26 | remaja

3.5K 431 176
                                    

tandai typo dan ramaikan <3

•••

Ternyata beneran ada yang namanya bulan Sempro, alias di mana pada bulan itu, yang Sempro langsung borongan. Sena kira yang begituan cuman rumor palsu semata.

Sore ini, Chandra, Fahmi, dan Sena sama-sama dinyatakan ACC Sempro setelah berkali-kali dibantai revisi—baik oleh dosen pembimbing 1 maupun 2. Lumayan bikin seneng sekaligus deg-degan. Finally. Gak sia-sia mereka skip makan siang cuman buat mencegat Bu Delora untuk bimbingan bab 3.

Keluar dari ruangan, mereka sepakat menuju kantin dan pesan makanan. Betulan kelaperan. Beruntung gak pakai drama antri atau meja penuh, karena biasanya kantin kampus makin sore makin ramai.

Usai mengirimi kabar ke ceweknya soal berita gembira barusan, Sena meletakkan ponsel di atas meja. Tatapannya jatuh pada rombongan perempuan—mungkin bertujuh atau delapan—yang mengambil duduk di meja ujung depan.

Dua di antaranya kembali berdiri seusai menaruh tas, melangkah sembari bibirnya terus bergerak entah membicarakan apa, lalu berhenti tepat di belakang punggung Chandra dan Fahmi, memesan makanan pada tempat yang sama.

Sena menyeringai sekilas, nahan ngakak kelihat Chandra balik-balik telinganya merah padahal cuman dianggukinn tipis sama si cewek.

"Lo, tuh, sebenernya deketin dia lagi gak, sih?" tembak Fahmi usai mereka berdua duduk di depan Sena.

"Hah?"

Fahmi berdecak. "Belakangan, kan, lu suka ngomongin Jeje mulu. Emang gak ada niat mepetin lagi?"

"Enggak, ya—"

"Alah boong, tai." Sena memotong. "Gue, Kayin, Fahmi, Jijel sama-sama tahu, ya, lo ilang taring sejak ketemu sama mantan lu itu. Lo kita gak ngeuh lo naksir lagi sama Jeje?"

"Eh, anjing, kecilin suara lo, goblooook."

Chandra panik karena Sena gak menurunkan volume suaranya sama sekali saat menyebut nama orang yang berdiri dekat dari meja mereka.

"Ya udah terus gimana?"

"Gak gimana-gimana, ege. Gue juga gak tahu dia ada cowok apa—"

"Makanya cari tahu! Ah oon, nih!" Fahmi geleng-geleng. "Padahal urusan nyepik begini gue biasanya berguru ama elu."

"Eh tapi bener gak gue?" Sena memusatkan fokus Chandra lagi. "Lo pengin balikan lagi sama Jeje?"

"Kecilin demi Allah, Sen, gue tonjok lu, ya."

Fahmi ngakak. "Udah jawab aja pertanyaannya. Iya apa gak? Jujur aja gak usah malu-malu—"

"Bukan malu-malu, anying," Chandra lelah banget sama dua temennya ini. "Udah paling jujur itu, mah, jawaban gue tadi."

"Apa?" Sena dan Fahmi nanya kompak.

"Ya itu, gue masih belum tahu."

Jeje melewati meja mereka dari jarak jauh untuk kembali ke mejanya sendiri, membuat tiga cowok di sana sama-sama ngelirik ke cewek cantik tersebut.

"Tapi si Jeje emang datar gitu gak, sih, orangnya?"

Chandra mengembuskan asap nikotin dari bibir. "Gak tahu aje lu sebagus apa badan dia kalau udah naked."

"MAKSUD GUE KARAKTERNYA, GOBLOK, LO MIKIR KEMANA?"

Fahmi ngakak sejadi-jadinya sampai gebrak-gebrak meja. Sementara Chandra cuman meringis sambil ber-oh ria.

"Dia emang begitu dari dulu. Maksud gue, kalau Kayin, tuh, kan suka nyolot sama temen-temen yang udah kenal deket, ya, malahan. Sama orang asing, tuh, baik banget. Begitu, kan?" Sena memberi anggukan. "Nah, si Jeje gak begitu. Dia judes sama semua orang. Semuanya, dah. Kecuali kalau lagi mood baik, ya jadi baik. Tapi itu bisa cuman setahun sekali."

the plot twist.Where stories live. Discover now