bagian enam // dia, peka (1)

1.2K 165 0
                                    

Hari ini Linka pulang lebih sore dari biasanya karena ia harus berdiskusi perihal tugas bersama teman-teman sekelompoknya terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Linka pulang lebih sore dari biasanya karena ia harus berdiskusi perihal tugas bersama teman-teman sekelompoknya terlebih dahulu. Rasa lelah membuat ia ingin cepat-cepat sampai di kos sebelum matahari menunjukkan tanda-tanda akan segera tenggelam.

Setelah lima menit berjalan kaki, Linka akhirnya dapat melihat gerbang kos yang sedikit terbuka. Semakin ia berjalan mendekat, perasaannya mulai tak enak kala melihat motor para penghuni sudah banyak terparkir di pekarangan. Oleh sebab kemarin-kemarin tak pernah pulang terlambat, Linka betul-betul tidak tahu kalau penghuni kos selalu pulang sekitar jam lima sore ke atas.

Sayup-sayup suara ramai yang terdengar dari dalam membuat jantung Linka mulai berpacu cepat. Apa yang sedang terjadi di sana? Apakah mereka tengah berkumpul lagi seperti sebelumnya? Jika memang demikian, Linka tak mungkin harus pergi hanya untuk menghindar, 'kan? Orang-orang tentu akan menganggap ia bodoh kalau mengetahuinya.

"Eh? Lo udah pulang, Ka?"

Napas Linka kontan tertahan saat vokal yang ia kenali menelusup masuk ke rungunya. Itu suara Jihan, dan ia tengah membuang sesuatu ke tempat sampah yang memang berada di luar. Presensi Linka sudah jelas dapat ia tangkap di sana.

Linka kemudian tersenyum kikuk. "Iya, baru aja nyampe, Han."

"Bagus, bagus. Sini cepetan masuk, Ka."

"A-ada apa emangnya?"

"Kak Maya lagi bagi-bagi kue, tuh, baru aja dikirimin orangtuanya. Ayo masuk, Ka, biar lo kebagian!"

Sejujurnya Linka belum tahu siapa yang bernama Maya di antara para penghuni kos. Namun, ia pun tak mungkin menolak karena hampir semua orang tampaknya memang tengah berada di ruang tamu sekarang. Alhasil, gadis itu hanya menurut setelah menarik napas dalam-dalam agar bisa sedikit lebih tenang.

"Heh, Erga, jangan rakus sih lo! Ini Linka belum kebagian!"

Seruan Jihan sontak mengundang atensi seluruh pasang mata di sana, membuat suasana menjadi hening sejenak. Sungguh, rasanya Linka ingin kabur ke kamarnya saja sekarang. Namun, yang dapat ia lakukan hanyalah memamerkan senyum yang tampak begitu canggung.

"Wah, akhirnya muncul juga nih, anak barunya," ujar salah seorang gadis bertubuh sedikit berisi. Beberapa kotak kue yang berada di dekatnya membuat Linka segera tahu bahwa ialah yang bernama Maya. "Eh, tadi lo bilang Linka adik tingkat lo 'kan, Zef. Jadi lo beneran kenal?"

Linka lekas mengikuti arah pandang Maya, dan ia mendapati Zefran datang dari arah dapur seraya membawa segelas air putih. Kala Zefran menatapnya, Linka buru-buru membuang muka karena malu.

"Gue udah ngomong berapa kali juga, tapi lo nggak percayaan, May," kata Zefran.

"Rumor soal lo yang katanya kenal seluruh mahasiswa di jurusan lo ternyata bener, ya."

"Ada emang ya, rumor kayak begitu?"

"Ah, entar lagi deh bahasnya." Maya kemudian  meraih piring kertas yang di atasnya terdapat sepotong kue cokelat berlapis krim, yang kemudian ia serahkan pada Linka. "Nah, ini kue buat lo, Linka."

"Makasih banyak ya, Kak," Linka tentu menerimanya dengan senang hati.

"Ka, Kak Maya tuh lagi ulang tahun sebenernya, tuh," celetuk Jihan.

Kedua mata Linka kontan membulat. Pada Maya ia berkata, "Oh? Maaf, Kak, aku nggak tau. Selamat ulang tahun ya Kak, maaf aku nggak ngasih apa-apa jadinya ...."

Maya cuma terkekeh mendengarnya. "Santai, Ka. Lo liat aja nih, para penghuni lama aja nggak ada satu pun yang ngasih gue kado. Inget ulang tahun gue aja nggak mereka tuh."

"Eh, gue udah ngucapin ya semalam, pas banget jam dua belas malah. Enak aja dibilang nggak inget!"

"Ah, lo pengecualian berarti. Selain lo nggak ada yang setia kawan!"

Percakapan Maya dengan penghuni lain yang belum Linka ketahui namanya membuat ia cuma bisa diam dan mendengar. Namun, fokus sang gadis segera beralih pada laki-laki di samping yang sibuk menatapnya dengan senyum penuh arti. Linka tentu saja terheran sendiri melihatnya.

"... kenapa?" Linka bertanya ragu-ragu.

Lengkungan di bibir si lelaki sontak berubah lebar. Ia kemudian mengulurkan satu tangan ke hadapan Linka. "Kak, kenalin, nama gue Erga."

Ah, ternyata Erga itu dia. Tapi .... "'Kak?'"

"Oh, gue adik tingkat lo, Kak. Satu jurusan juga sama lo. Lo belom pernah liat gue, gitu?"

"Dih, pede gila lo, Erga. Elo bukan Zefran, ya!" sembur Maya yang langsung mengundang banyak tawa.

Linka terkekeh canggung, tetapi ia tetap menjabat tangan Erga. "Panggil Linka aja. Maaf ya, aku belum pernah liat kamu di kampus."

Erga seketika melongo di tempat. "A-aku ... kamu?"

"Norak banget sih lo, Ga, diajak ngomong pake aku-kamu aja udah langsung baper."

"Menurut dia di seluruh Indonesia tuh ngomongnya gue-lo, Kak, jadi maklumin aja deh."

"Duh, Erga, Erga. Ini ceritanya lo jatuh cinta pada pandangan pertama nih, sama Linka?"

"Asik dah, akhirnya ada yang cinlok di Kosan Ibu Dina!"

Atmosfer di sana pun seketika berubah karena mereka sibuk menggoda Erga hingga ia benar-benar salah tingkah. Linka sendiri tentu saja tak bisa lepas karena dirinya pun turut menjadi salah satu sasaran empuk akibat perlakuan Erga barusan. Dan Linka benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan selain pasrah saja sampai semuanya kembali diam.

Namun, dalam suasana tersebut, Zefran sekonyong-konyong mengambil tindakan sebagai penengah dengan berkata, "Heh, udah, udah. Kasian ini anak baru pulang kuliah capek-capek malah kalian rusuhin kayak begini."

Linka segera menoleh pada Zefran, dan debaran itu lagi-lagi muncul. Terlebih lagi karena Zefran mengerti keadaan tersebut membuat Linka tak nyaman sampai-sampai ia turun tangan guna menegur mereka semua.

"Udah, kamu kalau mau ke kamar nggak papa," ujar Zefran setelahnya dengan nada bicara yang selalu Linka sukai. "Nggak perlu ladenin mereka, dan nggak usah diambil pusing, oke? Mereka cuma bercanda aja, kok, itu."

Oh, sungguh, bagaimana mungkin Linka tidak semakin jatuh padanya?

* ੈ✩‧₊˚

bandung, 16 januari 2023

See You After Midnight [PUBLISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang