bagian dua puluh dua // dia, nyata

1K 135 5
                                    

Sebetulnya, jarak antara pusat kota dengan daerah di mana rumah tempat Linka tinggal berada hanya sekitar tiga puluh empat kilometer

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebetulnya, jarak antara pusat kota dengan daerah di mana rumah tempat Linka tinggal berada hanya sekitar tiga puluh empat kilometer. Yah, memang cukup terbilang jauh, tetapi waktu masih sangat dapat terkejar andai kata Linka tidak sementara menetap di kos dekat kampus. Namun, masalahnya Linka tak pandai menyetir sehingga ia cuma bisa mengandalkan transportasi umum di tiap pulang-perginya.

Keluarga Linka tentu tak setuju akan hal tersebut dan mereka sarankan agar Linka mencari kos saja. Awalnya gadis itu ingin menolak, merasa tak enak sebab adanya biaya tambahan per bulan. Tapi usai ia pikir kembali sembari melakukan berbagai perhitungan, tampaknya jumlah dari hasil akhir yang didapat tak banyak berbeda dengan ongkos serta uang pegangan yang selalu ia keluarkan setiap harinya.

Persoalan tersebut pun menjadi salah satu alasan kepindahan Linka setelah ia dapatkan informasi terkait indekos dengan biaya sewa yang jauh lebih murah sebab ingin meringankan beban.

Dan, hari ini dapat dikatakan merupakan kepulangan pertama Linka setelah ia tinggal di tempat yang baru.

Selepas meninggalkan area stasiun, Linka segera beranjak menuju halte terdekat karena ia masih harus menaiki bus satu kali untuk sampai ke kawasan komplek di mana rumahnya berada. Namun, sebelum itu, kedua matanya tanpa sengaja menangkap sebuah cake shop yang berada tak jauh dari sana. Sebuah pemikiran lantas muncul dalam benak, yang membuat Linka lekas mengunjungi tempat tersebut dan berujung keluar dengan membawa satu boks kue berisi whole cake berukuran sedang.

Linka pun pada akhirnya pulang ke rumah tanpa tangan kosong--selain sedikit barang bawaan yang ada dalam ransel tentunya.

Kemudian, sesampainya di tujuan, tanpa disangka Linka malah mendapat kejutan dari seseorang tak terduga yang sangat ia rindukan.

"Selamat ulang tahun, selamat ul--lah, itu Kakak bawa kue, Kak? Ini gimana ceritanya sih, yang ulang tahun malah beli kue sendiri?"

Kemunculan Langit--adik laki-lakinya--di kepulangan Linka kali ini bak sebuah keajaiban. Pasalnya, sulit sekali bagi mereka hanya untuk bertemu beberapa tahun terakhir ini sebab Langit yang tinggal di luar kota sementara Linka sibuk dengan perkuliahannya di perantauan. Oleh karena hal tersebut, setelah sekian lama, Linka tak percaya sosok Langit benar-benar berada di hadapannya sekarang.

"Kamu kok nggak bilang-bilang kalau mau ke sini, Lang?" Adalah respons pertama dari Linka usai keterkejutannya mereda, tak memedulikan apa yang Langit ucapkan sebelumnya.

"Ya emang sengaja, kan aku mau ngasih surprise buat yang ultah hari ini," sahut Langit dengan cengiran yang terbit di wajah. Ia kemudian mendekat pada Linka seraya mengarahkan kue dengan dua lilin menyala yang membentuk angka dua puluh di atasnya. "Eh, buruan tiup lilinnya, Kak. Cie, udah kepala dua aja nih ye."

Linka terkekeh pelan. Tadinya gadis itu hendak langsung meniup lilin, tetapi seketika ia teringat bahwa dirinya hampir melupakan sesuatu. Linka pun lantas memejam dan mengucap doa-doa baik dalam hati. Setelahnya barulah ia kembali membuka mata dan lekas memadamkan api pada lilin dengan tiupan napasnya.

See You After Midnight [PUBLISHED]Where stories live. Discover now