22 | huru-hara

3.5K 524 319
                                    

Karina menolak ajakan makan Sena. Selain karena dia tidak lapar, perempuan itu ingin segera sampai ke tempat tujuan—entah dimana saja—agar mereka bisa melanjutkan obrolan di tempat yang lebih baik, dengan kondisi lebih baik.

Karina mengeratkan ke dua tangannya yang melingkari perut Sena, ia menyandarkan pipi di punggung lebar laki-laki itu. Berharap usahanya hingga menghancurkan ego dan harga dirinya sebagai perempuan tidak sia-sia.

Motor laki-laki itu berhenti di depan gerbang kos Karina. Perempuan di belakangnya segera turun dan melepas helm.

"Ngobrol di dalem?"

Dan Karina tidak menyangka bahwa laki-laki itu akan menggeleng.

Sena menggeleng dan itu mengejutkannya.

"Gue langsung balik."

"Enggak... ngobrol dulu?"

"Ngobrol apa?" Sena kembali menghidupkan mesinnya. "Enggak usah."

Hanya dengan begitu sampai kemudian Sena meninggalkan halaman kosnya, mendatangkan tanda tanya besar di kepala Karina. Perempuan itu memandangi punggung Sena yang perlahan menjauh.

Mungkin ia terlambat.

••

Sena berencana langsung istirahat setelah sampai di kos. Isi kepalanya penuh dan laki-laki itu butuh tidur. Sayangnya, ia menemukan motor Chandra di garasi dan ia tahu artinya laki-laki itu ada di kamarnya.

Tebakannya terbukti benar ketika kemudian ia menemukan sosok laki-laki berkulit sawo matang tiduran di atas kasurnya tanpa mencopot kaos kaki bahkan sepatu.

Sena berdecak. "Lo bilang lagi balik ke rumah?"

Chandra nyengir gak ngerasa bersalah. Dia bangkit dari posisi tidurnya untuk duduk bersandar ke tembok.

Sena mendengus, baru sadar kalau sohibnya cuman bohong dan ia tahu kenapa Chandra melakukan itu.

"Gimana? Sukses gak sama Karina?" todong Chandra langsung. "Jangan sampai usaha gue mempertemukan kalian sia-sia, ya."

Sena diem aja males cerita. Dia melepas kaos dan melempar ke tempat pakaian kotor, membuka lemari dan mencari baju yang terlipat rapi di sama.

"Woi, tai. Cerita gak lo."

Laki-laki berkulit putih itu meraih pemantik di atas laci usai memungut satu biji rokok baru di dalam kemasan yang tergeletak di depannya.

"Lo bawa korek?" Sena tanya. "Korek gue gak mau nyala."

Chandra melempar miliknya usai mengeluarkan dari saku celana. "Makanya beli jangan yang murahan."

"Sama-sama keluar api."

"Jadi gimana, anjing, sama Karina?"

Mau gak mau, Sena akhirnya menceritakan secara singkat tentang apa yang terjadi di atas motor tadi. Semua kalimat yang keluar dari mulut Karina tidak luput dari telinganya. Sena masih ingat hatinya seketika berbunga mendengar pengakuan perempuan itu. Semua terasa menyenangkan sampai kemudian laki-laki itu menyadari sesuatu.

"Gue takut dia ngomong begitu bukan karena dia beneran suka balik, kayak gimana gue ke dia," kata Sena usai mengepulkan asap dari bibirnya. "Dia cuman ngerasa kehilangan gue dan dia gak suka sama situasi ini, jadi dia mau gue balik ke dia, dan ini satu-satunya jalan yang bisa dia lakuin."

Chandra yang dengerin kalimat terakhir itu jadi cengo. "Hah?"

"Masuk akal gak?"

"Kagak. Apaan, sih, goblok? Kok malah overthinking gak jelas."

the plot twist.Where stories live. Discover now