❏ Camping; Happy Day

82 16 4
                                    

Kejadian tadi malam semakin menambah beban pikiran Ayuka. Ia tak tahu motif tiga orang itu menculik Ayuka untuk apa.

Apakah mereka menginginkan organ tubuhnya untuk dijual? Ataukah menginginkan dirinya sebagai pekerja romusha bagi mereka? Atau mungkin ingin membunuhnya begitu saja lantas mayatnya dibuang?

Ayuka tak tahu pasti alasan sebenarnya. Tapi Ayuka pikir, mereka kemungkinan besar adalah suruhan Zea, alias hidden gang. Atau mungkin malah suruhan Nurul? Ah, entahlah. Yang jelas, hal itu sangat mengganggu Ayuka.

Belum lagi masalah paku yang tersebar di depan gerbangnya kemarin. Mungkinkah ini perbuatan mereka juga---termasuk Zea? Karena Ayuka rasa, tidak mungkin kalau itu perbuatan bocil-bocil kompleknya. Memang para bocil komplek itu sangat usil, tapi keusilan mereka tidak sampai mengusik ketenangan warga.

Ayuka menghembuskan nafasnya panjang. Ada-ada saja masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Seperti, masalah satu belum usai, ia sudah dihujani oleh masalah-masalah yang lain lagi. Jika tidak pintar memotivasi diri sendiri, mungkin Ayuka sudah gila karena terlalu memikirkan beban pikirannya ini.

Lagi pula, sekarang Ayuka memang harus ekstra hati-hati. Ia sudah mendapat ancaman dari dua orang---yaitu Zea dan Nurul. Dan lagi, entah Shakiel itu termasuk ancaman atau bukan, intinya Ayuka harus hati-hati dan jaga diri. Juga sebisanya ia akan melindungi orang-orang terdekatnya agar tak terlibat dalam urusannya ini.

Camping akan dilaksanakan nanti siang. Pagi ini Ayuka sedang sibuk menyiapkan keperluan camping untuk ia packing. Namun, beban pikirannya terlalu mengganggu, sehingga ia belum menyelesaikan kegiatannya.

"Sini kak, aku bantuin," ucap Alca yang sudah rapi mengenakan seragamnya. Ia membantu Ayuka memasukkan baju yang sudah Ayuka siapkan ke dalam tas ransel besarnya. Ia juga membantu Ayuka memasukkan camilan yang akan kakaknya itu bawa.

"Thanks, dek."

Alca hanya mengangguk. "By the way, berapa lama kak camping nya?"

"Kamu mau aku tinggal 3 hari, jangan rindu ya, berat," goda Ayuka sambil tersenyum lebar kepada Alca yang tengah jijik melihat kakaknya yang alay.

"Dih, bisa alay juga."

Ayuka hanya mengedikkan bahunya. "Kak Haikal pulang jam berapa sih semalem?" Tanya Ayuka karena tadi malam setelah selesai membuat scrapbook, ia langsung tidur. Jadi, ia tidak sempat melihat kepulangan Haikal ke rumah ini.

"Hmm... Sekitar jam 12 pulang, sih. Katanya habis dari rumah sakit terus Kak Haikal ke perusahaan ayah buat ikut rapat, disuruh sama Om Burhan," jelas Alca.

Jadi ceritanya, mendiang ayah mereka memang memiliki sebuah perusahaan besar, yaitu perusahaan penyiaran radio yang saat ini dipimpin oleh paman mereka.

Namun, masa kepemimpinan paman mereka itu tidak akan lama karena Haikal lah yang sudah dipilih oleh almarhum ayahnya sebagai CEO tetap. Hanya saja karena Haikal masih kuliah, akhirnya ia ingin merintis karirnya dari awal sebagai pekerja biasa dahulu.

"Oh gitu, keadaan Kak Malvin gimana? Kak Haikal cerita nggak?" Tanya Ayuka lagi.

"Katanya masih koma."

Mendengar itu, Ayuka jadi turut prihatin. Ternyata memang Haikal juga sedang banyak pikiran, jadi wajar saja ia tidak bisa mencerna obrolannya dengan Ayuka tempo hari. Ayuka rasa, Haikal memang membutuhkan waktu untuk memahami ini semua. Namun Ayuka harap, semoga itu tidak memakan waktu yang lama.

Tidak nyaman sebenarnya berada dalam kondisi seperti ini dengan Haikal. "Sekarang Kak Haikal masih tidur, ya?"

"Iya, kali? Aku belum liat tanda-tanda Kak Haikal keluar kamar," celetuk Alca. Kemudian ia melirik jam tangannya. "Eh, udah hampir jam tujuh ternyata. Ya udah deh, aku berangkat dulu ya, kak! Take care kakakku, semoga camping nya menyenangkan." Alca lantas memeluk erat Ayuka.

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Where stories live. Discover now