1 | shrek

10.5K 650 139
                                    


Bukan hal baru buat Karina ngelihat Sena berjalan sok ganteng menimbulkan pekik gemas dari beberapa mahasiswi baru yang dia lewatin. Aih, Karina berdecak malas. Ia memutar bola matanya jengah karena di jam sembilan pagi begini, gedung udah rame banget membuat dia harus berhenti jalan dan terpaksa nontonin pemandangan memuakkan.

"Morning, kak Sena..."

Sena menyugar rambutnya ke belakang sambil menoleh pada adik tingkat yang barusan nyapa dia malu-malu. Cowok itu mengangguk sambil senyum ramah.

"Morning, sunshine."

Lain halnya dengan Sena yang sedikit cuek nanggepin orang asing, Chandra—sobat sehidup semati Sena—adalah contoh sebaliknya. Kelewat ramah dan narsis abis.

"Eh, Nabila. Lama, ya, kita gak ketemu," sapa cowok kulit sawo matang itu dengan senyum semanis gula. "Bunda sehat? Kamu tadi buru-buru, ya, berangkatnya?" tanyanya terus jongkok, naliin sepatu si Nabila-Nabila tersebut.

Karina yang jalan di belakang punggung dua buaya FISIP itu langsung mau gumoh denger Sena dan Chandra flirting.

Gak tahan denger lebih banyak, Karina memilih buat nyalip Sena. Dia berjalan cepat dan mendahului dua kadal kampus. Sayangnya, dia tahu langkah dia gak bakal mulus begitu aja. Semenjak awal dia jadi maba, yang namanya Sena gak ditakdirkan buat membiarkan hari Karina berjalan damai. Lihat aja dalam hitungan ke tiga, dia tebak Sena bakalan—

"Cewek."

See?

Sapaan norak itu datang dari bibir Sena setelah siulannya terdengar. Karina mengernyit jijik sambil menepis tangan Sena yang menjawil pundaknya.

"Jangan pegang-pegang, jamet."

"Lah, yang jamet, mah, si Chandra, Rin," kata Sena sambil ngikutin cewek dengan rambut dikuncir kuda tersebut masuk kelas. "Eh, abis libur panjang lo gak kangen gue apa?"

"Serius lo pake nanya?"

Karina udah gatel banget pengin nonjok muka Sena karena cowok itu gak berhenti nyolek-nyolek dia. Dengan secepat kilat, dia jalan cepet-cepet buat menghampiri barisan kursi paling belakang. Tepatnya menghampiri Gisel, the one and only sahabatnya, yang kurang ajarnya ninggalin dia berangkat duluan.

"Jijel!" teriaknya kencang membuat mahasiswa lain menoleh kaget.

Karina langsung meringis sambil bungkuk-bungkuk minta maaf. Dia ngecibrit jalan ke Gisel terus nyubit lengan cewek itu.

"Lo! Bisa-bisanya lo berangkat duluan?!"

Jijel mendongak terus ngelirik Sena sama Chandra yang mengambil duduk di samping Karina. "Ye, gue kan udah bilang kemaren kalau hari ini dijemput Jendra."

Omong-omong, Karina dan Gisel, atau yang semua orang panggil Jijel itu, adalah room mate. Mereka ngekos bareng jadi satu kamar. Alasannya, sih, karena hemat duit dan lebih seru. Makanya, gak heran kalau mereka berdua lengket banget macem lem dan perangko karena hampir 24 jam barengan mulu.

"Rin, bawa charger, gak?" Sena nyolek pundaknya lagi. Terus menggoyang-goyangkan hape di tangan. "Lowbat."

"Dih, pinjem aja sama Chandra."

"Kalau dia bawa juga gue pinjem ke dia, dong, cakep."

"Gue gak bawa." jawabnya ketus.

Sena yang udah duduk nyaman itu memajukan tubuhnya terus manggil Jijel. "Jel, bawa gak?"

"Gue cuman bawa charger Andro. Yang Iphone di kos."

"Lah, hape lo ada dua?" Chandra menyahut. "Jualan pulsa lu?"

the plot twist.Where stories live. Discover now