bagian dua // dia, menetap

1.9K 186 8
                                    

Pada waktu itu, Linka masihlah seorang mahasiswi baru yang diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan orientasi yang diadakan oleh kampusnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pada waktu itu, Linka masihlah seorang mahasiswi baru yang diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan orientasi yang diadakan oleh kampusnya. Dan, ketika tiba masa orientasi jurusan diadakan, saat itulah Linka pertama kali berjumpa dengan lelaki bernama lengkap Aldio Zefran Waranggana.

Sebelum kegiatan di luar kampus dilaksanakan, para peserta yang terdiri dari mahasiswa baru harus menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu agar hal-hal yang tak diinginkan dapat dicegah sebelum terjadi. Kala sampai pada giliran Linka, figur laki-laki berkacamata yang menunggu di depan ruangan berhasil mencuri atensi gadis itu dalam sekejap.

Linka bahkan masih ingat kalimat pertama yang terlontar dari mulut Zefran usai memamerkan senyum penuh kehangatan miliknya, yakni, "Jangan sampe ada yang ditutup-tutupi dari dokternya, ya, supaya kamu bisa ikut kegiatan ini dengan aman."

Dan hanya karena itu, Linka sekonyong-konyong mendapati debaran pertama yang tak disangka-sangka.

Lalu di hari berikutnya, para peserta akhirnya berangkat menuju lokasi di mana kegiatan berlangsung, yakni di tempat perkemahan yang tentu berhubungan langsung dengan hutan. Dan untuk sampai ke bagian dalamnya, mereka masih harus menempuh perjalanan cukup panjang tanpa kendaraan.

Sejujurnya kala itu Linka berada dalam kondisi sehat, dan setelah melakukan pemeriksaan pun ia dinyatakan bisa bergabung dalam kegiatan tersebut tanpa syarat. Namun, pada kenyataannya di lapangan, Linka malah menjadi peserta pertama yang tumbang akibat tak kuasa menahan beban--carrier berisi barang bawaannya--di pundak sembari berjalan kaki dengan jalur yang dipenuhi tanjakan, turunan, serta berkelok-kelok.

Beruntungnya Linka tak sampai hilang kesadaran. Salah seorang anggota kelompoknya pun cepat-cepat berteriak memanggil divisi kesehatan yang mengikuti tepat di belakang para peserta. Saat itu, meski samar-samar, Linka tahu pasti bahwa seseorang yang menolongnya adalah Zefran (Putri pun telah mengonfirmasi hal tersebut).

Setelahnya, atas perintah dari salah satu rekannya, Zefran lekas membopong Linka dan mencari tempat luas yang sekiranya dapat digunakan untuk berkumpul. Dan, yah, apa yang terjadi pada Linka berhasil membuat kegiatan dihentikan sejenak agar sang gadis dapat memulihkan diri, begitu pula dengan seluruh peserta yang bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat.

Usai membiarkan Linka bersandar pada batang pohon dengan nyaman, Zefran kemudian bertanya, "Bisa-bisanya peserta tanpa pita kuning atau merah kayak kamu malah tumbang duluan."

Linka tak tahu Zefran hanya bercanda atau memang sengaja menyindirinya. Ia tak bisa berpikir sebab kepalanya terasa berat pun dada yang sedikit sesak. Namun, jika melihat wajah cemasnya, Linka cukup yakin bahwa itu bukan sesuatu yang buruk.

"Apa badan kamu emang nggak kuat kalau ngelakuin aktivitas berat?"

"Ng ... nggak juga, Kak. Ini baru pertama kali, jadi mungkin batas diri saya emang cuma segini."

Zefran mulanya tampak skeptis, tapi pada akhirnya ia hanya membuang napas panjang. Salah seorang rekannya kemudian memanggil seraya menyerahkan sebotol air minum.

"Ya udah, sekarang kamu minum dulu." Zefran lalu memberikan botol tersebut pada Linka. "Kamu pengen makan sesuatu juga, nggak?"

Linka lekas menggeleng. "Nggak usah, Kak, saya butuh minum aja. Makasih banyak ya, Kak."

"Sama-sama ... em, siapa, nama kamu?"

"Linka, Kak."

"Oke, Linka. Nanti semisal ada apa-apa lagi, langsung bilang ke temen kamu atau panitia yang ada, ya? Nggak perlu takut atau sungkan karena ini demi kebaikan diri kamu sendiri. Kamu masih pengen 'kan, ikut acaranya sampe akhir?"

"M-masih, Kak ...."

"Nah, kalau gitu, jangan lupa sama apa yang saya bilang tadi, ya. Oke, Linka?"

Kata demi kata yang terlontar dari mulut Zefran beserta intonasi yang digunakan betul-betul menenangkan Linka--yang sempat merasa bersalah karena ia telah merepotkan orang-orang di sekitarnya. Namun, perasaan tersebut terlupakan dalam sekejap oleh sebab satu hal yang Linka sadari dalam dirinya.

Linka telah jatuh pada Zefran dengan cara yang begitu sederhana, pun dalam waktu yang terbilang singkat.

Dan semenjak saat itu, nama sang lelaki pun betah menetap di hati Linka hingga tahun-tahun berikutnya--meski tak ada yang dapat ia lakukan selain jatuh cinta sendirian.

* ੈ✩‧₊˚

bandung, 10 januari 2023

See You After Midnight [PUBLISHED]Where stories live. Discover now