6 | insiden

4.2K 445 151
                                    

Entah gimana ceritanya, setelah beberapa kali gak sengaja hangout bareng, mereka berlima beneran malah jadi liburan bersama. Berlima yang dimaksud tentu saja Sena, Chandra, Jendra, Jijel, dan Karina.

Berawal dari Sena yang belakangan emang jadi jarang balik ke kos, ada aja acaranya—yang sebenernya karena dia mencoba mengalihkan galaunya dengan cari kesibukan—terus pas dia ketemu Jendra di kantin, dia nyeletuk, "villa lo di Bandung kepake, gak, Sabtu?"

Dan disinilah mereka berlima berada sekarang.

"Bener-bener gak ada adab emang lo, ya," Jijel mendelik pada Sena ketika cowok itu menarik satu batang rokok dari kotak milik Jendra. "Udah villa kagak bayar, nyuruh Jendra nyetir Jakarta-Bandung—"

"Gue nawarin gantian, ye, tadi."

"Gak usah ditawarin, paksa aja dia turun dan tuker duduk! Cowok gue, tuh, gak enakan ke elo soalnya elo senior!"

Sena mengernyit. "Ya salah siapa dia gak enakan? Gue santai-santai aja, kok."

Chandra yang nontonin dua orang debat itu akhirnya cuman bisa garuk-garuk kepala gak ikut-ikutan.

Sebenernya, Chandra juga sadar kalau Sena emang gak tahu diri banget hari ini. Villa yang mereka tempati emang gratis karena punya Jendra, tapi bagaimana Sena minta jemput Jendra ke kos pas mereka mau berangkat ke Bandung, terus membiarkan cowoknya Jijel itu jadi sopir, dan sekarang dia ngerampok rokok Jendra tanpa izin, Chandra agak meringis ngerasa kasihan ke juniornya itu.

Gak mau ikut kena semprot Jijel, Chandra milih melipir ke halaman dan nyamperin Karina yang terlihat sendirian di gazebo.

"Buset, lo pakai putih-putih, rambut panjang, duduk sendirian malem-malem, udah macem sundel bolong," ujarnya agak teriak karena jarak yang lumayan jauh.

Yang dia ajakin ngobrol gak noleh sedikitpun. Angin berhembus sedikit kencang kemudian membuat bulu kuduknya berdiri. Chandra memelankan langkah kakinya, tiba-tiba firasatnya enggak enak.

Kalau dipikir-pikir, rambutnya Karina, kan, gak sepanjang yang dia lihat sekarang, ya? Atau Chandra aja yang sotoy? Tapi seinget dia, rambut Karina bentuknya agak shaggy layer, bukan panjang lurus sampai pinggang begini.

"Rin?"

Kakinya menapak pelan, semakin maju ke depan.

"Chan!"

Jantung Chandra serasa mau copot ketika tiba-tiba ada yang nepok dari belakang. Dia menoleh kaget dan mendelik mau ngomel, tapi mulutnya terkunci rapat dengan lidah kelu saat menemukan Karina ada di samping tubuhnya saat ini, memakai piyama putih yang sama, hanya saja dengan rambut digulung.

Dia dengan secepat kilat kembali menoleh ke arah gazebo. Sayangnya, dia sudah tidak menemukan apapun.

"R-Rin," Chandra mau ngompol aja. "Anjing."

"Apaan, sih? Muka lo kayak mau boker. Cepetan masuk, bantuin yang lain nyiapin makan."

"Rin, bentar, kaki gue lemes."

Sumpah, deh, Chandra gak bohong. Kakinya udah kayak jeli banget. Seumur hidup, dia gak pernah lihat setan. Baru kali ini.

"Ih, aneh, lo. Cepetan masuk."

Melihat Karina putar balik dan meninggalkannya masuk, dia langsung ngibrit ikutan masuk, gak mau ditinggal sendirian di halaman villa yang segede gaban ini.

Kakinya melangkah cepat mencari keberadaan Sena. Setelah menemukan temannya yang lagi jongkok sambil nyicipin sambal kacang, pertama-tama, Chandra memastikan kalau kaki Sena menapak tanah beneran. Barulah dia ngajakin ngomong.

the plot twist.Where stories live. Discover now