32 | two years later

2.6K 325 116
                                    

—dua tahun kemudian.

Manusia itu dinamis, penuh perubahan, artinya mereka akan selalu berproses. Gak bakal ada orang yang dalam jangka waktu satu tahun gak punya perubahan sama sekali dalam hidupnya, entah ke arah positif, atau malah negatif.

Di antara temen-temen Gamasena yang seperbimbingan sama dia, syukur alhamdulillah karena semua berhasil lulus S1 tepat waktu, selain cowok itu sendiri dan Fahmi. Kalau Sena nambah satu semester, Fahmi nambahnya dua semester sebelum akhirnya dinyatakan lulus skripsi dan bisa wisuda.

"Eh, mending gue cuman nambah dua semester. Noh, lihat cowoknya Salwa. Sekarang udah semester 12 belum juga kelihatan hilal mau sidang."

Itu kalimat yang selalu keluar dari bibir Fahmi kalau ada orang nyinggung dia kenapa lulusnya gak bareng sama temen yang lain.

Tapi yang bikin takjub, Salwa yang bahkan sekarang lagi menempuh S2 dan tinggal wisuda doang itu betah banget pacaran sama Farhan yang ngerjain skripsi bab empat aja belum.

Selain Salwa, ada Erin dan Chandra yang ambil S2. Erin ambil di kampus lama sementara Chandra pergi ke Semarang buat karena bosan di Jakarta, katanya. Makanya, sekarang cowok itu udah jarang ngumpul karena emang jarang pulang kampung. Udah betah jadi warga Tembalang.

Apa kabar Gamasena dua tahun ini?

Baik, kok. Walaupun masih sering putus-nyambung sama Karina karena kesalahan cowok itu sendiri, tapi overall, semuanya baik-baik aja. Thanks to bapaknya juga yang sangat banyak bantu dia untuk dapet kerjaan enak setelah lulus padahal dia cuman freshgraduate lulusan S1, tanpa prestasi, tanpa pengalaman organisasi apalagi pengalaman kerja, dan gak cumlaude.

Sebenernya, Sena udah naruh lamaran di kantor yang sama kayak ceweknya, sengaja biar dia bisa satu lingkup kerja sama Karina. Tapi karena gak ada balesan bahkan setelah sebulan nunggu, dia cukup tahu aja kalau CV punyanya gak lolos kualifikasi. Alhasil dia harus masuk ke kantor bapaknya sendiri karena dia gak minat ngelamar di lain kalau bukan kantor Karina.

Hari ini hari Jumat. Sejujurnya buat orang-orang kayak Sena, Karina, dan Fahmi yang jadi budak korporat, emang hari kayak gini adalah surga dunia karena besok udah weekend. Kebanyakan bakalan menghabiskan waktu buat main sepulang kerja sampai pagi, sementara Sabtu dipakai buat me time seharian di rumah. Ngisi ulang energi.

Begitu pula sama jadwal tiga orang itu. Apalagi sejak minggu lalu Chandra udah balik ke Jakarta, jadilah semuanya sepakat ngumpul hari ini.

"Halo, Sen?"

Karina menjepit ponselnya di antara telinga dan pundak sembari memasukkan powerbank ke dalam tas, kemudian pita rambut, mini fan portable, buku catatan kecil, parfum punya Sena yang dia curi minggu lalu, lalu dompet.

"Sayang, aku udah deket ini. Kamu tunggu di lobi aja, ya, biar langsungan."

"Oke, ini lagi beres-beres, habis ini turun."

"Iya, ati-ati jalannya."

"Kamu, dong, yang ati-ati!" Karina ketawa kecil sembari melambai ke teman kantornya di meja sebelah, berkata gue duluan tanpa suara. "Kan kamu lagi nyetir."

Setelah cekcok sesaat perihal rebutan bilang hati-hati, Karina masuk lift dan turun ke lobi. Dia baru melewati pintu kaca ketika kemudian mobil hitam milik Sena melintas.

Karina mengulas senyum setelah membuka pintu mobil. Sena menurunkan kaca untuk menyapa satpam kantor dengan ramah. "Pak Do, saya duluan, ya!"

"Siap, Mas Sena! Hati-hati!"

the plot twist.Where stories live. Discover now