❏ Worried and Afraid

91 17 0
                                    

Ayuka buru-buru ke rumah Jaffin karena ia dengar suara Jaffin benar-benar panik tadi ditelepon. "Jaff, kenapa??" Tanya Ayuka yang kini sudah berdiri di depan pintu kamar Jaffin. Ia melihat cowok itu sedang gusar sambil melemparkan kantong plastik hitam pemberian Shakiel tadi ke atas kasur king size miliknya.

"Ini serius dari Shakiel?" Tanya balik Jaffin sambil menunjuk kantong plastik hitam itu.

Ayuka mengangguk. "Emang apa isinya?" Ayuka menghampiri kasur Jaffin lalu ia mengintip isi yang ada di dalamnya.

Ayuka dibuat kaget berkali-kali hari ini.

Bola matanya melihat dengan jelas kalau isi dari kantong plastik tersebut adalah dasi berdarah yang semula ada di lemari gudang sekolah. Sontak ia menutup mulutnya. "K-kenapa bisa?" Tanyanya dengan shock.

Ia masih belum percaya kalau Shakiel anggota Hidden Gang, tapi ini.. Mau tidak mau Ayuka mulai menaruh kecurigaan kepada teman sekelasnya itu.

Jaffin berkacak pinggang, matanya masih tertuju pada kantong plastik itu, ia sedang berpikir sambil menggigit bibir bawahnya. "Apa mungkin Kiel-"

"Iya," jawab Ayuka cepat. "Kata Kak Haikal iya. Shakiel anggota HG, tapi ini masih dugaan, sih. Soalnya nomor yang ngehubungin gue waktu di gudang itu nomer dia. Kak Malvin, temennya Kak Haikal yang ngelacak pemilik nomornya," jelas Ayuka yang sedikit panik.

Jaffin menutup mulutnya yang menganga lebar karena kaget. Ia lantas mengusap kasar wajahnya. "Kiel temen deket gue. Apa maksud dia gabung sama mereka? Dan.. kenapa dia ngasih ini ke gue?"

Ayuka mengedikkan bahunya. Ia juga tidak paham mengapa Shakiel melakukan hal ini. Apakah ini berarti ancaman?

"Ck, gue harus minta penjelasan dia." Jaffin menyambar jaketnya yang ada di kursi, mengambil kunci motornya, lalu bergegas pergi dari kamar meninggalkan Ayuka yang masih tidak tahu harus bagaimana. Gadis itu terdiam cukup lama karena masih mencerna semua ini.

"Jaff.. tunggu!"

Terlambat. Ayuka terlambat. Jaffin sudah melaju jauh dengan motornya. Ia pergi menemui Shakiel.

Sebenarnya, Ayuka hanya takut kalau itu adalah jebakan Shakiel. Walaupun memang Shakiel teman dekat Jaffin, tapi tidak menutup kemungkinan kalau ia bertindak jahat. Tapi, sejujurnya Ayuka pun ragu dengan pemikirannya itu. "Gue harap lo baik-baik aja, Jaff." Ayuka melangkahkan kakinya pulang ke rumah.

"Kenapa dek?" Tanya Haikal yang melihat Ayuka memasuki rumah dengan wajah tertekuk.

Ayuka menatap Haikal. Ia mengulas senyum singkat lalu menggelengkan kepala. "Aku ke atas dulu ya, kak. Mau belajar."

Haikal mengiyakan saja.

Ayuka melenggang pergi, menaiki tangga menuju kamarnya. Kemudian ia mengunci pintu kamar itu. Ia butuh waktu sendiri untuk mencerna semua hal diluar dugaannya ini. Gadis itu kini merebahkan dirinya di kasur sambil menatap plafon putih kamarnya.

"Kalau pun gue belajar, enggak bakalan fokus, ish!" Kesalnya. "Mana Jaffin tadi enggak bawa HP lagi. Apa gue telfon Juno aja, ya?" Monolognya. Ia bangkit lantas meraih HP yang tadi lempar begitu saja di kasur. Kemudian jarinya mencari kontak Juno disana.

"Assalamualaikum, kak. Ada apa?"

"Waalaikumsalam. Gini, lo sibuk nggak sekarang?"

"Sekarang banget? Iya kak sibuk, lagi ada acara keluarga soalnya. Kenapa kak?"

"Duh, ya udah deh nggak jadi."

"Okay."

Ayuka menutup teleponnya. Ia bingung akan menghubungi siapa lagi untuk diajaknya pergi mencari Jaffin. Soalnya ini sudah malam, tidak mungkin ia pergi sendirian. Beberapa detik kemudian, ia terpikirkan Zudith.

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang