beli makan dulu ya,” kata Jisung menawarrkan diri.

“Tidak perlu. Kita ke kantin saja seperti biasa,”

“Tidak!,”

Tiba-tiba Jisung berteriak. Tentu saja membuat Haechan terkejut. Begitupun orang-orang yang ada di sekitarnya, mereka melihat ke kedua makhluk imut itu. Haechan begitu malu dan dia menarik tangan Jisung untuk kabur.

“Ehmm, maksudku untuk mempermudahmu, Haechan. Aku tidak mau kau pingsan di tengah jalan karena sangat lapar,”

Haechan menatap heran. Dalam hatinya, “Apa nih? Ada yang aneh,”

“Sudahlah, aku akan mentraktirmu roti isi. Tapi kau tunggu di sini saja,”

5 Dost (Hiatus)Where stories live. Discover now