❏ Met The Bobby's Family

56 14 3
                                    

Kevin merencanakan suatu hal agar Nathan tak dapat lagi mengikuti balap liar itu. Ia mencari cara untuk mematahkan kaki Nathan. Ya, hanya itulah satu-satunya cara yang Kevin pikirkan. Karena jika hanya berpikiran untuk merusakkan motor, itu bukanlah keputusan yang baik. Motor anggota lain pasti akan dipinjamkan untuk Nathan.

Namun, jika kaki Nathan yang rusak, mereka tak mungkin meminjamkan kaki mereka untuk Nathan, itulah yang terlintas dalam pikiran Kevin.

Kevin tak menceritakan rencananya itu dengan yang lainnya. Ia akan melakukannya sendiri. Lantas, malam hari setelah mereka usai berkumpul, Kevin mengikuti Nathan. Rasa iri membelenggu dirinya. Intinya, ia hanya ingin mengikuti balapan.

Malam ini, Nathan mengendarai motornya dengan pelan. Karena ya.. kakinya masih agak sakit. Kevin tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Lantas ia melaju kencang untuk menyerempet Nathan.

Berhasil. Nathan berhasil terjatuh. ia terpental jauh jaraknya dari motornya. Melihat itu dari kejauhan, Kevin pun tersenyum miring lantas melajukan motornya lagi tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Tak lama kemudian, ada beberapa orang yang datang menolong Nathan. Nathan pun akhirnya dibawa orang-orang itu ke rumah sakit.

Gista Gisella, pacar Nathan, telah dihubungi oleh salah satu orang yang menolong Nathan. Namun karena itu adalah tengah malam, jadi Gista sudah tidur dan tidak sempat mengangkat teleponnya.

Di pagi harinya, Gista syok mendapat pesan jika sejak tadi malam pacarnya di rumah sakit lantaran kecelakaan. Dengan segera, Gista bersiap untuk ke rumah sakit. Ia memesan taksi lalu kemudian sampailah gadis itu di rumah sakit. Ia berlari mencari ruangan tempat Nathan dirawat.

"Nathan!" Pekik Gista. Gista dan Nathan memang terpaut jauh jarak umurnya, namun Nathan sendiri yang bilang ke Gista kalau ia tak suka dipanggil 'kak'. "Kok kamu hobi banget jatoh dari motor, sih!!"

Gista menatap miris cowok yang ada di hadapannya saat ini. Sedangkan cowok itu hanya terkekeh gemas melihat Gista yang marah-marah. "Ya.. namanya juga kecelakaan, nggak aku rencanain."

"Nath, aku serius. Aku mau kita putus aja kalau kamu masih gabung di geng kamu itu! Aku udah capek, Nath. Aku capek ngeliat kamu terluka terus. Akhir-akhir ini juga kamu sering jatoh dari motor. Belum juga luka kamu yang itu kering, udah ketambah lagi luka ini! Apa kata dokter tentang lukamu ini?"

"Ta, jangan mutusin secara sepihak gitu, dong. Aku nggak mau putus sama kamu. Kata dokter, kakiku patah hehe," jelas Nathan sambil cengengesan.

"Nathan! Kamu gila, ya? Kakinya patah bukannya sedih malah bahagia!" Sentak Gista yang kaget. Sangat kaget mendengar penjelasan Nathan.

Nathan mengedikkan bahu. "Aku udah sedih dari semalem, nggak liat mataku sembab gini, hmm?? Lagian, nangis terus nggak bikin kakiku balik normal, kan?"

Mendengar ucapan Nathan, malah Gista sekarang yang menangis. "Eh?? Kok nangis? Udah gapapa, kakiku yang satu masih ada kok!" Ucap Nathan menghibur.

Namun, Gista tetap menangis. Malah ia semakin mengeraskan tangisannya.

"Udah dong, kamu nggak mau ya pasti punya cowok yang cacat kayak aku? Maaf deh kalau gitu, aku juga nggak mau jadi cacat kayak gini. Tapi, gimana lagi hahaha."

"Nath! Ini bukan waktunya bercanda!" Sentak Gista yang kesal. "Siapa pelakunya, hah?? Aku harus patahin kakinya juga!" Sungut Gista dengan amarah yang menggebu-gebu.

Namun beberapa detik kemudian, ia menangis lagi. Gista tak menyangka hal ini menimpa Nathan. Bagaimana jika nanti Nathan kehilangan satu kakinya? Bukannya itu akan menyusahkan Nathan dalam menjalani aktivitas hidupnya?

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Where stories live. Discover now