bagian dua puluh tiga // dia, cemburu

936 128 14
                                    

notes: maaf ya guys tadi pagi kepencet publish pas lagi ngedit hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

notes: maaf ya guys tadi pagi kepencet publish pas lagi ngedit hehe. anw ini dia chapter terbarunya, selamat membaca! <3

-

Menjelang kepulangannya kembali ke kos, Linka yang ingin pergi ke dapur untuk minum segelas air mendapati neneknya masih berada di sana setelah sebelumnya sibuk memasak. Gadis itu lantas mengerutkan kening kala ia perhatikan hasil masakannya tengah dipindahkan ke dalam beberapa wadah tertutup, seperti akan diberikan kepada seseorang.

"Mau kasih buat siapa, Nek?" tanya Linka tanpa basa-basi akibat rasa penasaran.

Wanita berumur pertengahan enam puluhan yang masih tampak amat bugar itu menoleh sekilas sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya. "Ya buat Linka bawa ke kosan," sahutnya tenang. "Sayang habisnya, masakan semalam masih ada sisa, masih bagus juga, tinggal dipanaskan. Ini Nenek sudah tambahkan lagi, takutnya semua anak kos nggak kebagian. Kuenya juga sekalian Linka bawa saja, daripada nggak kemakan di sini."

Kedua alis Linka terangkat, tak menyangka bahwa makanan-makanan itu sengaja Nenek siapkan untuk ia bawa ke kos. "Oh, kirain mau dikasih ke siapa." Jeda sejenak. "Tapi, Nek, di kosan Linka sekarang penghuninya itu nggak banyak, cuma enam orang termasuk Linka. Jadi, seharusnya Nenek nggak perlu nyiapin sebanyak ini."

"Lho, kapan Linka pindah kosan?

"... emangnya Linka belum pernah bilang ya, Nek? Perasaan, waktu itu Linka langsung telepon Nenek habis selesai pindahan."

"Oh, begitu? Duh, kayaknya Nenek yang lupa, Linka."

Linka hanya tersenyum maklum. Wajar memang, faktor usia.

"Ya sudah, kalau begitu Linka bisa simpan buat besoknya. Jangan lupa kasih juga buat pemilik kosan sekalian Nenek titip salam," lanjut Nenek usai menutup wadah terakhir. "Nanti kamu diantar Langit saja, Linka, biar tidak susah bawanya. Anak itu juga baru akan dijemput nanti malam."

"Iya, Nek," Linka menyahut patuh. Kemudian ditariknya napas pelan, bersamaan dengan munculnya secuil sorot khawatir dalam sepasang netra. "Tapi, Nenek apa nggak capek dari kemarin nyiapin masakan ini itu? Kalau tau tadi Nenek masak banyak lagi buat Linka bawa, pasti Linka bantuin."

Mendengar hal itu, Nenek lekas memusatkan seluruh atensinya pada Linka. Senyum hangatnya mengembang. Kedua tangannya terulur guna merapikan rambut Linka, sebelum diusapnya lembut dan berpindah turun ke bahu. "Nenek malah bosan kalau nggak mengerjakan apa-apa, Linka. Lalu, Nenek justru senang bisa menyiapkan banyak makanan di hari ulang tahun Linka. Kalau untuk cucu kesayangan Nenek, Nenek mana mungkin bisa ngerasa capek."

Penuturan Nenek sukses membuat rasa haru menyelimuti hati Linka. Gadis itu tahu betul mengapa Nenek menganggapnya sebagai cucu kesayangan meski ia bukanlah satu-satunya cucu yang Nenek miliki. Bertahun-tahun menggantikan peran seorang ibu, memang tak pernah Linka dapati Nenek mengeluh atau memperlihatkan guratan lelah di wajah. Semua dilakukan semata-mata agar Linka dapat tetap tumbuh dengan baik seperti anak-anak sebayanya. Oleh karena hal tersebut, sampai detik ini tak ada yang bisa mengalahkan besarnya sayang dan cinta yang Linka punya untuk sang nenek.

See You After Midnight [PUBLISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang