BAB 13

517 87 22
                                    

13. Tangisan

Happy Reading
Sebelum baca vote dulu yuk

Warning!!

Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing, baik itu takdir baik maupun takdir buruk. Bulan menyesal karena takdirnya yang buruk harus bertemu dengan Shaka hingga menghancurkan keluarganya. Sekarang dia sudah tidak punya siapapun lagi di dunia. Hesa di penjara dan Ibunya masih terbaring koma. Apakah Bulan harus menyerah pada takdir? Apakah dirinya memang harus patuh pada perintah Shaka? Lalu, bagaimana dengan hatinya yang terlanjur mencintai Shaka?

Malam ini menjadi malam terburuk bagi Bulan karena dia yang tidak berani untuk melawan Shaka. Bulan takut, sedih, dan marah. Bulan hanya ingin kembali pada kehidupan normalnya dulu. Dapat tertawa bersama dengan Hesa dan Ibunya.

Malam ini, Bulan tak bisa berkata-kata lagi ketika kalimat itu terlontar dari mulut seorang lelaki putih di depannya. Mulutnya terasa kelu dengan tubuh membeku serta jantungnya yang bergemuruh hebat. Cewek dengan rambut tergerai itu mengerti makna dari kalimat "gue mau lo" yang terucap oleh bibir  Shaka padanya.

Hazel matanya memancarkan dia sedang kalut, namun Bulan berusaha menyembunyikannya. Usaha Bulan itu sepertinya sia-sia karena Shaka tidak bisa dibohongi. Raut wajah Bulan yang memucat terekam jelas di mata Shaka, menandakan ketakutan dari seorang cewek berani tersebut. Hal itu memberikan kepuasan tersendiri bagi seorang lelaki tak berperasaan tersebut.

"Jangan macam-macam sama gue! Gue bakal teriak dan lapor polisi!," ucap Bulan mengancam dengan suaranya yang bergetar.

Shaka mengejek gadis itu dengan tawanya yang menggelegar di ruangan hening tersebut. Jemari tangan Shaka bergerak menyentuh sisi tubuh Bulan yang semakin terpojok di ujung kasur untuk mengurung gadisnya agar tidak kabur.

"Lo takut? Mana keberanian lo tadi?," ucap Shaka mengangkat kasar dagu Bulan yang tertunduk menghindari tatapan intensnya.
Shaka tersenyum miring, "Mau minta maaf sama gue gak? Ini kan kesalahan lo," ujar Shaka dengan santainya.

Shaka menyudutkan Bulan dengan sebuah fitnahan yang menggambarkan bahwa Bulanlah yang bersalah juga sang pelaku dalam masalah ini. Dengan cepat Bulan menepis tangan Shaka yang berada di dagunya.

"Emang gue salah apa sama lo? Lo enggak ada hak ya buat ngatur kehidupan gue. Lo yang bikin Bang Hesa dipenjara, lo juga yang bikin Ibu gue sekarat, dan lo juga yang udah nipu gue. Apa lo gak sadar, hah?!!," ucap Bulan membentak nyaring sebagai pembelaan bahwa yang salah disini adalah Shaka.

PLAK

Bulan tersentak ke pinggir sambil menyentuh pipinya yang memerah sekaligus perih akibat tamparan yang dilayangkan Shaka padanya. Seperti belum cukup menyiksa batinnya, Shaka juga ingin menyiksa fisiknya. Padahal Bulan tidak tahu-menahu mengenai kejadian setahun yang lalu. Haruskah dia yang disalahkan saat orang lain meninggal?

Tanpa instruksi, Shaka meremas wajah cantik Bulan sampai membuat sang empu meringis kesakitan minta dilepaskan.

"Berani juga lo. Terus, menurut lo gue enggak tersiksa gitu, hah?!! Gue  tersiksa karena tuntutan bokap buat gue setelah Kak Ina meninggal!!," bentak Shaka sebagai balasan.

"Kenapa lo enggak bunuh gue aja? Gue nyerah sama lo, gue cape Shaka!!," ujar Bulan sudah tidak tahan lagi dan mencoba menjauhkan tangan Shaka darinya. Bulan terisak kecil dibalik kedua tangan mungilnya.

Bulan terlonjak begitu mendengar Shaka melemparkan vas bunga ke dinding kamar. Bulan melupakan fakta bahwa sekuat apapun dirinya bertahan ia hanya seorang wanita yang pasti memiliki rasa takut.

Toxic and Love Ft. Sunghoon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang