bagian dua puluh empat // dia, tangguh

898 121 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika Zefran memutuskan untuk istirahat sejenak usai kembali menyicil skripsi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika Zefran memutuskan untuk istirahat sejenak usai kembali menyicil skripsi. Lelaki itu tadinya hendak langsung menuju lantai bawah sebab ingin nengusir rasa lapar yang sempat mengganggu fokusnya. Sejenak ia pun membalas beberapa chat yang ia terima sebelum kembali menaruh ponsel di atas tempat tidur dan berdiri.

Namun, belum sempat Zefran melangkah menuju pintu, penerangan di kamarnya mendadak lenyap hingga menyisakan gelap. Sesaat lelaki itu hanya terdiam, mencerna apa yang terjadi, sebelum ia raih lagi ponsel guna menyalakan flash. Sebelum keluar dari kamar, Zefran lebih dulu menyimpan dokumen skripsi dan mengaktifkan mode sleep pada laptop.

Tepat pada saat itu, penghuni di sebelah, Luki, juga baru meninggalkan kamar. Ketika melihat keberadaan Zefran ia langsung saja berujar, "Korsleting? Atau emang mati listrik semua?"

Zefran mendengkus pelan. "Mana gue tau, Ki, baru juga mau ngecek ke bawah."

Luki tak membalas. Mereka berdua segera saja menuju ke lantai bawah bersama. Tapi sebelum itu, Luki sempat menghampiri pintu kamar Erga sebab laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Ga? Tidur lo? Mati listrik, woy," ucap Luki seraya mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Namun, nihil. Tak ada sahutan dari dalam sana. Luki lantas mengulang apa yang ia lakukan tadi dengan suara yang agak ditinggikan. "Ga? Masih idup 'kan lo?"

Barulah saat itu terdengar Erga yang mengerang pelan seraya berkata, "Ya iyalah, gila." Lalu, seolah baru menyadari apa yang terjadi, kalimat-kalimat lain pun menyusul, "Eh, ini kenapa nih, kok gelap, sih? Gue nggak bisa liat njir, gelap banget, sialan. ANJIR, ANJIR, GUE NGGAK TIBA-TIBA BUTA, 'KAN?!"

Kedua mata Luki segera saja berputar malas, sementara Zefran hanya geleng-geleng kepala tak habis pikir.

Zefran kemudian lebih dulu turun ke lantai bawah di saat Luki masih sibuk mengurusi Erga. Sesampainya di sana, lelaki itu mendapati Maya dan Jihan yang tengah berjalan melewati pintu kos, hendak mengecek ke luar. Ia pun turut beranjak ke halaman depan kos sebab memang itulah tujuannya.

"Emang mati semua ternyata, bukan gangguan di kos sini doang," Maya langsung menyimpulkan setelah melihat situasi di luar. Rumah-rumah yang berada di sekitar kos memang tampak sama gelapnya. Begitu pula dengan lampu-lampu tinggi yang terdapat di beberapa sisi jalan.

Maya lalu beralih pada Jihan. "Eh, Han, lo tadi masak nasi buat ramean, 'kan?"

Jihan yang mendengar itu segera melotot panik. "Oh, iya! Haduh, udah sempet mateng belom, ya, Kak?"

"Pasti udah sih, kata gue. Udah lama juga kayaknya lo masak nasinya tadi."

"Semoga aja deh, Kak. Gue cek ke dapur dulu kalau gitu, ya."

See You After Midnight [PUBLISHED]Where stories live. Discover now