16 | satu-satu

2.8K 561 288
                                    

Sejujurnya, Jijel, tuh, enggak takut sama sekali sama Jendra. Maksud dia gini. Biasanya, kasus penyiksaan dalam sebuah hubungan begini bisa bikin cewek lain trauma, tapi Jijel enggak ngerasa segitunya. Dia cuman punya emosi doang sama Jendra yang beneran udah gak bisa dijelasin pakai kata-kata.

Maka dari itu, Jijel gak perlu nunggu waktu seminggu buat kembali menghubungi Jendra.

"Di mana kamu masang hidden cam?"

Cewek itu sengaja menemui Jendra di tengah keramaian, di kantin kampus, menghindari kemungkinan dia bakal dihajar Jendra. Setidaknya dia tahu Jendra gak akan senekat itu buat berbuat macem-macem di depan orang banyak, apalagi di wilayah kampus.

Awalnya, Jendra gak mau buka suara. Dia cuman ngusir Jijel dengan suara serendah mungkin, menahan tangan kanannya untuk tidak membenturkan kepala Jijel ke meja keramik di depan mereka.

"Aku bakal laporin polisi kalau kamu gak mau jawab," lanjut Jijel. "Sebaliknya, aku gak akan perpanjang urusan ini kalau kamu mau ngasih tahu."

Ada sorot wajah ketakutan, Jijel dapat melihat dengan jelas dari wajah mantan kekasihnya ketika dia membawa-bawa nama polisi. Perlahan, tangan cowok itu terkepal menahan emosi. Siaga satu.

"Di mana, Ndra?"

"Lo beneran gak bakal bawa ini ke polisi kalau gue kasih tahu?"

"Iya. Gak bakal."

Di gantungan baju. Di lampu tidur. Di dekat lemari Karina. Di dalam lampu kamar mandi. Dimana-mana.

••

Ditemani Chandra, Jijel pergi ke kosnya untuk mengambil barang-barang. Dia sudah membulatkan keputusan untuk tidak menempati kamar itu dan pindah ke tempat lain.

Cowok yang sedari pagi menemani Jijel itu menghela nafas melihat Jijel yang terlihat tidak nyaman untuk masuk ke kamar kosnya sendiri.

"Lo gak perlu sampai pindah, lo tahu. Omongin baik-baik dulu."

Jijel menggeleng. "Gue gak mau."

Kemarin malam, Jijel pulang ke tempat Chandra. Dia menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dengan Jendra tanpa terkecuali. Tidak ada yang ia tutup-tutupi.

"Dia temen lo, Jel."

"Chan, please?" Jijel memohon. "Lo udah janji gak ikut campur kecuali gue minta."

"...oke."

"Dan janji gak ngomong soal apapun ke Sena, tentang gue sama Jendra."

Perempuan itu membuka pintu kamar, tanpa kata langsung masuk ke kamar mandi, membuat satu manusia yang berada di ruangan itu, Sena, terkejut tiba-tiba ada yang nyelonong masuk.

Sena mengangkat alis tapi tidak berdiri. Menatap Chandra meminta penjelasan.

Yang ditanya cuman mengedikkan bahu. "Mau ngepack barang. Karina mana?"

"Di bawah. Gak ketemu emang?"

"Enggak."

"Jijel beneran keluar kos?"

Chandra mengangguk.

"Perkara cowok doang aja begini."

Yah, Sena bisa bilang begitu juga karena gak tahu apa yang sebenernya terjadi antara Jendra dan Jijel. Jelas di baliknya gak sekedar itu doang. Lebih kompleks dari perkiraan.

"Udah?" tanya Chandra setelah Jijel memasukkan semua bajunya ke dalam koper yang ia bawa dari rumah.

Yang ditanya mengangguk dan berdiri. "Ayo."

the plot twist.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang