bagian dua puluh sembilan // dia, akan pergi

722 93 0
                                    

Pagi hari ini--tepatnya sekitar pukul tujuh--kehebohan sudah terjadi di lantai bawah kos, didominasi oleh teriakan Maya yang terdengar takut bercampur panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari ini--tepatnya sekitar pukul tujuh--kehebohan sudah terjadi di lantai bawah kos, didominasi oleh teriakan Maya yang terdengar takut bercampur panik. Suara Jihan yang tak kalah kerasnya turut menimpali sesekali. Situasi tersebut pun tentu saja berhasil sampai ke telinga para penghuni lantai atas, hingga salah satu dari mereka cepat-cepat turun guna mencari tahu. Ia adalah Erga, yang semula bertanya, "Eh, ada apaan, sih, pagi-pagi udah pada ribut?" dan tak lama setelahnya, vokal lelaki itu tiba-tiba saja meninggi dengan perasaan tak jauh berbeda dengan Maya.

"Ga, ambil sapu lidi di depan cepet!"

"Ih, Kak, lo nggak tau apa kalau makhluk sialan itu nggak boleh dipukul sembarangan? Banyak bakterinya, tau!"

"Ya terus pake apa, dong, kalau lagi nggak ada baygon dan sejenisnya? Padahal itu cara paling cepet biar dia mati!"

"Wah, Kak May, jangan-jangan kecoak-kecoak yang pernah masuk ke kamar lo selalu dibunuh dengan cara kayak gitu, ya? Kamar lo dipenuhi parasit dong, jadinya."

"Aduh, apaan sih? Ini pertama kalinya ada yang sampe masuk kamar gue tau, Ga. Biasanya gue cuma suka nemu di kamar mandi, dan yang bunuh juga bukan gue."

"Oh, terus siapa, dong?"

"Tergantung siapa yang lagi ada di kosan, lah. Kalau nggak si Luki, ya Zefran. Kalau lo, mau lagi ada di kosan atau nggak juga tetep aja nggak berguna. Heran juga gue sebenernya. Lakik kok takut sama kecoak, sih?"

"Suka gitu kan, elo mah, Kak. Emangnya kalau cowok nggak boleh takut sama apa pun, gitu? Sempurna amat jadi orang, kalau beneran nggak punya kelemahan."

"Hadeh, kok malah jadi pada cekcok, sih? Terus ini gimana? Kecoaknya udah nggak keliatan lagi masa, Kak." Kali ini vokal Jihan yang terdengar, menengahi sebelum percakapan sepasang manusia itu menjadi perdebatan panjang yang tak perlu. Nyaris saja mereka lupa dengan tujuan utama mereka berada di depan kamar Maya yang pintunya dibiarkan terbuka lebar.

"Anjir, demi apa? Ah, pokoknya gue nggak mau masuk kamar sebelum gue liat dengan mata kepala gue sendiri kalau tuh kecoak udah mati!"

"Ga, Ga, coba panggilin Kak Luki atau Kak Zef. Mereka masih molor apa gimana, sih? Kok bisa-bisanya pada diem-diem aja padahal dari tadi udah berisik begini."

Tanpa banyak protes, Erga lekas saja beranjak ke lantai atas dan menuruti titah Jihan agar perkara--yang sejatinya cukup--sepele ini dapat cepat dituntaskan. Kemudian, tak lama setelah sosok lelaki itu lenyap usai menaiki tangga, Linka yang baru saja selesai mandi akhirnya memunculkan diri. Tentu ia pun telah mendengar apa yang terjadi di luar, maka dirinya bergegas menghampiri Maya dan juga Jihan sambil masih membawa handuk serta baju kotornya.

See You After Midnight [PUBLISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang