20 | naif

2.8K 515 222
                                    

tandai typo dan ramaikan. 
jangan lupa 300 like untuk next update.

•••

Dua minggu. Empat belas hari. Sena standing applouse, sih, sama diri sendiri karena bisa bertahan selama itu buat gak ngobrol sama Karina.

Orang tahunya dia fine-fine aja padahal kalau udah memasuki jam rawan, alias jam 8 malam ke atas, pasti dia udah hampir hilang akal dan pengin ngehubungin cewek itu—buat minta maaf, buat minta kesempatan, buat memperbaiki hubungan mereka.

Tapi enggak. Logika cowok, kan, selalu nomor satu. Mana mau, sih, dia buat begging-begging lagi padahal udah jelas pernah ditolak begitu? Dia aja sampai sekarang masih sakit hati tiap inget.

Hari ini masih berjalan seperti kemarin-kemarin. Hampa dan gak menarik. Sena menguap lima kali selama dua jam ke belakang.

Sekarang, dia inginnya terbang pakai sajadah biar kayak Aladdin, tahu-tahu di kosan, dan dia bisa tidur siang sepuasnya. Tapi apalah ekspetasi gak selalu sesuai rencana.

Anak bimbingan Bu Titis mengadakan rapat dadakan siang ini gara-gara dosen pembimbing mereka sakit dan harus menjalani operasi. Makanya mereka kumpul buat ngumpulin iuran sekaligus mengirim perwakilan untuk jenguk.

Sena duduk di kursi kayu yang tersedia di tempat parkir, di sampingnya ada Chandra dengan posisi duduk di motor orang, sementara 7 mahasiswa yang lain berdiri melingkar. Kurang satu mahasiswa yang belum datang, entah karena apa—

"Nah ini dia," cewek yang ngidein buat rapat dadakan—Salwa namanya—menarik lengan Karina untuk mendekat. "Iuran, iuran."

Sena jadi ngelirik cewek itu—sambil minum botol kemasannya biar gak kelihatan banget kalau lagi curi pandang.

Sena jadi ngelirik cewek itu—sambil minum botol kemasannya biar gak kelihatan banget kalau lagi curi pandang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Berapa?"

Salwa menoleh kepada yang lain untuk meminta persetujuan karena memang belum ada keputusan sejak tadi.

"Dua lima?"

"Mahal banget, anying!"

Chandra protes setelah menyedot Jasjus di plastik sampai tandas.

"Gue cuman bawa ceban, sumpah." katanya sambil mengeluarkan uang di saku celana dan menunjukkan kepada yang lain.

"Shopeepay, kan, bisa."

"Kagak punya Shopeepay."

"Alah, elu mah aslinya ogah bayar, kan?!"

"Woi, nuduh, woi! Astaghfirullah!" Chandra heboh sendiri kemudian menunjuk air mineral yang dibawa Salwa.  "Woh, Zionist, anjir! Minum, tuh, Lee Minerale, jangan Aqua! Lo pro Israel, yak?!"

"Ih, apaan, sih, jadi kemana-mana!"

Sena bagian ngakak kenceng doang. Gak paham sama jalan pikir sohibnya yang kalau dituduh pasti langsung bales nuduh. Mana mukanya nyolot banget.

the plot twist.Where stories live. Discover now