❏ Haikal; Ask for Help

89 17 0
                                    

"Kak aku pengen nyamperin bunda sama Alca ke butik, sambil bawa kue buatan aku ini. Aku pengen mereka nyobain," ucap Ayuka kepada Haikal sambil menenteng wadah tupperware berisi kue buatannya.

Haikal yang sibuk dengan laptopnya itu melirik Ayuka sekilas. "Kayaknya jam segini mereka udah makan deh, udah beli nasi padang di warung sebelah butik bunda itu," ujar Haikal.

"Tapi ini kan nggak bikin kenyang," celetuk Ayuka tetap ingin ke butik memberikannya kepada mereka.

"Udah sini buat kakak aja."

Haikal menghampiri Ayuka lalu merebut wadah tersebut, membukanya, dan langsung memakannya. "Ish, kak!" Kesal Ayuka.

"Bunda sama Caca bentar lagi pulang, nanti mereka juga bakalan nyicipin buatanmu ini kok," ucapnya menenangkan Ayuka. Ayuka memang suka bereksperimen di dapur semenjak berteman dengan Jaffin. Namun ketika buatannya tidak dimakan, ia akan merasa sangat sedih dan kecewa.

"Emm.. Enak banget kue buatanmu!'" Puji Haikal saat ia merasakan potongan kue keduanya.

"Serius? Rasanya udah pas kan?" Tanya Ayuka antusias.

Haikal mengangguk mantap lalu mengacungkan jempolnya kepada Ayuka. Ayuka tersenyum senang. Akhirnya eksperimennya kali ini berhasil juga. Ini berkat Jaffin yang selalu memberikan resep dan mengajarinya dengan sabar.

Yah, asal kalian tahu saja kalau Jaffin juga memiliki sisi sabarnya walaupun itu sangat jarang terjadi seperti gerhana matahari.

"Kakak mau ngobrol deh sama kamu dek," ucap Haikal-setelah menghabiskan kuenya-kepada Ayuka yang kini sudah duduk disebelahnya.

Ayuka hanya berdehem.

"Tentang HG, sih. Kamu udah berhenti ngepoin mereka, kan? Seperti yang kakak bilang?"

Mendengar itu, Ayuka dilanda kebingungan. Ia tak tahu harus menjawab apa. Kalau ia bilang masih tetap mencaritahu HG, takutnya Haikal marah kepadanya. Tapi jika ia bilang berhenti ngepoin HG, itu adalah kebohongan.

"Kok diem?" Tanya Haikal lagi.

Ayuka langsung tersadar dari lamunanya yang memikirkan akan kedilemaannya itu. "Emm.. itu.." Karena takut menjawab, alhasil ia hanya bisa bersuara seperti itu.

Haikal menghela nafasnya panjang. "Oke, kakak tau jawaban kamu tanpa kamu harus menjawab," ucapnya. Ayuka hanya bisa meringis kikuk, bersiap mendengar kakaknya menyemburkan ceramahnya.

"Yah, lagian kamu keras kepala. Dibilangin gimanapun juga susah nurutnya. Jadi, terserah deh. Sebelum kamu ngrasain sendiri, kamu belum puas emang ya."

Ayuka agak takut ketika mendengar Haikal mengungkapkan fakta tentangnya. Ia takut tentang apa yang akan Haikal lontarkan lagi setelah ini.

"Kalau gitu, bantuin kakak ya?"

"Eh? Apa ini?" Batin Ayuka.

Realitanya meleset jauh dari perkiraannya. Haikal malah meminta bantuan Ayuka? Apa ini? Mulut Ayuka sedikit menganga sambil bersuara 'hah' karena sulit mempercayai kakanya.

"Bantuin kakak nyari tau tentang kematian Bobby. Kakak sama temen-temen kakak jujur emang nggak bisa terus-terusan mikirin masalah itu. Kita sibuk banget sama kuliah kita, jadi jarang diskusiin tentang itu. Ya walaupun sebenernya udah ada rencana---yang belum terlaksana," jelasnya.

"Emang aku bisa apa?" Celetuk Ayuka kontan.

Padahal sebelumnya memang Ayuka berniat begitu---membantu Haikal menuntaskan kasus kematian Bobby, tapi ketika sang empu yaitu kakaknya sendiri yang langsung meminta bantuannya, ia merasa sangat bertanggungjawab dan terbebani harus membuat planning yang jauh lebih matang.

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Where stories live. Discover now