Masa lalu

20 3 0
                                    

Suasana kota New York sangat hangat, Naga mengeluarkan asap vape kesukaannya. Mengabaikan ponselnya yang sangat berisik, ia tidak ingin di ganggu siapapun hari ini.

Naga menghela napas ketika ia melihat Nxy menghubunginya, apa sih maunya? Gua cuma mau tenang sehari aja, bisa gak?

"Apa?"

"Lo dimana?"

"Apart,"

"Ayo, nanti malam ke club biasa,"

"Gak,"

"Ayo lah, temenin gua. Lo bilanv lagi mau nyalur, mending ikut,"

"Tolol, gak."

"Jam tujuh gua jemput, bye!"

"Sialan,"

Naga memijat pelipisnya kesal, lalu bersiap pergi ke kampusnya.



─── ∙ ~εïз~ ∙ ───



Susasana perpustakaan sangat sepi, hanya ada Naga dan kesunyian. Ia sibuk mengurus skripsinya yang sudah masuk bab akhir, ia mengerjakan itu semua dengan mudah tanpa ada halangan.

Tiba-tiba seseorang mencium leher Naga dengan santai, Naga hanya tersentak dalam diam. Melihat gadis sexy dan cantik dengan jijik, Naga memilih untuk diam tak bersuara.

Walau ia sering di cap sebagai playboy, Naga memilih untuk tak melakukan hal aneh di kampusnya.

"Skripsi, kamu kenapa mau ngerjain ini sih? Mau cepet lulus kah?"

"Menurut lo?"

"Bisa gak jangan dingin sama aku?"

"Gak,"

Gadis itu duduk di pangkuan Naga, memaksanya untuk melihat wajah gadis itu. "Bisa gak lo lirik gua sedikit aja?"

Naga mengerutkan dahinya, "Payudara lo gak mungkin buat muka gua ketilep, kan?"

Gadis itu melepas sedikit bajunya dan mengarahkan kepala Naga kearah gunung kembar itu, gadis itu merasa geli ketika merasakan lidah itu bermain di sana.

"Ah, bahkan jilatan itu yang terbaik,"

Gadis itu menarik Naga ke ruangan santai di perpustakaan yang cukup tertutup, duduk di samping Naga dan menciumnya. Mengarahkan tangan Naga untuk menyentuh bagian sana, jari Naga bermain dengan cepat.

Naga mendengar suara erangan yang hampir membuat ruangan itu berisik, gadis itu menggeliat sembari sesekali menjambak rambut Naga. Tak lama Naga melepas permainan itu, gadis itu nampak lemas.

"Baru juga tiga jari udah gini, bahkan penis gua mungkin belom tentu masuk,"

"Kenapa gak lakukan itu?"

"Dengan modal payudara bisa bikin gua terangsang? Gak semudah itu, bahkan walau gua desahpun belom tentu gua menikmati permainan itu,"

Naga keluar dari ruangan itu dan mencuci tangannya, waktu sudah masuk pukul lima sore sudah saatnya ia pulang untuk mengikuti acara saudaranya.



─── ∙ ~εïз~ ∙ ───



Semua orang melihat Naga yang asik di dekati oleh banyak gadis, tapi tak ada satupun yang di lirik olehnya. Nxy tersenyum tipis, duduk di samping Naga dan mengambil vapenya.

"Bisa gak sih lo jangan ganggu gua lagi nyebat?"

"Gak,"

"Sialan, gua mau pulang. Gua males ke tempat ginian, kerjaan lo cuma nyediain gua cewek. Lo kalau mau sex gak usah ngajak-ngajak, gua gak tertarik."

Nxy memberikan ponselnya dan memperlihatkan apa yang dia dapatkan, Naga sudah tau pasti saudaranya ada di perpustakaan itu. Naga meminum alkoholnya dan menghela napas, meremas rambutnya kesal.

"Santai aja, masuk berapa jari? Apa si besar itu masuk ke lubang?"

"Tch! Bahkan penis gua belum tentu muat di dua lubang itu, cewek terlalu lemah,"

Nxy terkekeh lalu melemparkan sesuatu kepada Naga, "Buat nanti,"

"Kondom? Buat apaan?"

"Nyalur,"

Naga memberi jari tengah kepada Naga dan membuang apa yang di berikan kepadanya, Naga melanjutkan minumnya dan melihat sosok gadis yang tadi siang ia datangi.

Naga sadar penuh, ia tidak mabuk. Tapi, ia melihat gadis itu sebagai sosok laki-laki yang tak ia kenali. Bayangannya terus membuat Naga teriang, gadis itu mengajak Naga keluar dan masuk ke mobil.

Mereka sampai di hotel dekat bar itu, Naga duduk di ranjang masih dengan penuh kesadaran. Ia melihat gadis itu memberinya minum, Naga hanya meminumnya tanpa memikirkan apa yang ia minum.

Seketika udara ruangan itu panas, Naga mereasakan tubuhnya gerah. Gua terangsang? Cewek sialan ini mau apa sih? Mau main-main sama gua? Dia pikir gua goblok?

Naga menarik gadis itu, menjilat telinganya tersenyum jahat. "Lo mau main-main sama gua rupanya,"

Naga membanting tubuh gadis itu dan membuka pakaiannya secara paksa, gadis itu menyentuh tubuh Naga dengan kakinya. Naga mencekik gadis itu lalu memainkan jarinya lagi, kali ini lebih brutal hingga membuat gadis mengerang.

Naga memutar tubuh gadis itu, dan menempelkan bokongnya pada bagian sana. Gadis itu terkejut melihatnya, ia menggigit bibirnya takut, "kenapa besar banget?"

Naga mencekik leher gadis itu, "Lo yang minta, lo yang harus tanggung jawab!"

"Aghh!!"

Gadis itu mencengkram bantal, merasakan sesuatu masuk sampai dalam. Permainan panas terjadi beberapa menit hingga membuat gadis itu lemas tak berdaya, Naga membersihkan tubuhnya dengan santai.


─── ∙ ~εïз~ ∙ ───


Beberapa hari sesudah kejadian itu Naga memilih untuk menyibukan diri dari orang-orang, walau ia merasa seperti ada yang mengawasinya.

Mengingatnya saja Naga mual, kenapa bisa gadis ktu bermain-main dengan dirinya? Memangnya dia pikir sedang berurusan dengan siapa? Naga meremas rambutnya kesal, ia ingin mengutuk saudaranya itu.

"Habis dia di tangan gua kalau dia kembali di masa depan,"























─── ∙ ~εïз~ ∙ ───

"Apapun yang aku inginkan harusku dapatkan, tidak ada siapapun yang bisa mendapatkannya,"

Lelaki itu tersenyum jahat padanya, "Dan, apapun yang gua inginkan harus gua miliki, apapun yang gua tidak inginkan harus pergi dan mati."

"Aku akan menghabisi siapapun yang ingin mendapatkanmu,"

"Akan gua pastikan lo mati lebih dulu,"

Naga [ONGOING]Where stories live. Discover now