Chapter 9

468 56 3
                                    

"Win, kita harus memberitahukan kondisi Johnny pada member lainnya," kata Jungwoo saat melangkah pergi meninggalkan Johnny dalam ruang operasi.

"Apa pengaruhnya? Kita hanya perlu fokus mengusahakan untuk mendapatkan obat dari Mark, kan?," Win win dengan tatapan kosong tampak begitu tanpa harapan.

"Aku tahu itu masalah terbesarmu. Mampu menyembuhkan orang lain, tapi tak sanggup memberi kesembuhan pada dirimu sendiri. Tolong, ini masalah bersama. Mereka harus tahu agar bisa mengambil sikap. Kuharap kau memikirkan perkataanku. Aku akan menemui member lainnya"

Tangan Jungwoo lepas dari pundak Win win bersama langkahnya yang menjauh dari Win win. Kepalanya tertunduk. Bukan hanya memikirkan bagaimana mendapat obat dari Mark, tapi juga menghadapi Win win yang belum terbiasa dengan tugasnya.

Sesampainya di ruang berkumpul, semua orang terdiam dan tak berkutik. Tak sedikit pula yang duduk dengan tatapan kosong, kecuali Taeyong yang sibuk dengan ponselnya.

Jaehyun yang melihat kedatangan Jungwoo, segera bergegas menemuinya. "Jung..Lucas, Jeno dan pak Leader, bagaimana keadaan mereka?." wajahnya panik .

Jungwoo menghela napas panjang. Kepalanya tertunduk dan tangannya mengepal erat. Berat rasanya memang untuk mengatakan fakta yang pahit.

"Jung, sudah katakan saja. Tidak usah berdrama," tiba-tiba Taeyong bersuara meski matanya tetap pada ponselnya.

"Ehm, oke. Baiklah aku akan katakan. Berita baiknya, aku dan Win win sudah memeriksa dan mengobati Lucas dan Jeno. Tinggal menunggu satu atau dua hari untuk pemulihan kondisi tubuhnya. Berita buruknya.. Johnny kritis. Dia kemungkinan akan koma dalam waktu yang lama. Kecuali dengan satu obat, yaitu setetes darah dari Mark di atas bunga tujuh rupa,"

Semua member saling bertatapan. Wajah mereka menyiratkan tanya 'bagaimana ini'. Terutama Jaehyun yang terlihat begitu gelisah.

"Konser kita tinggal menghitung hari. Kita tak bisa tanpa leader," kata Jaehyun.

Taeyong tiba-tiba berdiri dan mendekat pada Jungwoo. "Apa aku perlu memaksa dia untuk mengobati leader kita ?,"

"Tidak. Tidak, Taeyong. Kita yang membutuhkan bantuannya. Tidak dibenarkan memaksa dalam meminta bantuan," jawab Jungwoo sembari memegang pundak Taeyong.

Taeyong memutar matanya dan menaikkan pundaknya. "It's okay".

"Ehm, okelah. Kalian silakan istirahat. Biar nanti aku pikirkan bersama Win win. Barangkali ada alternatif lain," Jungwoo pergi meninggalkan semua member.

...

Kondisi yang tak kalah genting berada di apartemen Mark. Di sana Heechan telah melihat sebuah cahaya yang membawa Mark lenyap entah kemana.

Dalam pikiran yang kacau, Heechan berusaha menahan dirinya agar jiwanya tak terguncang. Begitu sakit terasa, dadanya sesak, teriakan tertahan dan tangannya mulai gemetar.

"Tidak! Aku tidak boleh terguncang lagi! Bertahanlah! Aku pasti bisa!," teriak Heechan pada dirinya sendiri sembari tangannya memukul-mukul dadanya.

Alhasil dari rasa sakit tak tertahankan yang berusaha ia kendalikan, dia hanya bisa menangis. Tangisan menahan sakit yang menyayat hati dan pikirannya. Seperti hampir gila oleh rasa sakit kepala yang terasa seperti akan pecah. Seperti mati rasa oleh hati yang terasa seperti disayat.

Tangisan dalam malam yang sunyi saat itu terdengar begitu miris. Awan gelap menyelimuti dan menumpahkan air mata dari langit begitu deras. Tanpa kilatan cahaya dan petir, hanya derasnya mengguyur tanpa mampu dibendung lagi.

Malam itu, Heechan hanya bisa memeluk baju praktik Mark yang masih tergeletak di atas tasnya. Masih meninggalkan aroma Mark. Namun Mark tidak bersamanya. Itulah yang membuatnya semakin merasa sakit.

5 Dost (Hiatus)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon