BAB 20

459 66 7
                                    

20. Sebuah Diary dan Foto

Happy Reading

Mauren pergi dengan tergesa-gesa setelah melihat Jay dan Bulan tadi. Hatinya sakit karena Jay tidak akan pernah mencintainya. Disatu sisi Mauren benci dengan Bulan, namun Bulan juga tetap sahabatnya. Hal itu yang membuat Mauren susah membenci Bulan.

"Kak, tunggu," sahut seorang cowok blasteran yang menghentikan langkah Mauren.

"Mau apa lo?!," jawab Mauren dengan ketus tidak suka diganggu. Mauren tahu orang yang dihadapannya ini adalah adik kelasnya.

"Gue Jaka. Kenalin." ujar Jaka.

"Udah tau, enggak usah basa-basi deh. Lo mau ngapain?," jawab Mauren ketus dengan mata sembab.

"Lo cinta sama bang Jay, kan?," tanya Jaka pada Mauren.

"Apa urusannya sama lo? Itu hak gue ya mau suka sama siapapun," jawab Mauren sambil menyeka air matanya.

"Gue mau ngajak lo kerja sama. Sebagai gantinya lo deketin gue sama Bulan dan lo bakal dapat Jay," ucap Jaka memberikan penawaran.

"Kalau cara haram gue gak mau. Bulan teman gue, dan gue gak bakal egois," balas Mauren memutar tumitnya untuk berbalik namun tangan Jaka mencegahnya.

"Gue kasih waktu deh buat lo mikir sampai besok dan tenang aja ini gak bakal nyakitin Bulan kok. Kita cuma misahin Jay dan Bulan aja biar gak sahabatan lagi," ucap Jaka.

"Gue bakal pertimbangkan kalau itu gak nyakitin Bulan," jawabnya.

"Btw. Jangan nangis terus, nih lap air mata lo. Dasar cengeng," ujar Jaka mengejek.

"Enak aja. Gue gini juga karena cinta banget sama Jay," ucap Mauren mengambil sapu tangan Jaka dan tertawa bersama.

***

Bulan sudah meminta izin pada Shaka untuk pulang dulu ke rumah mengambil beberapa barang. Sebenarnya, Bulan menghindari Shaka karena kejadian di kantin tadi bersama Jay. Bulan lelah selalu dimaki-maki oleh lelaki  berkulit putih tersebut.

Bulan memandangi rumahnya yang sudah beberapa minggu tidak ditinggali. Bulan pun masuk ke dalam rumah dan membayangkan ada Ibunya yang menyambut ramah dengan Abangnya Hesa yang sedang menonton tv. Semua bayangan itu sirna ketika setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Bulan terisak pelan ketika mengingat keadaan keluarganya. Ibunya yang masih koma dan Hesa yang masuk penjara. Seandainya saja Bulan tidak pindah rumah, mungkin keluarganya akan tetap bahagia.

Bulan mengusap foto keluarga yang dipajang di kamar Ibunya. Bulan merindukan Ibunya. Lalu, ia membuka laci meja dan menemukan sebuah diary bersampul coklat yang berdebu. Ketika Bulan membuka lembaran pertama diary tersebut, terdapat sebuah foto seorang lelaki yang memakai jas dan tulisan disana tertera nama ayahnya "Pratama". Bulan mengusap foto Ayahnya dan terisak kembali ketika mengingat momen 10 tahun lalu. Bulan hampir melupakan wajah Ayahnya karena ia tak ingin melihat fotonya.

"Ayah....", isak Bulan sambil mengusap foto tersebut. Namun, setelah beberapa lama Bulan menyadari foto tersebut mirip dengan Ayah Hani yang ia temui beberapa waktu lalu. Mengapa bisa mirip? Apakah Ayahnya masih hidup?

Bulan menghapus air matanya dan membaca buku diary milik Ibunya.

Mas Pratama sebenarnya masih hidup. Dia tidak meninggal dalam kecelakaan. Aku sengaja membohongi Bulan agar anak itu tidak tersakiti oleh Ayah kesayangannya. Biarlah aku saja yang tersakiti asalkan Bulan jangan karena ia masih kecil. Aku tidak ingin Bulan tau dan membenci Ayahnya karena dia berselingkuh dengan orang lain. Aku tidak ingin Bulan tau kalau Ayahnya tidak pernah menyayanginya. Aku tidak ingin Bulan berpikir bahwa Ayahnya memilih meninggalkannya. Mas Pratama jahat dia memilih pergi dengan selingkuhannya karena ingin menjadi kaya. Biarlah kebenaran itu terkubur agar tidak ada yang tersakiti.

Toxic and Love Ft. Sunghoon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang