bagian tiga puluh satu // dia, korban

735 107 18
                                    

Kehidupan Linka--terutama saat di kampus--selama beberapa waktu terakhir betul-betul berubah seratus delapan puluh derajat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kehidupan Linka--terutama saat di kampus--selama beberapa waktu terakhir betul-betul berubah seratus delapan puluh derajat. Jika biasanya orang-orang terkesan tak peduli dengan presensinya, kini justru sering Linka dapati bagaimana banyaknya pasang mata yang tertuju padanya dengan sorot jauh dari kata ramah. Linka tentu tahu pasti apa penyebabnya, dan teruntuk masalah tersebut, ia tak bisa melakukan apa pun selain menjalani hari seolah tidak ada yang terjadi.

Hal yang paling Linka syukuri adalah sosok Putri, sang kawan karib yang nyaris selalu berada di sampingnya sebab kebetulan pula mereka memang banyak mengambil mata kuliah serupa. Putri juga akan menjadi orang pertama yang menyanggah habis-habisan perihal rumor tatkala beberapa oknum mulai tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya perihal kebenaran fakta yang ada.

Kendati demikian, Linka mulai merasa tak enak dan berpikir bahwa dirinya sungguh tidak berguna. Padahal ini masalahnya sendiri, tetapi bahkan hanya untuk sekadar membela diri saja Linka tak bisa pegang kendali. Alhasil, ketika orang-orang mulai kembali "menyerang" di saat Putri tidak ada di sisinya, kebingungan lekas saja menyeruak dalam diri Linka--meski hanya di awal. Sebab pada kenyataannya, tanpa disadari Linka justru lebih dari mampu untuk mengatasinya.

Hal tersebut terjadi tepat pada siang ini selepas berakhirnya mata kuliah ketiga. Linka keluar dari ruang kelas seorang diri sebab Putri yang absen akibat sedang sakit. Dalam dekapannya terdapat tumpukan makalah, merupakan tugas yang diberikan oleh Bu Winda. Dan, seperti biasa, selaku penanggung jawab mata kuliahnya, Linka kembali memainkan peran guna mengumpulkan seluruh tugas teman-temannya untuk diserahkan kepada dosen yang bersangkutan.

Pada saat Linka sampai di lantai satu gedung fakultas dan hendak beranjak menuju ruangan Bu Winda, gadis itu mendengar suara-suara yang memanggil namanya beriringan dengan bunyi langkah yang kian dekat.

"Linka, Linka, tunggu dulu!"

Sang empunya nama segera berbalik. Kedua alisnya menyatu kala mendapati tiga orang perempuan yang ia kenali menyusulnya dengan cepat. Namun, agaknya Linka mulai mengerti mengapa ketiganya sampai berlaku seperti itu. Sebab seingat Linka, ia sama sekali tak melihat wajah-wajah mereka kala yang lainnya sibuk mengumpulkan tugas masing-masing.

"Ada apa?" Linka lekas lemparkan tanya guna memastikan.

Usai mengatur napas, salah satu dari mereka yang bernama Tari membalas, "Ka, jangan dikumpulin dulu, plis! Makalah gue belum di-print dan sebagian lagi belum gue edit. Plis banget, ya? Elo kan biasanya juga bakal nungguin sampe semuanya ngumpulin baru lo kasih ke Bu Winda. Kok sekarang lo udah mau ke ruangannya aja, sih?"

"Kalau punya gue tinggal di-print doang kok, Ka, jadi nggak bakalan lama kayak Tari pastinya. Tungguin gue dulu, oke?" Kanna yang berdiri di samping Tari menimpali.

"Yang masih nge-print juga ada, Ka, si Zaki sama Wahyu kalau nggak salah. Mereka bentar lagi juga pasti balik. Kan kasian juga kalau ternyata tugasnya udah dikumpulin sama lo." Perempuan yang terakhir, Dhea, turut bersuara.

See You After Midnight [PUBLISHED]Where stories live. Discover now