❏ Wait, Is She Alter Ego?

93 16 2
                                    

"Zu, nanti balik sekolah gue mau ke psikiater nganterin Nurul, lo mau ikut, nggak?" Tanya Ayuka kepada Zudith ketika mereka duduk di bangkunya karena bel masuk baru saja berbunyi.

Zudith mengangguk mantap. "Ikut dong! Gue pengen tau tentang dia." Ayuka mengangguk. "By the way, jadi gimana? Gue boleh tau tentang obrolan lo sama Kiel waktu itu, nggak?"

"Emm.." Ayuka tampak kebingungan menjawab. "Sebenernya ini obrolannya nggak penting kok kalau buat lo, jadi sebaiknya lo nggak usah tau aja lah, ya."

"Ish! Apa, sih? Lo sama Kiel diem-diem rencanain surprise buat ultah gue, ya? Hahaha," candanya.

"Eh, iya juga lo mau ultah."

"Dih, parah banget asli kalau lo sampai lupa giniii, padahal gue apal banget sama ultah lo, ultah Savira, ultah Charlin juga!" Zudith terlihat sebal sambil mencebikkan bibirnya. Ayuka hanya terkekeh.

"Berarti ultah lo pas kita camping dong?" Tanya Ayuka yang baru ingat kalau ultah Zudith adalah minggu depan.

Zudith mengangguk mantap. "Semoga berkesan deh ya ultah gue kali ini." Ayuka mengulas senyumnya lalu mengangguk menanggapi. "Hmm.. Kita nggak bisa gitu ya kalau setenda sama anak kelas lain? Gue pengen banget setenda sama Savira sama Charlin juga, kayaknya seru deh kalau kita barengan terus. Makin berkesan nantinya."

"Gue pengennya gitu, cuman kan nggak bisa," ucap Ayuka. Zudith tampak kecewa.

Pelajaran pertama sudah dimulai, yaitu bahasa indonesia. Mereka mendapat tugas untuk membuat drama lalu kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok berisi enam orang.

Zudith dan Ayuka tidak sekelompok. Namun, Ayuka sekelompok dengan Nurul dan Shakiel. Ini kebetulan sekali, pikir Ayuka.

"Berarti ini lo cuman numpang nama doang kan? Mingdep lo nggak bisa ikut presentasi soalnya udah di drop out, right?" Tanya Vanya kepada Nurul.

Nurul mengangguk ragu.

"Nah, daripada lo nganggur mending sekarang lo bikin naskah dramanya ya, gue sama Rivan mau cabut ke kantin dulu, bye-bye," ucap Vanya sekenanya.

Lalu kemudian Vanya dan Rivan-anggota kelompoknya Ayuka-itu melenggang pergi ke kantin. Memang dibebaskan untuk pergi ke kantin karena gurunya juga tidak ada, namun kelakuan pasangan bucin itu membuat Ayuka sangat geram. Mereka seenaknya sendiri.

Ketika Ayuka ingin menyemburkan kemarahannya, Vanya dan Rivan dengan cepat melangkahkan kakinya menjauhi cewek itu. Mereka takut dengan Ayuka sebenarnya. Namun, Ayuka sedang dalam mode tidak ingin ribut. Akhirnya, ia membiarkan saja mereka seperti itu, sambil diam-diam mencatat nama mereka untuk dilaporkan kepada guru bahasa Indonesia.

Kini tersisa 4 orang lagi di kelompok ini: Ayuka, Shakiel, Nurul, dan satu lainnya adalah Putra.

"T-temanya t-tentang apa y-ya? T-tadi g-gue nggak k-kedengeran soalnya," tanya Nurul yang hendak memulai menulis naskah.

Ayuka menghela nafasnya. "Udah lo diem aja, nggak usah peduliin omongannya si Vanya. Lo nggak usah kerja soalnya lo juga nggak ikut tampil."

"Gue juga nggak usah kerja ya, besok gue mau bolos biar nggak tampil juga," celetuk Shakiel.

"Betul! Gue juga!" Putra ikut menyahuti.

Ayuka berdecak kesal. "Dah! Nggak usah kerja semuanya!"

Suara lantang Ayuka itu menimbulkan perhatian teman sekelasnya. Namun, ia tak peduli. Cewek itu langsung pergi keluar kelas, menghirup udara segar juga untuk mengembalikan mood nya.

Shakiel yang merasa bersalah lantas menghampiri Ayuka. Cewek itu sedang berdiri menatap adik kelas yang sedang olahraga basket dari koridor.

"Marah mulu, hamil ya?" Canda Shakiel.

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Where stories live. Discover now