See You After Midnight [PUBLISHED]

bagian dua puluh satu // dia, setuju

Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali Zefran dapat terlelap di malam hari dengan begitu nyenyak, ia bahkan tak lagi ingat kapan tepatnya. Namun, usai terbangun di pagi hari ini, Zefran merasa tubuhnya amat sangat segar seolah beban tak kasat mata yang tidak pernah lepas dari pundak lenyap tiada bersisa. Zefran meyakini bahwa salah satu alasannya karena semalam ia tidak perlu memaksakan diri untuk begadang seperti yang sudah-sudah.

Dan, sesuatu yang tanpa disangka berhasil membuat Zefran meninggalkan sejenak kebiasaan buruk itu adalah lilin aromaterapi pemberian Linka.

Zefran memang langsung mencoba menyalakannya tak lama usai ia kembali ke kamar. Kala asap mulai mengudara, aroma kayu cendana yang menguar perlahan tapi pasti segera menghadirkan perasaan tenang di tiap hirupannya hingga tubuh lama-kelamaan kian menjadi rileks. Zefran cukup yakin kalau setelahnya ia langsung jatuh tertidur sebab ia tak ingat apa pun lagi.

Gadis itu, Linka, ternyata sungguh tahu apa yang Zefran butuhkan. Rasanya Zefran ingin sekali lagi berterima kasih pada Linka atas pemberiannya. Maka dari itu, sembari menuruni tangga, Zefran berharap agar sang gadis adalah orang pertama yang akan ia temui sesampainya di lantai bawah.

Namun, ekspetasinya seketika hancur ketika ia malah mendapati Maya yang kebetulan baru saja keluar dari kamarnya. Dan ketika pandangan Maya menemukan keberadaan Zefran, sebuah senyum menyebalkan pun langsung terbit di bibirnya.

Oh, sial. Sudah dapat dipastikan Maya takkan melewatkan kesempatan untuk membahas apa-apa saja yang sudah ia dengar semalam.

"Wow, seger bener muka lo, Zef, pagi-pagi begini." Maya sudah memulai aksinya sembari ia berjalan menuju ke dapur. "Beda aja pokoknya sama waktu baru bangun habis skripsian, kusut parah kek daster emak-emak yang belom disetrika."

Zefran kontan berdecak pelan. "Apa sih, May."

"Malah apa sih apa sih, padahal lo tinggal jawab aja, 'Iya, habisnya semalam cintaku diterima sama ayang, May.'"

Perkiraan Zefran benar-benar tak meleset, dan rasanya ia ingin kembali ke kamar saja sekarang daripada harus meladeni kawannya yang satu itu. Namun, jika ia berlaku demikian, Maya justru akan semakin gencar lagi meledeknya. Oleh karena hal tersebut, Zefran berusaha tahan sejenak dengan memberi balasan secukupnya, setidaknya sampai niatnya untuk menyeduh teh manis terlaksana.

Atau ... sampai Zefran dapat melihat Linka secara langsung muncul dari balik kamarnya.

Yang laki-laki itu lakukan setelahnya adalah melengos begitu saja tanpa peduli pada Maya yang tergelak di tempatnya. Meski sibuk mempersiapkan bahan guna membuat telur dadar, Maya tetap saja menyempatkan diri untuk menggoda Zefran dengan terus-menerus membahas apa yang terjadi semalam. Namun, lama-lama ia justru lelah sendiri hingga berujung melontarkan pertanyaan-pertanyaan normal yang mampu Zefran jawab tanpa perasaan sebal.