bagian tiga // dia, muncul

1.5K 171 6
                                    

Sudah tiga hari berlalu sejak Linka pindah ke kos baru, ia merasa belum dapat beradaptasi dengan baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah tiga hari berlalu sejak Linka pindah ke kos baru, ia merasa belum dapat beradaptasi dengan baik. Faktor utamanya tentu saja karena Linka merupakan seorang introver yang juga punya sifat pemalu sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar--jika tidak kuliah atau pulang ke rumah. Linka pun belum mengenal semua penghuni kos yang jumlahnya bahkan tak lebih dari enam orang.

Saat ini Linka hanya kenal dengan penghuni kamar sebelah yang kebetulan satu angkatan dengannya--walaupun berbeda jurusan. Namanya Jihan, dan Linka menganggapnya seseorang yang baik dan ramah karena telah berinisiatif menyapa lebih dulu serta membantunya sedikit berbenah di hari pertama kepindahan.

Selebihnya Linka cuma sempat berpapasan dengan yang lain dan saling melempar senyum karena mereka terburu-buru untuk pergi beraktivitas. Linka bahkan belum pernah bertemu dengan satu pun penghuni laki-laki di lantai dua.

Suasana kos betul-betul sepi kala Linka tiba sepulangnya dari kampus. Kendati demikian, Linka cukup bersyukur karena ia tak perlu membuang banyak energi yang tersisa dalam diri untuk menyapa para penghuni. Dan gadis itu pun lekas saja masuk dalam kamarnya.

Yang Linka lakukan kemudian ialah mandi, dan akibat rasa kantuk yang menyerang setelahnya, gadis itu pun jatuh tertidur sampai tak terasa gelap malam sudah menjemput.

Kesadaran Linka mulai kembali ketika ia sayup-sayup mendengar suara ramai dari luar kamar. Seiring dengan kedua netranya yang perlahan terbuka, semua menjadi kian jelas. Usai meregangkan badan, Linka bangkit dan beranjak mendekati jendela yang tertutupi gorden dan mengintip sedikit.

Linka kontan termangu. Kamarnya yang mengarah langsung ke ruang tamu membuat ia dapat melihat langsung bagaimana beberapa orang yang diyakininya sebagai penghuni kos tengah berkumpul dan makan bersama di sana. Bahkan Linka dapat menemukan keberadaan Bu Dina--pemilik kos--turut berbaur dengan yang lain.

Tanpa bermaksud menguping, Linka pun bisa mendengar percakapan mereka.

"Bu, sering-sering dong, masakin kita-kita buat makan gini. Bosen tau Bu, hampir tiap hari makannya ayam geprek terus."

"Heh, itu sih lo aja yang kurang kreatif. Padahal ada banyak makanan di dunia ini tapi yang lo pilih lagi-lagi cuma ayam geprek."

"Ya gue bingung, anjir. Lagian ayam geprek tuh udah paling pas di kantong gue. Duh, penyelamat banget deh, pokoknya."

"Haduh, udah nggak perlu ribut. Ibu mah mau-mau aja terus masakin buat kalian begini. Tapi kalian suka telat bayar kos, Ibu malas jadinya."

"Itu maksudnya si Erga 'kan, Bu?"

"Lah, apaan, anjir?!"

"Kok marah? Ngerasa lo ya?

"Daripada itu, mending lo ngaca dulu, woy. Bulan ini aja lo belom bayar, 'kan?"

"Sembarangan! Lo tanya aja coba, sama Ibu. Bu, aku udah bayar 'kan, minggu kemarin?"

Sungguh, Linka tak tahu kalau suasana kos sewaktu-waktu dapat menjadi ramai seperti sekarang. Dan tampaknya mereka sudah akrab satu sama lain, bahkan dengan sang pemilik kos. Rasanya Linka ingin ikut bergabung agar bisa turut merasakan kehangatan yang terjalin. Namun, hanya untuk membuka pintu dan memperlihatkan keberadaan dirinya saja ia bahkan tak sanggup.

Payah banget kamu, Ka, batin Linka dengan senyum masam yang terbentuk di bibirnya. Seraya membuang napas berat, Linka kembali ke tempat tidur dan segera ia raih laptop. Ia memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliahnya saja.

Linka merupakan tipe orang yang akan lupa segalanya kalau terlalu fokus mengerjakan sesuatu. Alhasil, ia pun melewatkan waktu makan malam sampai rasa lapar terasa sangat mengganggu ketika jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, tepat setelah tugas akhirnya selesai.

Tak punya banyak bahan makanan yang tersedia, Linka pun hanya bisa memilih mi instan untuk dimasak. Suasana kos yang sudah sepi membuat Linka dapat keluar kamar dengan tenang, dan ia pun lekas saja beranjak menuju dapur umum.

Namun, langkahnya sekonyong-konyong terhenti kala Linka mendapati punggung tegap seorang lelaki bertubuh tinggi yang tengah berdiri di depan kompor, menunggui air dalam teko kecil yang tengah ia masak. Linka pikir seluruh penghuni kos sudah tidur di waktu seperti ini, tetapi rupanya ia salah perkiraan. Lantas, haruskah Linka kembali lagi ke kamar sekarang?

Belum sempat Linka memutuskan, laki-laki itu sudah lebih dulu menyadari presensi Linka dan berbalik hingga sepasang mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain.

Linka sontak mematung, begitu pula dengan lelaki itu--yang tak disangka-sangka adalah sosok yang ia kenali betul.

"Loh, Linka?" Ia yang pertama bersuara, tetapi Linka bahkan masih kesulitan untuk memproses semuanya.

Ya Tuhan, apakah Linka tengah berhalusinasi? Bagaimana mungkin rasa senang akibat pertemuan kembali dengan Zefran setelah sekian lama berhasil membuat sosoknya benar-benar muncul di hadapan gadis itu sekarang?

* ੈ✩‧₊˚

bandung, 11 januari 2023

See You After Midnight [PUBLISHED]Where stories live. Discover now