❏ First Evidence; Bracelet

112 18 0
                                    

Pagi ini di SMA Dacelis, topik mengenai kematian seorang siswa berinisial G itu masih menjadi topik perbincangan hangat. Jaffin dan Ayuka pun masih membicarakannya. Tumben sekali Ayuka mau bareng Jaffin pagi ini. Yah, itu karena Jaffin harus berangkat pagi. Ia ada pertemuan dengan klub futsalnya.

Mereka berjalan bersama menuju kelas. Walaupun kelas mereka tidak sama, tapi setidaknya jalannya searah. Ayuka sengaja mengajak Jaffin melewati gudang. Ia masih ingin mengecek apakah gudang dalam keadaan terkunci atau tidak. Selama ini ia mengecek gudang tapi tempat itu selalu dalam keadaan terkunci.

"Jadi bener di gudang ini lo nemuin dasi berdarah?" Tanya Jaffin ketikamereka sampai di depan gudang.

Ayuka mengangguk. "Menurut lo ada hubungannya enggak sama kematian adek kelas kita itu?" Tanya Ayuka.

"Kematian siswa berinisial G aja belum jelas karena apa. Lagian apa hubungannya dia sama gudang ini? Lo berpikiran kalau dasi itu milik siswa berinisial G?" Tanya Jaffin.

"Feeling gue sih gitu, soalnya di dinding gudang itu gue lihat ada bercak darah juga. Enggak tahu darah keluar darimana tapi kalau dilihat dari berita itu ada luka sayatan di pergelangan tangannya, kan?"

"Ya kalau sayatan di pergelangan tangan, darahnya harusnya ke lantai, masa iya di dinding."

"Bisa aja kalau dia lagi nempel di dinding?"

"Lo pikir dia cicak apa? Ngaco banget."

"Ish! Bukan gitu!"

Jaffin menghembuskan nafas panjang kemudian ia mengiyakan saja opini-opini temannya itu. Karena pintu gudang ternyata terkunci, mereka melanjutkan perjalanan menuju kelasnya.

"Pulang sekolah gue mau minta kunci gudang dulu, mau gue amanin tuh dasi. Terus gue juga sekalian mau ke ruang bawah tanah, masih penasaran gue sama jejak mereka," ucap Jaffin selagi mereka berjalan.

Ayuka mengangguk setuju. Akan lebih mudah bagi Jaffin sang mantan ketua osis itu untuk melakukan hal tersebut. "Sama siapa?" Tanyanya kemudian.

"Juno, soalnya lebih masuk akal kalau ngajak dia daripada ngajakin lo."

"Iya sih, dia ketua osis jadi gampang aja kalau mau minta kunci gudang ke Bu Nur. Btw, lo nggak cerita tentang HG sama Kiel?"

"Dia golongan orang yang enggak percaya, sih." Ayuka mengangguk paham. "Eh iya, nanti ada rapat perwakilan kelas dua belas di aula, kata David sang ketua angkatan." Jaffin menginformasikan.

"Harus ketua kelas?" Tanya Ayuka.

"Sama bendaharanya juga. Karena cuman lo doang yang enggak masuk grup makanya gue sampein ini."

"Masukin gue lah, Pin. Susah banget emang nomor baru gini jadi ketinggalan informasi." Jaffin mengangguk. "Itu bahas apaan emang? Mau ada acara? Kapan juga rapatnya? Eh, berarti lo juga rapat dong? Kan lo ketua kelas IPS 6. Oh iya, sama Savira juga, dong? Dia kan bendaharanya."

Jaffin menyentil kening Ayuka. "Kalau nanya tuh satu-satu!" Ayuka hanya bisa mendengus kesal. "Ntar istirahat kedua, nggak tau mau bahas apaan," jawab Jaffin singkat.

"Oke, gue ke kelas dulu." Ayuka memasuki kelasnya. Ia melihat sekelilingnya karena merasa aneh, ternyata banyak orang menatap iri Ayuka.

Ia dan Jaffin menjadi pusat perhatian. Yah, itu karena popularitas Jaffin. Jaffin sang mantan ketos yang tampan dan pintar, sering menjuarai olimpiade sejarah, masih menjabat menjadi ketua futsal, kebanggakan para guru pula, jadi siapa sih yang tidak mengenal Jaffin Arlando?

Tapi sebenarnya Ayuka juga tidak kalah terkenal karena gadis yang menjabat ketua kelas XIIA4 itu cantik dan pintar, namun poin minusnya adalah dia galak dan judes. Tapi karena gadis itu tidak ingin menonjolkan dirinya dan tidak gabung dengan klub apapun di sekolah ini, popularitasnya tidak bertahan lama.

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora